Pernahkah kalian memikirkan hal apa saja yang akan menjadi bagian kalian dalam bertumbuh? Atau pernahkah kalian menerka siapa saja yang turut hadir mengisi kehidupan kalian?
Taehyung pernah tidak tertidur semalam suntuk hanya untuk memikirkan semua itu. Beberapa tahun silam, ketika Ia masih duduk dibangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama.
Ia yang dahulu masih haus akan kasih sayang dan hangatnya sebuah keluarga, Ia yang dahulu masih bermimpi merasakan pelukan saudara-saudaranya.
Siapa yang akan mengukir kebahagiaan dihidupku?
Siapa yang akan menggoreskan luka dihatiku sepanjang hidupku?
Siapa saja? Berapa banyak?
Aku akan hidup sampai usia tua? Atau meninggal muda?
Apa akhir hidupku bisa seindah novel-novel?
Apa dunia benar-benar indah? Apa Tuhan benar-benar menyayangiku?
Semua Taehyung pikirkan dalam satu malam, dan pada akhirnya Ia tidak mendapatkan jawaban apapun.
Tetapi hari ini, setelah Ia melewati berbagai macam luka, setelah Ia mengalami beberapa kali terjatuh dan sakit, Ia bisa menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan yang berenang di pikirannya.
"Taehyungie! Jungkookie! Astaga, dua anak ini kenapa lama sekali?? Yoongi Hyung sudah mengomel seperti orang tua kurang sirih, lebih cepatlah sedikit!" Suara Seokjin terdengar begitu menggelegar seperti pengeras suara masjid dari lantai bawah.
Seperti tidak ada tanda kehidupan, Taehyung dan Jungkook tidak menyahut sama sekali. Mereka masih di kamarnya masing-masing, entah sedang menyibukan diri dengan apa.
"Yak! Taehyungie, Jungkookie! Berdandanlah sewajarnya, tidak usah seperti yeoja. Eomma tidak punya anak perempuan, kenapa kalian bertingkah seperti wanita sedang jatuh cinta????" Kini Nyonya Kim yang berteriak menyaingi suara milik Seokjin.
Jimin menutup kedua telinganya, pagi-pagi seperti ini Kakak Sulung dan Ibunya sudah berlomba kencang-kencangan suara. Oh ayolah, mereka akan berlibur, bukan?
"Sebentar, Eomma. Aku sedang menunggu Taehyungie Hyung, sepertinya Ia yang dandannya seperti perempuan, bukan Aku." Sahut Jungkook dengan nada tak kalah kencang dari lantai atas.
Setelah menunggu hampir satu jam, keduanya kini sudah berdiri tepat di hadapan keluarga Kim lainnya dengan senyuman manis—merasa tidak memiliki dosa apapun, meski sudah membuat keluarganya berlomba-lomba meneriaki keduanya.
Oke, Taehyung dan Jungkook sudah, sarapan sudah, bekal piknik sudah, tikar juga sudah, termos berisi air panas untuk Jimin membuat mie instan juga sudah ada. Mereka sudah siap berlibur ke Pulau Jeju.
"Jangan bawa barang terlalu banyak, eoh. Kita akan menaiki pesawat menuju Jeju." Nasihat Hoseok kepada maknae line yang terlihat heboh dengan barang bawaannya.
Taehyung mengangguk ringan, "Tidak banyak. Bajuku, Jimin, dan Jungkook hanya berada di dalam satu koper. Satu koper lagi berisi bola karet yang, ban, dan raket karet yang sudah Kami kempeskan." Ujar Taehyung menjelaskan.
"Ah iya, dan sebuah peralatan menya—" Jungkook ingin menambahkan, tetapi mulutnya terlanjut dibungkam oleh tangan panjang Taehyung.
Hoseok menggelengkan kepala melihat tingkah adik-adiknya. "Kajja!" Jimin yang sedari tadi diam, tiba-tiba berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything You Never Had (Kim Taehyung) ✅
FanfictionHargai dan syukuri apa yang sudah Tuhan titipkan dalam hidupmu, berhenti mencari apa yang tidak kamu miliki sebelum Tuhan mengambil apa yang telah Ia titipkan padamu itu. Disclaimer: "Cerita hanya fiktif, Semua Tokoh hanya milik Agensi dan Tuhannya"...