19

3.7K 641 42
                                    

~Akbar's Universe~

Akbar memandangi Adnan melalui jendela kamar Reyyan yang menghadap carport. Bibir bawahnya maju dan alisnya sedikit menukik. Adnan sedang memasukan koper ke mobil diikuti nenek.

Reyyan masuk kamar, melirik Akbar sekilas, lalu menyambar tas ransel di meja belajar. "Ayo siap-siap. Hari ini Abang dan Kak Dira diantar sekolah bareng kamu."

"Why?" Akbar menoleh dengan wajah kaget.

"Ayah pakai mobil buat ke bandara jadi, nggak sempat antar Abang dan Kak Dira ke sekolah."

"Bu-but I don't-"

"Nggak pake bahasa Inggris di rumah. Ingat kata Ayah." Reyyan memanggul tasnya. Kemudian menyelipkan ponsel ke saku celana samping.

"Aku nggak suka macet!" raung Akbar.

"Ke sekolah kamu juga macet. Lurus dulu ke sekolah Abang dan Kak Dira, baru putar balik ke sekolah kamu." Reyyan melongokan kepala ke keluar dan berseru, "Dira, cepat siap-siap. Kita berangkat bareng Akbar."

"Iya! Bentar!" seru balik Dira dari kamar sebelah.

Akbar melemparkan badan ke kasur. "Aku nggak suka," gumamnya.

Reyyan berbalik, lantas terhenyak. Dia baru sadar bahwa adiknya masih memakai pakaian rumah. "Seragam kamu mana?"

"Di kamar."

Reyyan berlari ke kamar sebelah. Tak sampai semenit dia kembali bersama seragam kuning biru di tangan. "Kamu udah mandi?"

"Udah," jawab Akbar ogah-ogahan.

"Kamu kenapa sih? Cepet pakai seragam." Reyyan menarik Akbar supaya duduk. Dengan telaten, dia melepas kaos bermotif dinosaurus dan menggantinya dengan seragam polo kuning berkerah biru.

"I'm not feeling good. Can I stay at home?" Akbar bertanya saat Reyyan menarik celananya.

"Kamu mau main di rumah mumpung Ayah lagi pergi?" Dira muncul di depan kamar.

"No!" Emosi Akbar langsung melejit.

"Bilang aja kamu mau main seharian karena Ayah nggak di rumah," tuduh Dira lagi.

"No!" Akbar memohon ke Reyyan. "Aku nggak oke, Abang."

Reyyan mendesah. Dia menarik Akbar berdiri, lalu memakaikan celana seragam biru. "Kamu sekolah dulu. Kalo sakit, bilang ke Miss Tya. Nanti Miss Tya hubungi nenek. Oke?"

"Kalo udah hubungi nenek, terus aku oke?"

"Nggaklah. Kamu dipulangin, terus nggak dibolehin sekolah lagi. Anak males nggak usah sekolah." Lagi-lagi Dira memprovokasi.

"You lie. Abang... Kak Dira tuh!" Akbar menghentakan kaki menyebabkan Reyyan kesusahan memasukan celana ke kakinya.

"Nggak. Dira cuma becanda. Masukin kakinya." Reyyan mencebik ke Dira yang pura-pura tidak melihat.

"Abang, I'm not fine." Akbar memegang puncak kepala Reyyan saat memasukan kaki ke lubang celana.

"Yang mana yang sakit?"

"Nggak tahu."

Reyyan menepis tangan Akbar setelah selesai menarik celana ke atas. "Sini Abang gendong." Reyyan menangkat badan Akbar. "Dir, ambilin tas Akbar."

"Ogah." Dira memelet, lalu kabur.

Reyyan mendesah. Dengan Akbar di gendongan, dia mengambil tas Akbar di kamar adik laki-lakinya yang ada di sebelah kamarnya. Baru kemudian menyusul Dira.

Param, asisten rumah tangga nenek mereka, mengurus bekas sarapan di meja makan yang masih berantakan. Reyyan menghampiri. "Bu, di situ masih ada pancake buatan Ayah. Buat Bu Param makan. Saosnya bisa pilih yang di meja. Kalau mau pakai buah dan es krim, ada di kulkas," kata Reyyan. Pemuda itu luwes menyampaikan pesan Adnan.

Grapefruit & RosemaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang