06. Flakes

2K 270 26
                                    


Selasa lewat begitu saja. Rabu begitu cepat menyapa. Kejadian senin kemarin sudah berlalu meski sempat membuat Zera kesusahan sendiri saat harus dihukum begitu saja.

Soal kartu pelajarnya entah bagaimana, intinya Zera benar-benar bertekad untuk merebut kembali kartu itu dari cowok sialan yang selalu membawanya ke dalam masalah. Ia juga tidak tahu namanya siapa, padahal name tagnya sudah tertera dengan jelas di depan baju. Namun Zera tidak peduli dan tidak mau tahu. Ia sudah terlanjur kesal dengan orang itu.

Begitulah sampai pagi ini, gadis itu terlihat sudah bersiap-siap dengan seragam sekolahnya di ruang tengah. Ia sedang mengikat tali sepatu sambil sesekali menatap layar tv di depannya. Berita tentang kebakaran rumah atau apalah itu, Zera juga tidak tahu.

"Tumben udah mau berangkat?" celetuk Bunda yang baru saja keluar dari dapur. Ruth memang selalu bangun pagi, menyediakan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Dan ia sedikit kaget melihat putrinya itu bangun sedikit lebih awal dari biasanya.

"Udah setengah tujuh kali Bun, normal lah" sahut Zera santai sembari mengikat sepatu sebelahnya. "Ayah belum bangun Bun?" tanyanya.

"Kapan ayah bangun jam segini? Paling juga nanti sore, dia kan kebo"

"Loh ayah gak ngantor?"

Ruth menuangkan susu ke dalam gelas kaca panjang di atas meja. "Hari ini gak katanya"

Zera berbinar. "Barti aku dianter Ayah dong Bun??" tanyanya sumringah.

Biasanya jika Ayah tidak ke kantor, Zera akan diantar langsung olehnya. Meskipun hal itu akan sangat jarang terjadi karena Ruth kadang tidak mengizinkan Ares mengantar anaknya ke sekolah. Katanya banyak siswi-siswi yang goda karena Ares masih terlalu tampan, apalagi statusnya masih papa muda ya kan.

"Ck, Ayah capek jangan diganggu" sahut Bunda beralasan.

"Hm...Pak Rogan?"

"Pak Rogan kan pulkam sayang"

Zera mengerucutkan bibir. Kalau begini ceritanya, ia memang harus terpaksa berangkat sama Mike. Sebenarnya sangat mudah baginya untuk pulang pergi ke sekolah, namun Zera selalu berangkat diantar supir pribadi Ayah.

Ia sangat malas bepergian dengan Kakaknya, yang ada tabrakan karena cek-cok terus. Mana Mike kalau bawa motor suka brutal, sensasinya seperti ikut pembalap liar yang sedang ikut ajang bunuh diri.

"MIKE!! CEPETAN!! GUE TELAT NTAR!!" teriaknya dari bawah dengan suara super keras membuat Ruth harus menutup kuping.

"Jangan teriak-teriak dong Ze, ayah masih tidur" ujar Bunda membuatnya terkekeh. Ia mendudukkan diri ke atas sofa, menunggu kemunculan Kakaknya. Namun belum juga muncul.

"Ck, Kak Mike buruan!! Gue bisa telat nanti!!" serunya lagi.

Terlihat dari bawah tangga, sosok Kakaknya itu berdiri, rambutnya acak-acakan dengan muka-baru-bangun-tidurnya. Ia menguap lebar dengan santai seolah tidak mendengar teriakan Zera sejak tadi.

Zera menganga shock. "Lo kok baru bangun sih?!"

Mike belum menyahut, ia melangkah menutup pintu kamarnya sembari merapikan rambut.

"Jawab Mike!" desak Zera naik pitam. Sementara Ruth hanya bisa menggeleng pasrah menyaksikan keduanya. Toh ditegur juga percuma, mungkin makin jadi.

"Apaan" sahut Mike malas.

"Ayo berangkat! Gue nebeng lo"

Mike mengerutkan dahi. "Pak Rogan?"

"Pulkam"

"Oh"

"Kok oh sih?! Ayo cepetan ntar gue telat!!!"

"Ck, gue gak ada kelas hari ini. Gak ngampus"

ZERASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang