Hening.
Beberapa menit setelah perkenalan yang berlangsung canggung dan terasa aneh itu, kedua belah pihak keluarga kembali duduk di kursi masing-masing. Kepala Ruth dipenuhi dengan banyak hal, termasuk fakta bahwa hubungan rumah tangga Kina dan Gerald ternyata memang sudah kandas. Namun apakah dunia sesempit ini hingga Kina harus berada di sini, menjadi istri dari rekan kerja Ares? Ruth benar-benar tidak habis thinking.
Tidak ada yang bersuara kecuali Ares dan Brannu yang tampaknya mulai membahas topik utama mereka mengenai pekerjaan. Mungkin Ruth dan Kina juga tampak sedikit canggung, namun keduanya terlihat kembali saling tatap dan tertawa kecil menyadari kebetulan yang seolah diatur oleh semesta ini.
Meja yang sedang dikelilingi oleh mereka adalah meja berbentuk persegi yang panjangnya hampir tiga meter dengan paduan corak abstrak di kaki-kaki meja. Selayaknya orang rapat, keluarga Ares duduk di sisi kiri meja, sedangkan keluarga Brannu duduk di sisi kanan, saling berhadapan. Namun ternyata Ruth pindah ke kursi di samping Kina agar lebih leluasa bergosip.
Mike yang sejak tadi hanya menyeruput minuman apalah itu masih cuek-cuek saja, tidak peduli apa yang diobrolkan oleh ayahnya, ia hanya menikmati minumannya dan menyesali keikutsertaannya ke sini. Sepertinya lebih berguna jika ia hanya berleha-leha di kamar atau merental band bersama teman-temannya, pikirnya.
Di samping Mike yang sedang melamun sendiri, Zera hanya bisa duduk diam dengan perasaan yang kalut tak karuan sejak kedatangan Brian dan Saka. Terlebih karena mereka ternyata 'bersaudara' dan hal itu sangat menimbulkan kebingungan serta tanda tanya yang besar di kepalanya.
Zera masih terdiam dengan bibir tertutup rapat. Matanya hanya menatap ke atas meja di depannya dengan dahi yang sedikit mengernyit seolah sedang berpikir keras. Ia pun mengangkat sedikit kepalanya, mencoba untuk memberanikan diri menatap sosok di depannya. Sosok itu adalah Brian, yang juga hanya bisa menatap meja dengan tatapan nanar seolah sudah pasrah dengan keadaan di mana Zera mengetahui semuanya saat itu.
Zera menghela nafas sejenak lalu ekor matanya beralih kepada sosok yang duduk di paling ujung. Ia tampak membuang jauh wajahnya yang ketus, terlihat sangat tidak ingin dan tidak berniat untuk sekedar berada di tempat itu. Kedua tangannya terlipat di depan dada, mengeluarkan aura angkuh seperti biasa. Namun meski keacuhan itu ia keluarkan, Zera tetap bisa merasakan bagaimana yang Saka rasakan saat itu. Kadang, beberapa luka yang tersembunyi rapat akan terlihat perlahan dengan caranya masing-masing.
Tak lama setelah itu, pelayan datang membawakan makanan utama menuju meja. Sekitar lima pelayan yang melangkah berturut-turut dengan masinng-masing nampan di tangan.
"Menu utama, Tuan Broto." Seorang ketua pelayan membuka salam permisi.
Mereka meletakkan makanan-makanan lezat penuh protein dan nutrisi—menu khusus untuk tamu khusus—itu secara bergantian. Memang sedikit agak hormat dan segan karena meja itu diduduki langsung oleh pemilik hotel yang biasa mereka panggil Tuan Besar atau Tuan Broto, yang tidak lain adalah ayahnya Saka dan Brian.
Broto adalah nama keluarga yang jarang dipakai dalam nama resminya di perusahaan. Sama halnya dengan Saka, nama lahirnya adalah Rasaka Broto Nugraha. Jika berdasarkan khas Jawa, namanya menjadi Rasaka Broto Nugroho dan Brannu Broto Nugroho.
Baiklah, cukup dengan nama. Makanan sudah terhidang dengan hangat di atas meja, menunggu disantap oleh para manusia yang mengelilinginya.
"Silakan dimakan hidangannya," ujar Brannu dengan ramah sontak membuat Saka mendengus sinis dari sudut meja seolah menertawakan hal konyol yang baru saja dilakukan papanya.
Brannu seolah sudah maklum. "Mohon jangan diambil hati, putra saya itu memang sedikit bandel dari kakaknya."
Saka semakin muak mendengar penuturan menjijikan itu. Ia hanya memejamkan mata, berusaha tidak berontak seperti yang biasa ia lakukan di rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZERASAKA
Teen Fiction[SEQUEL ANTARES] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ketika emosi mengalahkan logika, terbukti banyak gengsinya. Hadirnya Brian dan Saka membuat Zera harus terjebak dalam pesona misterius mereka. Semuanya bertambah rumit saat Zera tahu yang sebenarnya. Tidak...