1.2

1.8K 298 24
                                    


Yoshi masuk ke dalam mobil utama para member. Kaki jenjang miliknya membawa ia ke kursi paling belakang. Seperti biasa. Tapi, kali ini, salah satu kursi disana telah di isi oleh orang lain.

Watanabe Haruto.

Sosok itu duduk melamun menatap ke luar jendela mobil. Mengabaikan fakta sosok lain telah masuk dan berniat mengambil tempat di sebelahnya. Haruto paham betul, bahwa kursi belakang memang milik orang yang kini berada di depannya.

"Mengapa kau duduk disini?" tanya Yoshi sambil mengambil tempat di sebelah Haruto.

Walau tanpa menoleh Haruto menjawab, "Kenapa? ini mobil umum para member, tidak ada yang melarang kita akan duduk dimana."

"Tapi biasanya kau akan mengambil tempat paling depan," Yoshi tersenyum tipis. "Kau akan memutar lagu disana."

Haruto masih tak mau menolah, tapi setiap pertanyaan yang di ajukan oleh Yoshi akan selalu ia jawab dengan cepat. Tidak ada keterpaksaan, tapi nadanya terlampau datar. Seolah tak ada intonasi dalam tiap katanya.

"Aku hanya sedang tidak ingin," ia menjawabnya dengan dirinya masih terfokus menatap ke luar jendela mobil, tidak menghiraukan kenyataan bahwa mobil tersebut tak bergerak seinchi-pun.

Bahkan faktanya, baru ada Haruto dan Yoshi di dalam mobil itu, walau mobilnya sengaja tak dimatikan agar AC di dalamnya terap bekerja.

"Ada sesuatu yang terjadi? ini pertama kalinya kau melakukannya."

Kursi belakang adalah kursi yang paling tersudut, AC dalam mobil bahkan tak benar-benar terasa disana, lebih-lebih member lain kadang dengan sengaja meletakkan sampah-sampah makanan mereka di sana, membiarkannya bertumpuk hingga staff datang, memeriksa lalu membersihkannya.

Katakan bahwa kursi belakang selalu menjadi kursi yang tidak di minati oleh para member. Kursi yang paling terasa tak nyaman di antara kursi lain.

"Lebih baik kau pindah ke kursi--"

"Tapi aku ingin merasakan apa yang kau rasakan hyung." Kali ini suaranya membuat perkataan Yoshi terputus, pandangannya yang semenjak tadi berada di luar jendela kini berpidah pada sosok Yoshi, hanya Yoshi. "Aku ingin tau mengapa kau tetap kuat walau semua yang kau alami begitu keras, setidaknya biarkan aku merasakan sekali saja menjadimu, menjadi orang yang paling di kucilkan, agar aku tau, bahwa apa yang aku lakukan selama ini telah salah."

"Ruto--"

"Tidak usah memikirkanku hyung, biarkan aku melakuka empaty, biarkan aku merasakan hal ini sebagai hukuman kepada seluruh perbuatanku padamu." Haruto hampir menangis. Suaranya bergetar.

Tapi Yoshi berbanding terbalik akan hal itu. Ia lebih memilih untuk tersenyum selebar mungkin, dengan tatapan setulus mungkin.

"Lalu untuk apa? apakah dengan kau melakukan ini aku akan senang?" tanya Yoshi sambil tersenyum. "Tidak. Ini bukan sebuah hukuman untukmu Ruto, tapi hukuman untukku sendiri, melihatmu menderita, melihatmu sakit, itu akan membuatku merasa lebih menyakitkan dari apa yang aku alami selama ini Ruto,"

Ia- Haruto, tampak berpikir sejenak, sebelum membalas Yoshi dengan mengatakan, "Tapi aku melakukan ini karena aku telah berbuat lebih dari kekejaman itu sendiri hyung."

Yoshi memilih menanggapi dengan sebuah senyuman tulus, "Kau melakukan lebih dari yang hyung harapkan, ternyata kau sudah besar ya," Senyum kecil kembali ia sunggingkan. "Tapi apa yang kau lakukan salah Ruto, menghukum dirimu sendiri dengan melibatkan hal yang telah berlalu itu salah, terlebih hyung tidak suka melihatnya. Kau melakukannya karena saat itu kau memang harus melakukannya, dimana kesalahan saat kau mengorbankan hyung demi member lain?"

[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang