0.7

1.9K 279 35
                                    


Haruto membuka pintu dorm secara perlahan-lahan. Berusaha sebaik mungkin agar tak ada suara yang terkeluar dari pintu itu.

Jam di pergelangan tangannya sudah berada pada pusatnya. Di mana artinya, sekarang sudah tengah malam.

Haruto tau, satu-satunya member yang ada pada dorm ini pasti sudah tertidur lelap. Ia tidak ingin karena dirinya, orang itu lantas terbangun.

Sewaktu masuk dalam dorm, suasana hening menyambutnya. Tapi, lampu-lampu masih menyala untuk menerangi dorm.

Biasanya, pada waktu seperti ini, lampu-lampu tak lagi menyala. Hanya suasana hening dengan kegelapan malam yang menyapa.

Memilih mengangkat bahunya, Haruto lantas berjalan naik menuju kamar satu-satunya yang sedang berpenghuni.

Yoshinori.

Kamar yang paling ujung di antara semua kamar.

Satu-satunya member yang memilih bertahan di dorm disaat seluruh member memilih untuk menemani Asahi di rumah sakit.

Dalam setiap langkah yang di ambilnya. Tak ada sedikitpun suara yang menyertainya kecuali suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai.

Hingga langkahnya lantas terhenti pada sebuah kamar dengan nama 'Yoshi' pada papan kecil berwarna hitam yang bergantung di pintu kamar tersebut.

Haruto menghela nafas sejenak. Jujur saja ia dilema. Perasaan yang berada pada hatinya semenjak di rumah sakit tadi terus menghantuinya.

"Ruto, apa kau tidak pulang ke dorm?"

Haruto mengingatnya. Saat ia sedang menunggu Asahi siuman bersama member lain, tiba-tiba saja Yedam mendatanginya. Menanyakan hal yang membuat Haruto menyeritkan dahinya bingung.

"Untuk apa Hyung? Asahi-hyung sedang sakit, aku harus menjaganya."

Itu adalah jawaban yang di berikan Haruto. Membuat Yedam menghela nafas gusar.

"Tidakkah kau merasa ada yang kurang disini Ruto?"

Ada. Saat itu banyak hal rasanya kurang bagi Haruto, sampai hatinya tak tenang. Tapi, Haruto memilih acuh dan lebih mengutamakan sosok Asahi yang terbaring di rumah sakit.

"Yoshi hyung..."

Nama itu terkeluar dari mulut Yedam. Membuat sekujur badan Haruto seakan mati rasa.

Ia tak melupakannya. Namun, ia telah mengabaikannya. Mengabaikan sosok hyung yang selalu ada untuknya.

"Tapi Asahi hyung sedang sakit."

Itu pernyataan konyol yang selalu terkeluar dari mulut Haruto. Pernyataan klasik yang membuat Yedam mengepalkan tangannya diam-diam.

"Yoshi hyung juga sedang sakit, Ruto."

"Yoshi-hyung sakit apa? jelas-jelas aku melihatnya baik-baik saja tadi, sekalipun ia sakit, tetap saja keadaan Asahi-hyung lebih parah, aku harus menjaga Asahi-hyung."

Dan saat itu. Yedam langsung menggapai pundak Haruto, lalu mendesah kasar cukup kuat.

"Bodoh! apa kau melihat apa yang di lakukan Jaehyuk-hyung pada Yoshi tadi? apa kau melihat bagaimana keadaan Yoshi setelahnya tadi? apa kau melihat betapa banyak luka dan lebam pada badan Yoshi tadi? apa kau melihat kulit Yoshi yang melepuh tadi--"

"Kulit Yoshi-hyung melepuh? bagaimana bisa? Jelas-jelas Asahi hyung yang di siram menggunakan air panas--"

"Kau mempercayainya Haruto?"

[TERBIT] Yoshi Dan Kata Maaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang