My Vanilla Blue 14

4 2 0
                                    

"Jika boleh meminta, aku hanya ingin mencintaimu diangka 5 dari 10 angka. Mengapa? Jika hadirku tak lagi membuat mu bahagia, aku ingin dengan mudahnya melupakanmu seenak hatiku."

Pukul 19.00

Vanilla baru saja selesai mandi dan berganti baju.
Ia keluar kamar lalu menuruni tangga untuk mencari sosok Jeje yang biasanya duduk dimeja makan duluan saat makan malam tiba.
Tapi kali ini Vanilla tak menemukan Jeje dimanapun diruangan rumah ini. Vanilla berjalan menuju dapur dan menghampiri Bibi.

"Bibi masak apa malam ini?" Tanya Vanilla.

"Masak ayam goreng hehe."

"Wawww enak dong.
Bibi jangan capek-capek banget kerjanya."

"Nggak kok, tadi bibi habis nonton tv, terus masak deh."

"Oiya Bi, Kak Jeje belum pulang?" Tanya Vanilla ragu.

"Udah kok, dari tadi."

"Udah? Tapi aku cari-cari gaada Bi."

"Mas Jejenya ada dibelakang. Barusan bibi bawain handuk dan liat Mas Jeje masih renang.." Jawab Bibi.

***
Jeje berusaha naik keatas dan duduk dipinggir kolam renang. Pikirannya tengah berkecamuk. Dilihat dari wajahnya saja, orang-orang akan mengerti ia sedang dalam keadaan yang tidak baik.

Tidak seperti biasanya, sebanyak apapun beban pikiran tentang osis, ekskul dan lain-lain, pria itu tetap bisa terlihat biasa saja. Berbeda dengan hari ini. Ia lebih banyak sendiri dan termenung dengan tatapan kosong dimatanya.

"Kak" Sapa Vanilla lalu ikut duduk disamping Jeje.

Jeje berbalik kaget.

"Munduran Laa." Ucapnya, karena ia tau adiknya takut dekat dengan kolam.

Tetapi Vanilla tak bergeming dari tempatnya dan tetap duduk disamping Jeje.

"Gue gak takut jatuh ke kolam kalau ada lo." Senyum Vanilla.

"Udah makan?"

"Belom, Bibi masih masak."

"Masuk gih, dingin."

"Kak, tadi gue didorong sama siswi yang gak gue kenal. Mungkin karena gue cantik, jadi dia iri, terus ngedorong gue kekolam renang sekolah deh.
Tapi untungnya ada Rey yang tiba-tiba datang nyelamatin gue.
Dan sekarang lo bisa liat kan? Gue baik-baik aja. Meski tadi sempet kaget, terus gemetaran, bukan gemetar karena takut, cuma karena kedinginan.

Takut sih iyaa, Tapi pas gue ngeliat lo nungguin gue dimobil waktu pulang sekolah, rasa takut gue juga ilang.
Gue ngerasa ketika didekat lo, gue bakalan aman dan baik-baik aja." Cerita Vanilla santai karena tak ingin membuat Jeje khawatir.

Jeje bergeming. Menatap adik kesayangannya dengan perasaan campur aduk ingin marah tapi tertahan.

"Kak, gue gengsi ngomong gini, tapi dengerin ajalah.
Makasih yaa udah jadi kakak yang baik, yang kuat, dan kakak yang hebat buat gue.

Maafin kalau gue masih banyak tingkah, masih suka ngeluh, masih manja. Dan makasih udah belajar mendewasakan diri buat gue, padahal umur kita cuma beda setahun setengah." Tambah Vanilla menatap Jeje lekat-lekat.

Jeje sedikit kikuk dan aneh dengan apa yang baru saja Vanilla katakan.

Ia menatap adiknya itu,
Dengan sempatnya, Jeje memukul kepala Vanilla pelan lalu memeluknya erat.

"Adek gue udah gede. Makasih ya Laaa udah hadir dihidup gue dan nemenin gue didunia ini. Gue bakalan berusaha jadi kakak yang lebih hebat lagi buat lo."

My Vanilla BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang