18. Hai, Jelek!

1.3K 175 97
                                        

Zera masih mematung di luar pagar tanpa bersuara. Di depannya, Brian sudah melangkah cepat untuk membuka pagar dengan ekspresi yang sangat tidak percaya akan penglihatannya.

"Lo kenapa gak bilang dulu kalau mau ke sini?" Ia memegang pergelangan tangan Zera lalu kedua matanya mengarah kepada sosok Kenneth yang saat itu masih duduk di atas motor.

Kenneth juga tertegun lantas tanpa disuruh ia pun melangkah menuju keduanya. "Hai lagi, bro."

"Hai juga, ayo masuk." Brian mengajak keduanya dengan lebih dulu melangkah masuk. Sementara di belakangnya, Kenneth kembali terperanjat saat mendapati sosok Saka di depan teras, sedang berdiri memperhatikan mereka.

"Hai lagi, Saka?" sapanya dengan yakin dan sosok di depannya hanya mengangguk ringan. "Gue masuk dulu." Ia pun menyusul Brian ke dalam rumah.

Saka tidak beranjak, ia masih berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Matanya menatap intens kepada Zera yang saat itu tengah melangkah menyusul Brian dan Kenneth.

Zera mencoba untuk tidak peduli akan tatapan berbahaya itu, meskipun hati kecilnya masih sangat penasaran akan apa gerangan kehadiran manusia itu di sini. Namun, gengsi tetap gengsi.

Dan sepertinya raut penasaran itu terasa oleh Saka yang langsung menggamit pergelangan tangan Zera sehingga cewek itu terpaksa berhenti.

Zera menatapnya malas seraya melepaskan gamitan di tangannya. Saka mengeluarkan senyumannya yang menjengkelkan.

"Hai, Jelek." Ia menyapa sekaligus meledek.

"Apa lagi, Malih?" balas Zera dengan nada sarkastik yang memang bertujuan meledeknya.

"Udah ada panggilan sayang nih?" godanya lagi.

Zera tertawa sampai sakit perut."Dipanggil gitu bangga lo? Jangan gila! Cepetan ngomong, gue buru-buru!" Seketika tawanya hilang menjadi judes.

Saka hanya tertawa kecil, melihat gadis itu marah adalah sebuah hobi dan kesenangan baginya. Ia menghela nafas, mendongakkan kepala menatap bulan yang bersinar terang di atasnya, seolah sedang berpikir akan suatu hal yang sangat serius.

"Sumpah ya kalau lo cuma mau becanda, gue gak ada waktu sama sekali!" Zera yang sudah kesal pun berniat melangkah untuk mengabaikan keanehan cowok di depannya itu.

Namun tidak kunjung terjadi sampai Saka yang segera berdiri di depannya, menghalangi langkahnya dengan kedua tangan yang terentang.

"Minggir," tukas Zera berusaha lewat kanan lalu ke kiri. Namun Saka selalu selangkah lebih cepat untuk mencegatnya.

Zera pun menyerah dengan helaan nafas berat. Ia berdiri menghadap Saka, mendongak menatap cowok itu, berusaha membacanya namun seperti biasa Saka sangat sulit untuk dibaca.

"Kalau lo ada kepentingan, buruan ngomong. Ini udah malam dan gue males berantem."

"Siapa juga yang mau ngajak berantem?" Saka balas bertanya dengan menautkan kedua alis.

"Ya udah, mau lo apa?"

"Ada yang perlu gue tanya."

"Tanya aja, apa susahnya?"

"Gak di sini."

Zera mengerutkan dahi, bingung. "Trus?"

Saka malah terlihat mengeluarkan ponselnya, mengutak-atik benda itu lantas menyodorkannya kepada Zera yang tentu saja membuat gadis itu semakin tidak mengerti.

"Nomor hp lo," ujar Saka memperjelas.

"Lo minta nomor hp gue?" tanya Zera memastikan dan Saka hanya mengangguk ringan.

ZERASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang