"Senyumanmu, salah satu objek baru yang membuatku bahagia."
Vanilla menghembuskan nafasnya kasar. Sudah 20 menit ia berjalan kesana-kemari didepan mobil Jeje.
Vanilla memencet ikon panggilan berwarna hijau pada display ponsel yang sudah kesekian kalinya, tapi tak kunjung dijawab oleh Jeje.Vanilla tak punya pilihan lain selain mencari kakaknya itu.
***
"Kita permantap latihan minggu ini khusus anak kelas 11. Dan untuk teman-teman kelas 12, mohon bantuan dan kerja samanya untuk melatih pada jam 4 sore dilapangan futsal sekolah." Kata Jeje memberi arahan kepada anggota ekskul futsal.
"Berarti jadwal latihan ditambah dong kak?" Tanya Rey
"Iya, kita tambah lagi. Jadi 4 kali seminggu. Bagaimana pendapat kalian? Setuju? Apabila ada tambahan atau sanggahan, silahkan."
"Setuju kak!!!"
"Oke, untuk anak kelas 11, kalian boleh pulang dulu, dan balik lagi kesini saat jam 4.
Usahakan gak ada yang terlambat untuk memaksimalkan latihan hari ini, dan untuk kelas 12, jangan bubar dulu, kita mau membahas mengenai pemasukan dan pengeluaran yang dibutuhkan untuk bulan ini." Jelas Jeje."Je, ada Lala tuh." Ucap Dirga menyikut punggung Jeje yang membelakanginya.
Jeje lalu berbalik, ia mendapati Vanilla yang tengah berdiri dengan wajah kesal nya diluar lapangan.
"Astaga! Gue lupa punya adek." Paniknya kemudian berlari kecil mendekati Vanilla dengan wajah bersalah.
"Laa maaf, gue lupa kabarin lo."
"Handphone lo mana sihh?"
"Ada ditas, kenapa? Lo nelfon?"
"Yaiyalahhh. Bisa-bisanya lo nggak ngabarin gue. Masih lama nggak?"
"Hm kayaknya masih lama."
"Terus gue gimana? Selesai nya kapan?" Omel Vanilla dengan wajah lelahnya.
"Mungkin paling cepat sore. Atau kalau gitu lo pake mobil gue aja. Nanti gue minta tolong Pak Amir yang jemput."
"Kak Je lupa? Pak Amir lagi dibengkel. Lagi servis mobil."
"Eh iyaa, Lupaaa. Kalau gitu gue balik bareng Dirga."
"Gausah, gue naik taksi aja."
"Nggak." Tolak Jeje.
"Yaa terus gimanaa Kak?" Tanya Vanilla
"Gitu aja tadiii."
Ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba Rey datang menghampiri Jeje untuk berpamitan.
"Kak, gue cabut duluan yaa." Izin Rey.
"Sip, Jangan lupa nanti sore." Balas Jeje.
"Siap kak.
Ngapain disini La?" Tanya Rey melihat Vanilla berdiri memasang wajah kesal dengan kedua tangannya yang ia lipat didepan dada.Vanilla membalasnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
"Kalian kenal?" Tanya Jeje.
"Iya kak, temen. Meski nggak se kelas, tapi yaa kita cukup deket hehe." Jawab Rey.
"Sejak kapan kita deket?" Ledek Vanilla menjulurkan lidahnya.
"Deket sebagai sahabat dong Laaa." Jawab Rey.
"Kalau gitu, Rey gue mau minta tolong dong..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vanilla Blue
Teen FictionAda banyak trauma dan rasa sakit yang dialami oleh berbagai tokoh didalamnya. Sebelum cewek ini datang dihidup gue, rasanya hidup gue flat-flat aja tanpa ada kemajuan. Sampai gue ketemu Vanilla, yang bisa support gue secara fisik maupun mental. Be...