"SWEET CHILD O MINE! OOH YEAH SWEET LOVE OF MINE!"
"WHERE DO WE GO? WHERE DO WE GO NOW?"
"OH WHERE DO WE GO NOW? NOW, NOW, NOW, NOW, NOW, NOW, NOW!"
"WHERE DO WE GO NOW? AY, AY, AY, AY, AY! AH, AH, AH!"
Dapat disaksikan dinding kamar Zera yang bernuansa biru laut itu bergetar dengan hebat. Belum lagi ditambah suara drum dan gitar listrik yang sejak tadi mengusik telinganya dari kamar sebelah.
"SWEET CHILD O MINE! AY, AY, AY, AY!"
Zera memejamkan mata geram, menahan semua kesabarannya yang sebentar lagi akan meledak.
"Berisik banget sih?!" gerutunya sudah tidak dapat menahan semua itu.
Dengan langkah yang besar dan pasti, gadis berambut terurai itu menurunkan diri dari atas kasurnya. Ia membuka pintu kamar dengan sekali hentakan lantas tiba di depan pintu kamar kakaknya hanya dalam beberapa langkah.
Tok tok tok!
"Kak!"
"WHOA WHOA WHOA!!"
"Kak Mike!!" teriaknya merubah ketukan menjadi gedoran heboh.
"WHERE DO WE GO? AY, AY, AY!!"
"KAK MIKE BUKAAA!!"
"SWEET CHILD O MINE!!"
"WOI ANJIR BUKA!!" teriaknya dengan sangat keras bersamaan dengan terbukanya pintu kamar itu oleh seorang cowok berambut plontos.
Postur tubuhnya hampir sama seperti tubuh Kenneth, hanya saja matanya tidak sipit dan kulitnya sedikit lebih eksotis. Ia berdiri sambil memegang kenop pintu, menatap gadis yang tadinya hendak marah namun kini ikutan bingung.
Ah, mengapa Zera jadi kepikiran Kenneth saat ini? Sudahlah, lagipula ia juga tidak kenal.
"Apaan sih?" tanya suara Mike dari dalam. Zera mencoba tidak mempedulikan cowok di depannya itu, lantas masuk melewatinya dengan acuh menuju Mike di dalam sana.
Terlihat kakak laki-lakinya itu sedang duduk memegang gitar listrik berwarna hitam putih. Di sampingnya terdapat sebuah drum lengkap dengan bassnya, tentu saja itu semua miliknya. Mike sangat mahir bermain alat musik, ia bahkan sering manggung di cafe-cafe atau restoran dengan bandnya yang seadanya itu. Menurut Zera bukan lagi seadanya, memang band abal-abalan.
Mike seperti sengaja berpura-pura tidak menyadari kehadiran adiknya di situ. Ia masih melanjutkan permainan gitarnya seperti tadi dengan santai. Mana gitar listrik pula, untung Mike sudah jago jadi tidak fales atau pun sumbang.
"Kak!" panggil Zera penuh tekanan. Namun Mike masih pura-pura tuli.
"Kak!!"
"Kak Mike dengerin gue!!" serunya berteriak tepat di telinga kakaknya itu.
Mike menjauhkan kepala sambil mengelus dada sabar. "Santai napa Ze, lo kira gendang telinga gue sama kuatnya ama drum apa?" tuturnya mengusap daun telinganya.
Mike memang memanggil adiknya dengan panggilan 'Ze'. Jika panggilan 'Ra' terkesan sangat feminim menurutnya, jadi tidak cocok dengan adiknya.
"Bodo amat! Lo berisik tau gak? Gue gak konsen belajar dari tadi! Kalau mau ngeband tuh jangan di rumah, di jalan noh!" tukas Zera meluapkan semua unek-uneknya.
Mike mengerlingkan mata malas. "Kalo di jalan, ngamen dong?"
Zera berdecak kesal. "Kalau lo ribut lagi gue laporin ayah biar drum sama gitar lo disita. Mau lo?" ancamnya seperti tidak main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERASAKA
Novela Juvenil[SEQUEL ANTARES] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ketika emosi mengalahkan logika, terbukti banyak gengsinya. Hadirnya Brian dan Saka membuat Zera harus terjebak dalam pesona misterius mereka. Semuanya bertambah rumit saat Zera tahu yang sebenarnya. Tidak...