Ruang latihan sudah sepi usai para member kembali ke dorm. Dan seperti biasa, akan ada satu orang yang memilih bertahan, seorang Yoshinori. Namun, kini sosok lain juga ada di sana, Junkyu, dia tampak sedang berlatih vocal.
Saat latihan tadi. Junkyu mendapat cukup banyak teguran karena suaranya yang tak stabil. Bahkan grafik latihannya menurun drastis. Dan seketika semua amarah yang biasa di berikan pelatih pada Yoshi berpindah pada sosok tersebut.
Di saat seperti ini, harusnya ia senang. Setidaknya ia tidak perlu lagi merasa tertekan karena pelatih, seluruh amarah yang biasa ia dapatkan dari pelatih telah berpindah pada Junkyu.
Namun nyatanya ia tak tega. Rasa itu muncul begitu saja ketika melihat wajah putus asa milik Junkyu. Pemuda Kim itu tampak lesu ketika pelatih keluar dari ruang latihan. Dengan seketika, badan Junkyu ambruk ke lantai dan ia menangis dalam diam.
Member lain yang melihatnya hanya berpikir bahwa Junkyu mungkin kelelahan. Bahkan, dari segi member lain pun, mereka juga kelelahan. Latihan di perkeras tiap member lain mengalami penurunan.
Dan di antara semua member, hanya Yoshi yang benar-benar menyadari apa yang terjadi. Junkyu tampak mengalami hal lain yang mengganggu pemikirannya hingga tak bisa terfokuskan pada latihan hari ini dan sebelumnya.
Ia ingin datang saat Junkyu menangis setelah latihan tadi. Tapi, hal yang membuatnya tak bisa datang adalah karena dirinya sendiri. Junkyu tidak menyukainya. Selama ia berada dan latihan bersama, Junkyu selalu memberinya tatapan kebencian.
Ia tak mau bahwa kedatangannya hanya membuat hubungan mereka semakin merenggang dan Junkyu yang semakin membencinya.
Tapi Yoshi tetap Yoshi, orang yang hidup dengan derita yang mengikat, namun berperilaku layaknya seorang malaikat. Hatinya tak pernah bisa membuatnya melakukan sekecil apapun hal jahat. Rasa empati dan simpati yang ia dapatkan dari setiap luka lamanya mengajarkan bahwa ini tak benar.
Ia pernah berada di posisi Junkyu. Ia pernah merasakan rasa sakit yang Junkyu rasakan sekarang. Dan karena itu ia tak ingin Junkyu merasakan lebih dalam lagi. Ia tak ingin Junkyu merasakan bagaimana di tinggal di ruang latihan seorang diri, bagaimana di siksa hingga ia merasa bahwa ini tak bisa lagi di lanjutkan. Bagaimana sebuah kayu melayang pada kakinya setiap kali salah gerakan.
Hanya kesalahan kecil. Namun di pandang seolah itu adalah masalah yang paling besar. Seolah hukumannya tak cukup dengan suara. Namun di lakukan dengan kekerasan.
Yoshi tak ingin Junkyu semakin jatuh dan merasakan itu semua. Sebab itu, saat melihat Junkyu yang fruatasi dengan latihan mandirinya dan memilih duduk bersandar pada dinding ruang latihan yang terbuat dari kaca. Yoshi memiliki keberanian untuk membawa sebotol air minum yang akan ia berikan pada Junkyu.
"Junkyu, minumlah air ini, itu bisa mengembalikan ion-mu yang sempat hilang." Yoshi menyodorkan sebotol air minum itu pada Junkyu, walau setelah itu, Junkyu hanya menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Ego besar itu pengaruhnya. Sekalipun ia butuh air minum itu untuk karena haus, tapi ego menahannya untuk melakukan itu. Pemuda Kim itu akhirnya memilih menggeleng.
"Aku tidak haus," jawabnya bohong.
Yoshi tetapi tidak mempedulikan itu, ketika botol air minum yang ia sodorkan tidak di terima, maka ia memilih meletakkannya di sebelah pemuda Kim tersebut. Lalu ia mendaratkan bokongnya di sebelah Junkyu.
"Jika begitu minumlah jika kau haus, mudahkan?" Yoshi terlalu ceria saat mengatakan itu. Niat awalnya untuk menghibur Junkyu malah membuat pemuda Kim itu semakin merasa iri.
"Aku bukan dirimu yang bisa memudahkan segala hal yang sulit." Suara Junkyu terdengar putus asa. Penuh kekecewaan.
Spontan Yoshi terkekeh pelan, sekalipun tak ada unsur humor dalam ucapan Junkyu tadi. "Aku tak pernah memudahkan hal yang sulit, tapi aku berusaha melupakan masalah yang jalani dan menjalankan hidup sebebas mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf
FanfictionYoshi juga manusia, Yoshi juga bisa merasakan sakit dan kesepian.