Follow IG missbebeklucu
Ada kebingungan yang tercetak pada wajah perempuan muda di pojok kafe itu. Dia memainkan telunjuknya pada permukaan meja. Taro milk tea di hadapannya telah lama tidak diacuhkan hingga esnya meleleh semua. Pengunjung kafe yang duduk di meja di sebelahnya telah berganti tiga kali dan perempuan itu belum juga menghabiskan minumannya.
"Lama banget sih," gumamnya sembari melirik jam tangan di pergelangan tangan kanan.
"Sori, baru datang. Ma-"
"Macet lagi alasannya?" potongnya cepat.
Pemuda yang baru datang memasang cengiran tanpa kesan bersalah sama sekali. Yuniza, nama perempuan itu, hanya memandangnya datar.
"Berapa kali aku bilang, datang tepat waktu. Aku nggak bisa terus-terusan nunggu kamu," kata Yuniza.
"Ya, aku minta maaf. Jalanan nggak terprediksi kapan akan macet," si pemuda membela diri.
"Kamu cari di Google deh, Jakarta masih masuk dalam daftar kota paling macet. Lain kali, kamu yang harus berangkat lebih cepat kalau nggak mau terjebak macet."
"Oke, oke. Aku akui aku yang salah. Bisa kita stop bahas keterlambatanku. Ada apa kamu minta ketemu sama aku?"
Yuniza meneguk ludah. Dia telah mengumpulkan segepok skenario yang membawanya pada pertemuan ini. Dia sengaja mengajak Rio, mantan pacarnya, bertemu berdua. Hanya Rio yang terpikirkan bisa mengatasi masalah Yuniza.
Semoga saja Rio mau, doa Yuniza.
"Gini, Rio..." Yuniza membasahi bibir bawahnya saking gugup. "Kamu ingat alasan kita putus tahun lalu?"
Rio memandang Yuniza dengan curiga. "Masih," jawabnya pendek.
"Itu ... aku tahu aku salah waktu itu. Sekarang, aku pikir, kita..." Jantung Yuniza serasa mau meledak saat ini. Dia sedang mempermainkan takdir yang sudah digariskan Tuhan, yakni jodoh.
"Kita sa-salah kalau ... kalau ... sampai berpisah karena be-berbeda pikiran," lanjut Yuniza terbata-bata.
Rio menyandarkan lengannya di meja. Kedua tangannya bersatu. Wajahnya maju, memendekan jarak di antara mereka. Dalam jarak yang sedemikian, Yuniza bisa melihat ekspresi yang berkebalikan harapannya.
"Za," Rio masih menggunakan panggilan Yuniza semasa di kampus, "kamu yang membuat kita pisah karena keputusan keras kepala kamu."
"Waktu itu terlalu mendadak. Aku belum siap, kaget, dan..." Sejak awal memang dia yang salah, lanjut Yuniza dalam hati.
"Aku mengajak kamu menikah. Kalau kamu nggak setuju, kamu bisa meminta aku menunggu, bukannya milih putus," sahut Rio.
"Iya, aku salah waktu itu. Tapi kamu membuat aku milih putus karena kamu terus berargumentasi soal pernikahan. Umurku baru dua puluh," Yuniza memberikan perlawanan.
"Kita masih bisa tunangan kalau kamu belum siap. Kamu malah mengambil keputusan sepihak. Dan sekarang..." Telunjuk Rio menekan meja. "Kamu mau apa? Balikan?"
Berberat hati, Yuniza akui dia salah karena terlalu panik mendengar ajakan Rio menikah. Dia baru masuk tahun kedua kuliah dan Rio langsung melamarnya. Memang bukan lamaran sah, hanya di antara dia dan Rio. Tetap saja, Yuniza gentar. Dia belum siap menyandang status istri orang kala ijazah sarjana belum digenggam. Bagaimana nasibnya kelak jika punya dua kewajiban, kuliah dan melayani suami? Ada ribuan alasan yang bisa Yuniza lontarkan untuk menolak ajakan itu.
Kali ini berbeda. Yuniza punya satu alasan yang sangat mendesak. Keponakannya, Keysha, hamil. Belum ada keluarga yang mengetahuinya. Yuniza harap hanya dia dan Keysha yang tahu. Untuk memberikan anak Keysha ayah, tentu Keysha harus menikah dengan Deyon, pacar Keysha sekaligus ayah si bayi. Masalah dimulai dari sini. Orang tua Yuniza yang tak lain adalah kakek dan nenek Keysha melarang Keysha menikah melangkahi Yuniza. Kalau Keysha tidak segera menikah, keluarga mereka akan tahu aib yang sudah diperbuat Keysha. Sebagai tante, seharusnya Yuniza mengadukan ketololan Keysha dalam pergaulan. Namun Yuniza tidak mau hal ini menjadi penyebab ayahnya terkena serangan jantung. Ayahnya sudah pernah dirawat akibat serangan jantung ringan yang dialami saat bekerja. Yuniza tidak mau karena kebodohan Keysha malah memisahkan ibu dan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grapefruit & Rosemary
RomanceYuniza mempunyai masalah. Dia harus segera menemukan calon suami dan menikah. Waktunya terus berjalan dan perut itu akan membesar. Sebelum masalah berbuah retaknya sebuah keluarga, Yuniza hanya memiliki satu pilihan, yakni sederet nomor pada selemba...