27 : Tolong Aku

702 175 47
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Gandring berlari ke arah Wira, ia melesatkan keris pusakanya pada pria bertato naga itu. Tentu saja Wira dengan mudah menghindarinya, ia mencengkeram lengan Gandring hingga membuat pria itu berteriak. Kepulan asap keluar dari sela-sela tangan Wira.

Melihat Gandring yang terpojok, Ganapatih mengincar kepala Wira, ia berusaha menendang Wira, tetapi dengan satu tangan yang menganggur Wira menangkisnya. Sementara anjing-anjing tak kasat mata milik Harits berlarian menerjang Wira hingga ia melepaskan cengkeramannya pada lengan Gandring, terlihat lengan Gandring yang melepuh akibat cengeraman itu.

"Jangan sampai tersentuh, Sakageni itu seperti bara api yang menyala," tutur Rizwana.

Sejauh ini Wira berusaha untuk tidak menyerang Harits, hal itu yang membuatnya cukup kerepotan. Wira melirik ke arah pintu, Rawasura masih berdiri di sana menatapnya. Wira juga selalu meluangkan waktu melirik ke arah pria itu, karena Rawasura adalah yang paling berbahaya secara kemampuan fisik, bahkan daripada Rizwana.

Orang itu masih berdiri di sana, gua harus cepet-cepet numbangin salah satu orang ini sebelum dia bergerak, tapi ... sejujurnya Harits adalah yang paling merepotkan. Gua enggak nyangka kalo Harits juga berbahaya, sial.

Wira lagi-lagi melirik ke arah pintu, kini pria yang sedari tadi ia perhatikan menghilang. Sial! ke mana dia?

"Mencariku, sobat?"

Wira menoleh ke sebelah kirinya, sebuah cakar merobek sedikit perutnya secara horizontal. Rawasura adalah keluarga yang bersekutu dengan setan hingga dirinya menjadi siluman. Pria itu berdiri dengan kedua kaki dan tangan yang bukan seperti bagian tubuh manusia, ia terlihat seperti binatang buas dengan cakar tajam dan bulu lebat seperti kera, tetapi berwarna putih.

"Ettan ...." Wira menatap mantan sahabatnya, Ettan Rawasura. "Gua saranin lu mundur, gua enggak mau ngebunuh lu."

Ettan tertawa mendengar ucapan itu keluar dari mulut Wira. "Masalahnya gua enggak akan mati juga, toh, di sini kuburan lu."

Di saat Wira terpojok, tiba-tiba saja Harits terjatuh, ia tak sadarkan diri. Mereka semua menatap Harits yang ambruk secara misterius.

"Apa yang terjadi?" ucap Ganapatih sambil melirik Rizwana.

Tiba-tiba Wira tertawa. Ia membuka kaos yang dikenakannya hingga membuatnya bertelanjang dada. "Udah dimulai, ya?" Wira menempelkan telapak tangannya ke bagian luka yang dihadiahkan oleh Ettan. Ia membakar luka itu hingga pendarahannya berhenti. "Mampus kalian semua. Gua udah enggak perlu nahan diri lagi." Ia berjalan ke arah Ettan sambil menyeringai.

***

Beberapa menit yang lalu ....

"Jadi apa rencananya, Cak?" tanya Deva.

"Wira bilang, orang bernama Rizwana itu bisa ngendaliin orang lain, Kalo gitu cuma ada satu cara buat bikin Harits kembali."

"Tunggu, Wira? Gimana dia tau kemampuan Rizwana?"

"Ceritanya panjang, nanti aja dibahas. Sekarang kita harus fokus, waktu kita singkat." Cakra memasang lilin-lilin beraroma terapi. Ia juga menggelar karpet untuk membuat mereka bertiga berbaring.

"Ini mau ngapain sih sebenernya?" tanya Deva.

"Pernah denger istilah astral projection?"

Mantra Coffee : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang