My Vanilla Blue 10

12 2 1
                                    

"Tidak ada yang membuatmu terluka, kamu hanya berekspetasi terlalu tinggi."

Jam menunjukkan pukul 17.20
Rey memarkirkan mobilnya beberapa meter dari pesisir pantai.

Bunyi kicauan burung terdengar dimana-mana. Suara deburan ombak menambah kesan pantai dengan langit berwarna oranye yang menjadi pertanda sebentar lagi matahari akan terbenam diufuk barat.

Daffa, Edgar, Rey, Tisa dan Rere duduk dibibir pantai sambil berbincang dan tertawa bersama.

"Vanilla kemana?" Tanya Edgar menyadari keberadaan Vanilla yang belum bergabung dengan mereka.

"Lagi ketoilet. Eh itu dia." Jawab Tisa saat melihat Vanilla berjalan kearah mobil.

"Laaaa! Siniii." Panggil Daffa.

"Vanilla takut sama laut. Jadi ga berani deket-deket." Ujar Tisa.

"Lah, terus ngapain lo kesini kalau temen lo takut bego." Bingung Rey.

"Dia tuh anaknya suka banget sama sunset, tapi takut sama laut. Makanya dia cuma bisa ngeliatin dari jauh." Jawab Rere.

"Duhhh bisa gituu yaa." Tambah Edgar.

Rey lalu berdiri dari tempatnya, ia mengambil dua kaleng cola kemudian berjalan kearah Vanilla yang sedang memotret langit dengan ponselnya.

"Takut laut?" Tanya Rey membuka obrolan sambil menyodorkan minuman yang tadi dibawanya ke Vanilla.

Vanilla sedikit terkejut melihat keberadaan Rey yang tiba-tiba berada disampingnya. Tanpa berpikir panjang, Vanilla mengambil minuman itu kemudian tersenyum mengangguk ke arah Rey.

"Thanks." Ucap Vanilla sembari memegang ponsel ditangan kirinya.

"Kok bisa?" Tanya Rey.
Mereka berdua bersandar dimobil, dengan posisi tubuh menghadap ke arah laut agar dapat melihat matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

"Ya takut aja. Karena laut itu gelap." Jawab Vanilla.

"Lo takut gelap?"

"Hm iya, sebenarnya lebih ke takut gelap, ketika liat laut."

"Kenapa?"

"Karena laut itu gelap, lo gabisa minta tolong kalau lo masuk kedalam sana. Gaada orang yang bisa dengerin lo, dan gaada yang bisa tau kalau lo kenapa-napa didalam sana." Jelas Vanilla.

"Lo ada pengalaman buruk sama laut? Atau ditempat gelap misalnya?" Tanya Rey yang hanya dibalas senyuman oleh Vanilla.

"Hm sorry gamaksud buat ngingetin trauma lo."

"Gapapa kok. Oiya gue boleh masuk ke mobil lo gak? Gue mau duduk disini." Izin Vanilla menunjuk kursi kemudi dengan dagunya.

Rey lalu membukakan pintu mobil untuk Vanilla.
Vanilla duduk dijok kemudi dengan posisi masih menghadap ke pintu. Ia sengaja membuka pintu mobil itu agar tetap bisa mencium aroma air laut.

Rey berdiri dihadapnnya dengan bersandar dipintu mobil yang terbuka sembari sesekali meminum cola miliknya.

"Mau gue temenin main air laut gak? Main aja. ga sampe turun kesana." Tawar Rey.

"Gue masih belum berani, nanti kalau ombaknya langsung gede gimana?
Terus didalam sana ada baby shark yang lagi nyari makan."

"Anjir lumayan juga imajinasi lo. Kalau gitu mau gak diving sama gue?" Ledek Rey.

"Kurang ajar, renang aja kaya nya lo gabisa." Ledek Vanilla balik menatap tubuh Rey.

"Dihh, kalau lo ngeliat gue renang, lo bisa pangling sama gue." Sombong Rey memamerkan otot-otot dilengannya.

My Vanilla BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang