19. Para Tuan Muda

1.2K 176 115
                                    

"Kalian—"

"Sstttt!!!" tukas Zera sembari meletakkan telunjuknya di depan bibir sebelum Mike sempat berbicara dengan suara seperti toa.

Zera langsung lompat dari kasur, melangkah mendekati Mike di depan pintu dengan mengendap-endap agar derap kakinya tidak berbunyi. Ia menarik tangan kakaknya lantas dengan secepat mungkin menutup pintu kamar itu dan menguncinya.

Gadis itu akhirnya bisa bernafas lega karena merasa sudah aman. Ia kembali melebarkan mata saat menatap di depannya di mana Mike sudah berada di atas kasur dan bersiap untuk menonjok Saka yang masih baring.

"Kak stop!" serunya dengan volume yang masih kecil. Mike menghentikan pergerakan tangannya dengan wajah sebal.

"Untung ada adek gue!" tukasnya mengecam Saka yang hanya bisa mengerjapkan mata ringan. Zera hanya menatapnya jijik melihat Mike yang sok galak karena ia bisa menjamin bahwa Mike yang akan babak belur jika berkelahi melawan Saka.

Entah lah, Mike seolah berubah mode saat melindungi adiknya. Ia beralih kepada Zera yang berhasil menghentikkannya untuk menonjok Saka.

"Lu gila ya? Lu sakit apa sampai bawa cowo diam-diam? Ke kamar pula?! Wah... lu kayaknya bukan adek gue deh, Ze. Coba sini mana kening lu gue rasa dulu, panas pasti..."

"Ck, apaan sih? Makanya dengerin dulu," potong Zera sebelum Mike meraba keningnya yang sama sekali tidak panas.

Mike mendudukkan diri ke atas sofa biru yang terletak di depan kasur, raut wajahnya seolah meminta penjelasan yang serius sambil sesekali melirik tajam kepada Saka yang hanya menatapnya biasa saja, gak ada takut-takutnya. Mungkin karena Mike lebih terlihat konyol dibandingkan sangar.

"Gue juga gak tau kenapa ini orang tiba-tiba ke kamar gue—"

"Nah kan, berarti emang dianya mau ngapa-ngapain lo, goblok! Kunyuk, sini lu!" Mike bangkit dari kasurnya, berniat memberi pelajaran kepada Saka.

Ia sudah berdiri di hadapan Saka, namun kembali terhenti. Mike terlihat bingung saat menyadari Saka yang tidak memakai baju, karena ia tadi berniat menarik kerah bajunya.

"Baju lu mana sih? Pake dulu gih, gue gak cool banget kalau gak narik kerah baju lawan."

Zera kembali mengerlingkan mata malas. Ia bertanya-tanya, kenapa ia punya saudara setolol ini.

"Gue pake dulu." Saka benar-benar meraih baju basketnya, memasangnya lantas berdiri lagi di hadapan Mike. Sementara Zera sudah benar-benar stress menyaksikan kelakuan dua orang itu.

"Lo berdua bisa waras dikit gak sih?" ujarnya memelas sambil berdiri di tengah-tengah kedua cowok tinggi itu.

"Gak bisa, dia harus dikasi pelajaran karna udah masuk ke kamar cewek sembarangan tanpa alasan yang masuk akal dan tentunya melanggar norma hukum serta hak asasi manusia."

Saka mengangguk. "Iya sih, bener juga. Maaf ya—nama lo siapa?"

"Mike Ranandes. Jangan panggil Rana, apalagi Andes, emangnya gue pegunungan? Panggil aja Mike." Kata Mike dengan serius sembari mengulurkan tangan.

"Rasaka. Maaf ya Mike, gue udah masuk kamar adek lo tanpa ijin. Lain kali, gue bakal minta ijin dulu ke lo kalau mau ke sini." Saka membalas uluran tangan Mike.

Mike mengangguk seolah berwibawa. Keduanya berjabat tangan lalu saling mengguncangkan jabatan itu sebagai tanda persetujuan, sementara Zera hanya bisa melongo dengan pasrah.

"Jadi, kenapa lo bisa mau-maunya masuk ke kandang singa betina yang menyeramkan ini?" tanya Mike sambil kembali mendudukkan diri ke sofa. Zera melirik sebal mendengar ledekan itu.

ZERASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang