21

2K 316 42
                                    

"Ibu?"

"Kau harus mau! Kau tidak bisa keluar begitu saja dari Treasure!"

Mata Yoshi menatap tidak percaya ke arah sang ibu, ia tau sampai kapanpun keputusannya akan ditentang. Tapi ia tidak tau bahwa ibunya nekat melakukan banyak hal untuk menentangnya.

"Bu?"

"Ini masih belum terlambat, kita akan kembali ke korea, ibu akan memohon pada manager untuk membatalkan keputusanmu keluar dari Treasure," kekeh ibunya.

"Tapi ini tidak akan berhasil bu, aku sudah menandatangani pembatalan kontrak. Dan keputusan agensipun sudah tersebar di mana-mana." Yoshi baru saja berusaha menyadarkan ibunya, ia memegang kedua tangan wanita itu. Namun sepertinya itu tidak berguna sama sekali.

"Tidak, Ibu yakin ini akan berhasil!"

Tatapan penuh iba Yoshi berikan. Bukankah ini terlalu tidak adil, telah banyak yang Yoshi korbankan hingga akhirnya ia berani mengambil keputusan ini, namun saat itu terjadi, orang yang harusnya berada di pihaknya malah menentang keputusannya secara terang-terangan.

Demi apapun, Yoshi tidak ingin kembali ke tempat itu lagi, ia tidak bisa berpikir bagaimana wajah para member saat melihatnya lagi. Pula, ia tidak ingin ibunya di permalukan disana. Ia tidak ingin ibunya memohon hal yang tidak akan bisa terwujud

"Ibu, tolong... berhenti lah, ini tidak akan berguna. Aku juga sudah tidak ingin berada disana lagi." Lirih Yoshi. Padahal, ia ingin mengubur dalam-dalam kenangan pahit ini. Tapi sepertinya semua tidak semudah itu.

Tatapan tajampun di layangkan oleh ibunya. "Tidak ingin? Semudah itu kau mengatakannya? Dasar bodoh!"

"Bu--"

"Aku menarik perkataanku bahwa kau merupakan cerminan ayahmu, kau sama sekali tidak memiliki itu, aku bahkan curiga apakah kau memang benar-benar anak dari suamiku--"

"Ibu! Tolong jangan membawa ayah disini. Ku mohon....." potong Yoshi cepat. Terlihat dari matanya, ia benar-benar mengharapkan sebuah pengertian.

"Apa ayahmu begitu penting sampai kau marah karena aku menyeretnya di obrolan ini?" Tanya ibunya. "Jika benar, harusnya kau malu. Kau baru saja membuatnya benar-benar kecewa. "Andaikan dia masih hidup, apa kau bisa bayangkan betapa kecewanya ayahmu itu? Kau baru saja menunjukkan bahwa apa yang telah di ajarkan ayahmu tidak ada yang kau laksanakan. Kau baru saja menunjukkan bahwa aku dan ayahmu telah gagal menjadi orang tua!"

"Tidak bu, tidak! Ibu tidak gagal, ayah juga tidak gagal." Kata Yoshi kemudian. "Aku yang memang tidak bisa lagi bertahan disana. Semua terlalu berat."

"Apa beratnya menjadi idol Yoshi? Kau hanya perlu berlatih, menari, menyanyi, lalu kau akan mendapatkan uang, bisa makan dengan mewah. Dimana letak susahnya hal itu? Idol hanya mengandalkan wajah yang tampan, dan kau memiliki itu, jadi dimana susahnya idol bagimu Yoshi?!"

Bisakah Yoshi berteriak sekarang? Bisakah Yoshi memberikan memorinya pada sang ibunda tentang bagaimana kerasnya menjadi idol?

Yoshi tidak pernah berpikir bahwa menjadi idol mudah, namun ia juga tidak pernah berpikir bahwa menjadi idol akan seberat ini. Jadi, bisakah Yoshi berteriak tentang betapa susahnya menjadi idol?

Ia tidak hanya harus mempertahankan latihannya, tapi ia harus mempertahankan mental dan fisiknya. Tiap hari, akan selalu ada hinaan yang menghampirinya, akan banyak tuntutan kesempurnaan yang di berikan oleh agensi dan sekitarnya.

Kau bukan hanya harus memiliku visual yang menawan, tapi kau harus sempurna. Entah dari caramu berbicara, caramu berpikir, caramu berjalan, caramu makan, caramu berdiri, caramu menari, caramu menyanyi, hingga caramu mengatur kehidupan pribadi. Kesempurnaan itu di tuntut oleh banyak pihak, entah penggemarmu ataupun agensi dan rekan se-grupmu.

[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang