"Masalahnya banyak, capek nya berkali kali, sakitnya bertubi tubi, maafnya berulang ulang."
Rey melangkahkan kakinya masuk kedalam toko bunga. Ia mengedarkan pandangannya menatap seluruh sudut ruangan yang dipenuhi bunga-bunga yang cantik.
Ia sempat bingung saat melihat beberapa bunga dengan jenis dan warna yang berbeda-beda.Ponselnya bergetar, ia kemudian meraih benda persegi panjang dengan case berwarna hitam itu
kemudian memencet tombol biru untuk mengangkat panggilan yang berasal dari Edgar."Hm?" Ucapnya bersamaan saat pegawai toko bunga itu menghampirinya.
"Lo dimana nyet?" Tanya Edgar.
"Toko bunga." Balasnya sembari melihat satu persatu bunga dan menghirup bau dari bunga-bunga itu.
"Toko bunga? Ngapain? Tumben banget beli bunga."
"Kepo banget jablay. Ngapain nelfon?"
"Lo ga ikutan ngumpul di rumah Daffa?"
"Skip dulu deh, gue lagi sibuk."
"Sibuk apalo? Jangan-jangan lo lagi sama Vanilla? Anjir nih anak mainnya sama Vanilla mulu. Cewek cantik itu woi." Serunya.
"Ho oh. Udah dulu bye." Ujar Rey lalu mengakhiri panggilan dengan sepihak.
"Nyari bunga untuk siapa kak?" Tanya pegawai toko tersebut yang sedari tadi sudah mengamati Rey yang kesulitan memilih bunga."
"Saya nyari bunga yang cantik, wangi, warna putih-putih gitu ada nggak mbak?" Tanya Rey.
"Oh, buat pacarnya ya kak?" Goda Pegawai itu.
"Bukan kok.
Kira-kira bunga yang cocok untuk disimpan diatas makam bunga apa ya?""Oh, maafin kalimat saya yang tadi." Kata pegawai tersebut sedikit merasa bersalah atas pertanyaannya barusan.
"Eh nggak kok mbak."
"Bunga lily mau? Bunga nya cantik dan penuh makna. Bunga lily ini melambangkan kesedihan, cinta yang mendalam, kesetiaan, dan hubungan yang erat. Bunga ini juga wangi." Jelas pegawai tersebut sembari memperlihatkan bunga itu kepada Rey.
"Kalau gitu saya pilih bunga yang itu aja. Buketnya dibikin cantik ya mbak." Ucap Rey lalu menyodorkan kartu miliknya untuk membayar bunga itu.
***
Pulang sekolah,
Nindy mampir disalah satu restoran.
Ia mendapati pria setengah baya duduk dikursi mengenakan setelan jas, dan ber-arloji mewah. Dari penampilannya saja, pria itu nampak memiliki kekayaan yang tidak sedikit.Nindy menghampirinya dan langsung duduk dihadapan pria itu.
"Langsung ke intinya aja om." Ujarnya tanpa basa-basi.
"Nindy, kamu masih berteman baik sama Rey kan?" Tanya nya.
"Udah nggak om."
"Duh gimana ya."
Nindy menatap pria dihadapannya itu dari atas kebawah. Yang tak lain adalah Tommy, ayah Rey.
"Jadi gini, sudah bertahun-tahun lewat ketika om punya keluarga baru, tapi bunda Rey gak mau menceraikan om.
Mereka bertiga memutus semua akses komunikasi dari om. Jadi om minta tolong kamu untuk membujuk mereka. Istri om yang sekarang udah muak menunggu gugatan cerai dari Diana, Bunda Rey.Karena ia masih belum bisa menjadi istri sah saya saat istri pertama belum meninggal atau cerai. Jelasnya panjang lebar.
Nindy mengambil minuman yang sedari tadi dipesan oleh pria itu, lalu menyesapnya dengan pandangan tidak peduli.
![](https://img.wattpad.com/cover/284215876-288-k338763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vanilla Blue
Teen FictionAda banyak trauma dan rasa sakit yang dialami oleh berbagai tokoh didalamnya. Sebelum cewek ini datang dihidup gue, rasanya hidup gue flat-flat aja tanpa ada kemajuan. Sampai gue ketemu Vanilla, yang bisa support gue secara fisik maupun mental. Be...