Dua Puluh

3.8K 272 8
                                    

Last Time
Jeno x Jaemin
BxB
Mpreg

.

.

.

.



"hahhh"

Helaan nafas kembali terdengar dalam ruangan sepi dengan seseorang yang untuk ke sekian kalinya terbaring di ranjang rumah sakit ini dengan kondisi tangan yang diinfus dan disuguhi oleh banyaknya obat-obatan yang menanti untuk diteguk setiap jam nya.

Na jaemin. Seharusnya hari ini dia berada di sekolah, bersama teman-temannya atau sedang berduaan dengan Jeno kekasihnya. Tapi lagi-lagi dia harus terbaring disini untuk memenuhi jadwal kontrol dan pengobatan dirinya agar bisa bertahan sedikit lebih lama lagi.

Lelah?

Jika boleh bercerita maka jaemin sudah sangat lelah dengan semua ini. Kehidupannya terlalu menyedihkan untuk diceritakan se apik mungkin pada orang-orang karena mungkin apa yang dirasakannya sebenarnya tidak akan bisa dirasakan atau dilalui oleh orang lain. Jaemin sudah terbiasa membawa segala beban yang dia emban sendirian. Jaemin sudah terbiasa memasang topeng wajah baik-baik saja dirinya dihadapan semua orang agar mereka tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.

Menyerah?

Kadang itu selalu menghantui jaemin untuk melakukannya. Semuanya terlalu melelahkan hingga rasanya jaemin ingin menyerah saja dengan perjuangannya yang tak pernah mendapatkan hasilnya ini. Kadang dirinya sudah merasa terlalu capek dan putus asa untuk melanjutkan semua ini yang tak pernah ada jaminannya kalau dirinya akan berhasil bertahan.

Tapi sekali lagi jaemin membuang jauh-jauh pikiran pikirannya itu. Keegoisan dirinya masih lebih besar dari rasa sakit nan melelahkan itu. Keinginannya untuk bertahan hidup bersama dengan orang-orang yang dicintainya masih begitu mendominasi dirinya. Masih ada senyum ayah dan bundanya yang selalu ingin jaemin lihat setiap harinya. Masih ada hangatnya pelukan kekasihnya yang selalu ingin jaemin rasakan dikala dirinya butuh seseorang untuk merengkuhnya erat. Masih ada canda tawa haechan dan renjun yang selalu ingin jaemin dengar disaat mereka menghabiskan waktu bersama. Masih banyak orang yang ingin jaemin lihat disela sela perjuangannya. Jaemin masih ingin bersama mereka semua, menghabiskan waktu dengan mereka, berbagi lebih banyak kenangan lagi agar nantinya dia tidak menyesal untuk pergi menghilang dari dunia ini

Jaemin ingin

Jaemin masih ingin merasakan bagaimana kehidupan dan diberi nafas oleh tuhan.

Jaemin tau itu tak akan bisa bertahan selamanya baginya. Jaemin tau nanti dia akan benar-benar harus merelakan semua orang dan pergi dari mereka. Jaemin tau kalau dirinya yang saat ini masih di berada di posisi seorang anak, seorang sahabat, seorang kekasih, dan seorang teman.

Nantinya akan diganti dengan sosok Na jaemin yang hanya akan dikenang dalam bingkai foto apik dengan menyisakan kisahnya saja. Nantinya jaemin hanya akan jadi seseorang yang pernah jadi figuran dalam suatu kisah semasa hidupnya. Jaemin akan menyisakan sebuah nama yang masih memiliki marga orang tuannya dengan gundukan tanah serta makam yang semoga saja akan dibuat seindah mungkin oleh keluarga yang ditinggalkannya.

Na jaemin

"Jangan menangis"

Jaemin dikagetkan oleh suara seseorang yang sudah duduk di samping ranjangnya dengan tangannya yang menghapus jejak air mata jaemin yang entah sejak kapan mulai mengalir itu

Mark

Asisten dokter dari pamannya yang sekarang ikut menjadi seseorang yang selalu memantau bagaimana perkembangan penyakitnya. Kakak dari kekasihnya Lee Jeno. Pacar dari sahabatnya Lee Haechan dan juga sosok Hyung tempatnya bercerita disaat dirinya tengah berada dalam situasi seperti ini.

Last Time    |Nomin| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang