1.8

1.8K 317 90
                                    

"Hyung.... apa aku egois jika berharap bahwa kau tidak akan membatalkan kontrak itu? Pagi akan datang setelah malam, hari buruk akan berakhir dengan munculnya hari

"Jadi ini pilihanmu?"

Suara manager terdengar di telinga Yoshi, mengalihkan sebuah atensi yang tadinya tertuju pada sebuah kontrak di depannya.

"Iya hyung. Aku sudah memikirkannya berkali-kali." jawab Yoshi sekuat mungkin sambil memberikan senyum kecilnya.

"Pilihan yang buruk. Kenapa tidak dari dulu saja?"

Yoshi tersenyum lirih. Pandangannya lurus kosong ke arah manager. "Awalnya aku pikir aku bisa...." lirihnya. "Ternyata tidak."

"Padahal aku sudah memberi tahumu sejak lama, kalau kau tidak pantas sama sekali untuk menjadi idol, mimpimu itu terlalu tinggi, sayangnya agensi ini buta dan tetap memberimu kesempatan." Ujar sang manager tanpa rasa bersalah sedikitpun, ia tidak menghiraukan bagaimana perasaan Yoshi.

Padahal, seandainya sang manager tau, nafas Yoshi rasanya tercekat begitu saja. Seandainya sang manager tau, perkataannya telah membuat sebuah luka tanpa darah pada diri Yoshi. Mungkin sang manager bisa lebih menyaring perkataannya. Benarkan?

"Salahkah kalau aku mencoba?" Disana tidak ada nada sama sekali. Yoshi bertanya dengan datar dan lemah.

"Bahkan bernafaspun kau salah, jadi kenapa kau harus menanyakan itu?" Kata Manager penuh penekanan.

Yoshi meremat celananya dengan kasar, berusaha menahan air matanya yang hampir lolos di ujung matanya.

"Setidak berguna itu dirimu Yoshi, kau hanya pembawa sial, kau taukan?"

"Maaf hyung, aku pikir.... aku bisa merubahnya."

Sang manager memilih membuang nafasnya dengan kasar. "Kata maaf mu itu sudah basi, beruntunglah kau memilih untuk berhenti saja, walau terlambat."

"Hyung." panggil Yoshi pelan. "Aku.... lelah."

"Jangan mengeluh, bukan hanya kau yang lelah disini. Bukan kau yang disakiti, tapi kau yang menyakiti." Ujarnya dengan nada meremehkan.

Bersamaan rematan yang semakin kuat di celananya. Yoshi mengatakan, "Maaf." Berkali-kali, meski itu mungkin bukan hal yang penting untuk Sang Manager.

"Jadi, apa kau akan mencari agensi baru setelah ini?" Tanya sang Manager lagi.

Sebelum menjawab, Yoshi sempat tersenyum kecil. Mengingat masa-masa saat pertama kali ia mendengar bahwa namanya ada dalam list debut.

"Aku pernah berjanji pada diriku sendiri jika Treasure akan menjadi grup pertama dan terakhir ku.... grup yang akan ku anggap sebagai rumahku. Mungkin aku tidak akan mencari grup baru lagi setelah ini." Ujarnya dengan suara bergetar.

Sang manager bisa mendengarnya. Namun, bukan menenangkan, sang manager malah mengatakan, "Baguslah, jadi kau tidak akan membuat nama perusahan buruk. Apa kata agensi lain nanti saat tau kau mantan asuhan kami, namun tidak bertalenta. Yang ada kau malah merusak nama baik agensi."

Yoshi hanya terkekeh lirih menanggapinya. Tawa yang ia keluarkan tak bisa membohongi siapapun. Terlebih matanya yang berkaca-kaca sudah membongkar semuanya. Ia berusaha terlihat baik-baik saja, tapi raganya tak bisa lagi di bohongi.

Yoshi hancur.

"Lalu apa impian mu sekarang?"

"Tidak ada."

Sang manager tertawa sarkas. "Yang benar saja, kau laki-laki satu-satunya di keluargamu, dan kau tidak punya impian?"

"Treasure adalah grup pertama dan terakhirku, serta mimpi pertama dan terakhirku." Jawabnya yakin.

[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang