15. Saka, Are You Okay?

1.6K 203 58
                                        

happy father's day! jangan benci bapack-bapack yang ada di cerita ini ya gurls. it's just a little story i created ✌😬

____


Borgol di tangan Saka sudah terlepas dan ia mulai menyadari bahwa dirinya sudah berada di dalam sel. Sekitar tiga orang lainnya juga tampak duduk menemaninya di dalam tahanan sementara itu, beberapa dari mereka seperti sedang frustasi. Sial, perkelahian di konser tadi membuatnya harus berhadapan dengan polisi sekitar.

Cowok berjaket yang wajahnya sudah lusuh dengan penampilan berantakan itu hanya bisa menghela nafas, menumpu sikunya di atas lutut lalu mulai memejamkan mata dengan jari yang memijat pelipisnya.

Tiga puluh menit berlalu, pintu tahanan itu tampak dibuka oleh seorang petugas. “Rasaka, boleh keluar sekarang.” Dengan sedikit heran, Saka menuruti saja dan melangkah keluar.

Entah apa saja yang sudah terjadi, lagi-lagi ia kaget menyaksikan beberapa orang yang sudah menunggunya di luar.

Sosok gadis berambut sebahu yang tampak duduk di kursi, serta tiga orang cowok yang berdiri mengelilinginya. Siapa lagi kalau bukan Kenneth, Brian dan Zera, serta satu orang yang seingat Saka adalah saudara Zera, ia lupa namanya.

Saka mendengus dan kembali melanjutkan langkah tidak peduli melewati keempat orang itu, ia melepas jaketnya dan menaruh jaket itu ke atas bahu sambil menyugar rambut.

Zera terlihat sudah berdiri dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca, marah, kesal, lega, dan semacamnya. Saka terlihat menghentikan langkah, menoleh kembali ke belakang, menatap gadis itu dalam diam. Begitu  juga Zera yang tidak bersuara sama sekali, ia hanya berdiri membalas tatapan sosok di depannya.

Sementara Kenneth hanya bisa menatap Zera dengan nanar, tidak dengan sorot mata kebencian seperti Brian. Mike hanya bisa mengerjapkan mata tidak mengerti mengapa orang-orang ini saling tatap dalam diam.

Tepat pukul 12 malam, Saka sudah tiba di rumahnya. Motor yang ia pakai sempat dibawa ke kantor polisi, namun sepertinya sudah bisa dibawa pulang. Ia melepaskan helm, merasakan kepalanya yang sedikit pusing, mungkin akibat minuman yang ia minum di konser tadi.

Matanya berubah melebar saat menyaksikan mobil papa yang ada di garasi. Sepertinya malam ini akan lebih membuatnya frustasi dari pada di tahan seperti tadi.

Ia hanya menghembuskan nafas, memasang kembali helmnya agar bilur-bilur kecil akibat serangan lelaki di konser tadi tidak terlihat. Papa mungkin bisa menyiksanya lebih parah jika ketahuan berkelahi lagi.

“Dari mana kamu jam segini?” suaranya yang menyeramkan kini terdengar bersamaan dengan langkah kaki Saka di ruang tengah. 

“Main sama Jiwo.” Ia menjawab sekilas lantas melanjutkan langkah menuju anak tangga.

“Mau ke mana? Duduk dulu, papa mau bicara.” Saka pun terpaksa mendudukkan diri dengan malas. Ia melirik dengan curiga kepada papa, tidak biasanya beliau datang ke rumah sampai selarut ini.
“Besok dinner, wajib datang.”

Saka melepaskan helm, tidak peduli lagi jika papa melihat wajahnya yang kacau. “Ayam kampus mana lagi?” sarkasnya. Papa hanya mendengus, “Tutup mulutmu, ini serius. Dia punya banyak yang papa butuhkan untuk perusahaan, akan lebih mudah kalau kami menikah.”

ZERASAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang