Deyon mendesah. Dia tidak suka terlibat dalam urusan pribadi seseorang, terutama urusan Yuniza. Namun dia telah menyetujui permohonan gadis itu, walau kemarahan Keysha yang akan jadi taruhannya. Berberat hati, Deyon mengetik jawaban. Kemudian dia menyingkir ke bagian kantin yang sepi untuk menunaikan tugasnya. Dia membuka galeri di ponsel. Matanya berkelana pada foto-foto terbaru yang dia miliki. Setelah memilih beberapa, dia mengirim foto-foto itu ke seseorang.
Punggung Deyon bersandar pada dinding yang dingin. Dia merasa telah berbuat sesuatu yang salah dan menyesal. Di sisi lain, dia memiliki segenggam harapan tindakannya ini akan membuahkan bahagia untuk orang lain.
Semoga saja, doa Deyon.
MoM
Yessy mematikan mesin mobil. Dia mengamati garasi dan carport yang kosong dari mobil ayah dan suaminya. Hari ini dia sengaja pulang sedini mungkin untuk berbicara dengan Yuniza. Setelah semalam Keysha menyampaikan pesan Yuniza, dia terus kepikiran. Tadi pagi dia gagal berbicara dengan Yuniza dan dia tidak akan melewatkan waktunya di sore ini.
Lampu teras belum dinyalakan. Langit masih dikuasai warna jingga kemerahan. Yessy merasakan nostalgia tiba di rumah sebelum gelap. Dia melangkah cepat ke dalam rumah.
Semangatnya yang semula terpompa surut oleh pemandangan tak mengenakan di ruang tengah. Yuniza menangis sembari bersujud di depan ibunya. Ada Keysha yang memeluk ibunya dari belakang. Usai menimbang situasi, Yessy maju.
"Nis, kamu kenapa?" Yessy berjongkok di sisi Yuniza.
"Nggak usah pedulikan dia. Anak ini cuma tahu buat onar," omel Tri.
"Ma, kita bicarakan baik-baik sambil duduk. Ayo, Za." Yessy berusaha membantu Yuniza bangkit.
"Oma, tolong kita duduk," mohon Keysha.
Tri berjalan terseok ke sofa tunggal. Dia menjatuhkan badannya dan menangis tergugu.
Yessy mendudukan Yuniza pada sofa panjang. Dia belum mengetahui akar masalah. Harapannya jatuh pada putrinya, barangkali Keysha tahu apa yang terjadi. Keysha menangkap pesan lewat sorot matanya, lalu dia menyerahkan ponsel ke Yessy. Dengan bingung, Yessy melihat ponsel itu. Yessy sontak membelalak melihat foto apa yang terpajang di situ. Dia menoleh ke Yuniza.
"Nis, apa maksudnya foto ini?" tanya Yessy berhati-hati.
Yuniza menunduk. "Maaf, Kak," desisnya.
"Jangan minta maaf. Jelaskan ke Kakak, apa maksud foto ini?"
"I-itu..." Yuniza melirik takut-takut. "Aku dan Mas Adnan..."
"Ya?"
Yuniza menggigit bibir bawahnya dan tambah menunduk. Yessy mengendalikan diri untuk tidak merongrong jawaban. Dia menunggu dengan sabar.
"Dia pergi ke hotel bersama pria itu. Apa lagi?" hardik Tri. Telunjuknya teracung agak bergetar mengarah ke Yuniza. "Apa yang kamu pikirkan sampai berani ke hotel bersama pria? Dimana harga diri kamu?"
"Ma, sebentar." Yessy melindungi Yuniza. Dia menyembunyikan Yuniza di balik punggungnya. "Apa nggak sebaiknya kita dengar penjelasan Ninis?"
"Penjelasan yang mana? Dia sudah mengaku pergi ke sana bersama pria itu. Keysha juga dengar. Anak gila ini nekat kabur dari rumah buat bertemu pria. Dimana otaknya?"
"Ma, bisa aja Ninis cuma ketemu di hotel. Bukan yang macam-macam." Yessy tak percaya Yuniza akan berbuat kegilaan yang dituduhkan ibunya.
"Adik kamu yang bilang sendiri, Yes. Dia ngaku ke hotel." Tri bangkit, lalu menarik lengan Yuniza dengan kasar. "Apa kamu berhubungan badan sama pria itu? Bilang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grapefruit & Rosemary
RomanceYuniza mempunyai masalah. Dia harus segera menemukan calon suami dan menikah. Waktunya terus berjalan dan perut itu akan membesar. Sebelum masalah berbuah retaknya sebuah keluarga, Yuniza hanya memiliki satu pilihan, yakni sederet nomor pada selemba...