Jungkook melangkahkan kakinya menuju kamar Taehyung—mengendap perlahan agar suara tapakan kakinya tidak membangunkan Sang Kakak yang sudah larut dalam bunga tidur.
Sejak hari kepulangan Taehyung dari rumah sakit berbulan-bulan yang lalu, Jungkook biasa melakukan hal semacam ini.
Ya, Jungkook akan masuk ke kamar Taehyung di tengah malam saat Ia sudah memastikan Kakaknya itu telah terlelap, kemudian Jungkook akan mengusap kepala Kakaknya—sembari merapalkan doa-doa baik dan sesekali mengecup kening Taehyung, Bungsu keluarga Kim itu menyalurkan rasa sayangnya pada Sang Kakak yang pernah Ia sakiti.
"Hari ini Tanggal tiga puluh, Hyung. Selamat ulang tahun." Ucap Jungkook berbisik, kemudian Ia mencium lama kening milik Taehyung.
"Eung? Jungkookie, ada apa?" Taehyung terbangun dari tidurnya, Jungkook menggelengkan kepala. Pemuda yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian kelulusan itu malah ikut menenggelamkan diri di balik selimut tebal milik Taehyung.
"Aku hanya ingin tidur bersama, boleh?"
"Boleh, kenapa Aku harus melarangmu?" Jawab Taehyung dengan senyuman.
Jeongguk segera memeluknya erat, Ia sudah begitu lama ingin memeluk Taehyung dengan penuh kasih sayang.
"Kau tahu, Hyung? Aku punya segalanya. Teman yang sangat banyak, prestasi yang banyak, Kakak-kakak yang begitu menyayangiku.."
"Aku juga punya segalanya, tapi apa Kau tahu dari semua 'segala' yang Aku punya sebelumnya, ada satu hal berarti yang tidak Aku punya. Yaitu kehangatan keluarga. Kau sudah tahu bukan jika ternyata dulu Aku sangat berprestasi? Kau juga sudah tahu kalau ternyata Aku lebih pintar darimu? Haha—" Taehyung tertawa, dan Jungkook mendengus kesal.
"—Aku juga punya Baekhyun yang begitu tulus menjadi sahabatku, tapi Aku juga sedih tidak punya kehangatan keluarga. Eomma, Appa, Seokjin Hyung, Yoongi Hyung, Hoseok Hyung, Namjoon Hyung, Jimin, bahkan Kau.. Kalian sibuk. Aku juga sibuk, tapi Aku masih bisa merasa kesepian, kadang Aku berpikir 'Kenapa kalian baik-baik saja? Padahal Aku seakan mati dalam kesendirian'—"
"—Bahkan Aku sudah sempat pasrah jika Aku harus pulang ke sisi Tuhan tanpa merasakan kehangatan keluarga." Taehyung mengakhiri ucapannya sembari memejamkan matanya.
"Maaf, Hyung.."
Hanya maaf yang dapat terucap dari belah bibir Jungkook. Ia sakit, Ia merasa bersalah..
Tetapi Jungkook tidak tahu apa yang harus Ia lakukan agar rasa bersalah itu hilang, selain dengan menyayangi Taehyung lebih dari apapun.
"Kau sudah sehat sekarang, Kau baik-baik saja. Hyung, Kau akan terus bersama Kami, merasakan kehangatan keluarga. Eomma dan Appa sudah berubah, Kami berenam juga telah sadar dan lebih banyak ingin menghabiskan waktu di rumah. Kita akan bahagia."
Taehyung tersenyum, Ia menatap Jungkook dengan tatapan yang bahkan Jungkook tak tahu apa artinya. "Kau tahu kan, Jungkook, kalau janji harus ditepati?"
Jungkook anggukan kepalanya.
"Apa yang terjadi jika seseorang tidak menepati janjinya?"
"Dia adalah seorang pengkhianat, Hyung. Orang-orang pasti akan marah dan mungkin tak lagi percaya padanya."
Taehyung tersenyum gemas. "Pintar sekali ya Adikku ini? Sudah dewasa, tahun depan kuliah."
"Hyung? Kenapa Kau bertanya random seperti itu?"
"Tidak apa, hanya ingin bertanya."
"Ah, Kau tanggal 31 akan pergi ke festival kan?"
Taehyung anggukan kepala. "Kau mau ikut?"
"Tidak, Aku ingin membiarkan dua saudara kembar menikmati festival akhir tahun bersama. Aku tak mau jadi nyamuk, tahu!"
Taehyung tertawa. "Aigoo, pagi nanti Kau akan ku ajak pergi beli Double Choco Cake, mau? Aku hari ini bertambah usia."
"Mau! Dan susu pisang?!"
"Call!"
Keduanya tertawa kecil, sebelum akhirnya saling terlelap—menjemput mimpinya masing-masing.
EVERYTHING YOU NEVER HAD
Seloyang Double Choco Cake dan seloyang Strawberry Cheesee Cake sudah tersusun rapih di atas meja makan.
Di sekitarnya sudah terhidang beberapa makanan seperti Jjangmyeon, Kimbab, Sup Rumput Laut, Bulgogi, Tteokbokki, dan se-teko besar es jeruk segar—membuat meja makan tampak penuh dan ramai.
Semua sudah berkumpul di meja makan, hanya Yoongi yang lagi-lagi telat karena masih tertidur di dalam kamarnya bersama tumpukan kertas.
"Ah, Aku telat lagi. Maaf. Hei? Bukannya hanya Taehyung yang ulang tahun? Kenapa ada dua cake?" Yoongi benar-benar seperti tamu jauh yang banyak bertanya.
Jungkook tersenyum senang. "Taehyungie Hyung menghadiahkan Double Choco Cake untukku."
"Astaga, Kau ini. Harusnya Kau yang kasih Taehyungie hadiah."
"Sudah dong! Ributnya nanti saja, Aku lapar!" Itu suara Jimin yang sudah setengah lesu.
Sarapan mereka benar-benar tertunda hingga pukul 11 Siang hanya karena menunggu Yoongi bangun dari tidurnya.
Semua tertawa bahagia, "Baiklah, mari ucapkan selamat ulang tahun untuk Uri Taehyungie!" Tuan Kim berucap antusias.
Tepukan tangan terdengar begitu ramai. Taehyung terharu. Sejak Ia pulang dari rumah sakit, ulang tahunnya menjadi sangat berarti.
Gemuruh suara dan aura kebahagiaan hari itu benar-benar terpancar dari keluarga Kim.
Semesta akhirnya membiarkan keluarga itu larut dalam kebahagiaannya, semoga saja hal ini terjadi bukan karena Semesta akan merebut kembali kebahagiaan yang tengah melekat kuat pada keluarga kecil tersebut.
End??????
Gak, bercanda!! Hehehe
Tbc.
~~~~~~ Author's Note ~~~~~~~
Halo! Sorry baru muncul lagi :')
Aku bawakan update untuk hari ini..
Makasih untuk kalian semua yang ternyata masih antusias banget baca dan nungguin kelanjutannya, tulisanku gak akan terasa spesial untukku tanpa adanya kalian 💜
Sebentar lagi end, gak akan sampai lima chapter lagi kok hehe..
Habis ini kelar, kalian mau Aku lanjutin yang Winter Promise dulu atau Chocophany??
Atau justru buat cerita baru?? :D
Thank you juga buat vote dan comment kalian!
Stay healthy semua^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything You Never Had (Kim Taehyung) ✅
FanficHargai dan syukuri apa yang sudah Tuhan titipkan dalam hidupmu, berhenti mencari apa yang tidak kamu miliki sebelum Tuhan mengambil apa yang telah Ia titipkan padamu itu. Disclaimer: "Cerita hanya fiktif, Semua Tokoh hanya milik Agensi dan Tuhannya"...