My Vanilla Blue 22

4 1 0
                                    

"Terkadang jatuh cinta kepada orang baru lebih baik, dibanding berjuang setengah mati untuk seseorang yang sama sekali tak menganggapmu ada."

Langit semakin hitam. Hujan turun semakin deras mengguyur hampir seluruh ibukota Jakarta.
Waktu kini menunjukkan pukul 17.30.
Udara dingin dan bunyi hujan semakin membuat gadis itu tertidur pulas.

Vanilla tertidur dibalik selimut tebal berwarna nude. Menutupi hampir seluruh badannya yang hanya menyisakan hidung hingga rambutnya.

Terlalu lelah pulang dari makam orang tuanya,
sesampainya dirumah, gadis ini bergegas mandi lalu tidur hingga saat ini. Jangankan makan siang, untuk mandi saja rasanya terlalu lelah.

Disisi lain, Terlihat Jeje yang baru saja pulang sekolah, bergegas membersihkan diri dari berbagai macam kotoran dan debu yang menempel pada tubuh dan wajahnya.

Setelah bersih-bersih dan kembali segar, Jeje kemudian berjalan menuju kamar Vanilla, Ia merasa bersalah dengan gadis itu.

Jeje Mencoba mengetuk pintu kamar Vanilla, tetapi tak ada jawaban. Dia ngambek gak ya?

Sekali lagi Jeje mencoba mengetuk pintu tinggi dihadapannya itu dengan pelan.

"Laa, gue masuk yaa." Izin Jeje menurunkan knop pintu lalu mendorongnya.

Ia mendapati Vanilla yang tak bergeming dari balik selimutnya. Lagi tidur ternyata.

Jeje mendekatinya memberanikan diri duduk dipinggir kasur berukuran Queen milik Vanilla.

"Laaa." Panggil Jeje pelan sembari mengusap lembut rambut adiknya itu.

Merasa terganggu dengan suara Jeje, Vanilla membalikkan tubuhnya kemudian mulai mengerjapkan matanya mencari asal suara itu.

Ia mendapati Jeje sedang menatap kearahnya dengan rambut yang masih basah.

"Hm?" Jawab Vanilla setengah sadar.

"Kata Bibi lo belum makan siang." Ujar Jeje yang dibalas anggukan malas oleh Vanilla karena rasa kantuk yang masih melanda.

"Makan bareng gue yuk, gue juga baru balik dari sekolah."

Vanilla memperbaiki posisi tubuhnya dengan posisi duduk. Mata bengkak dan rambut yang berantakan membuat Jeje tak tahan untuk meledeknya.

"Ini bukan muka bantal sih. Lebih ke lion king." Ledeknya.

Vanilla menatapnya dengan wajah kesal menambah kesan berantakan pada wajahnya.

"Gimana rapatnya?" Sinis Vanilla.

"Iya-iya. Maafin gue.
Lain kali ga bakal lupa deh, Janji." Kata Jeje memperlihatkan jari kelingkingnya kearah Vanilla

"Baru juga rapat sekolah, udah bisa lupa.
Gimana kalau kak Je nanti udah kerja? Bisa-bisa ingat gue yang masih hidup aja nggak." Omelnya.

"Iyaa maaf.
Lagi pula mana bisa gue lupa punya adek cerewet, dan ngeselin kayak lo."

"Ihhhh rese banget."

"Udah-udah, makan bareng gue yuk.
Laper nih, gue tunggu dibawah.
Jangan lama-lama." Balas Jeje lalu pergi meninggalkan kamar Vanilla.

***

Rey tengah berbaring disofa panjang ruang tengah sambil bermain game kesukaannya. Ia nampak serius menatap kelayar ponsel miliknya.

Toktoktok

Bunyi suara ketukan pintu dari ruang tamu.

"Bibii ada tamu." Teriak Rey dengan mata yang masih tertuju ke layar ponsel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Vanilla BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang