Minimal vote 560, minimal komen 255 (17:30-19:30 WIB) ➡️ UP!
👩🏻🏫
Morgan dan Gwen sudah sampai di apartemen sejak kemarin, kini mereka sedang berkumpul di depan televisi karena mereka kedatangan tamu. Orang tua berserta dua adik Morgan.
"Oleh-oleh untuk Dliz mana?" Driz mengedarkan pandangannya.
"Nih, gantungan kunci." Morgan memberikan gantungan kunci dengan gambar patung singa pada Driz.
"Ih! Bosen deh gantungan kunci, sehalusnya abang bawa patung singanya ke sini!" Driz melipat kedua tangan dengan wajah cemberut.
Winnie menghela napas. "Aku jadi capek sendiri karena banyak banget tawaran endorse untuk Driz." kata Winnie pada Dexter sambil menatap layar ponselnya.
"Hah? Endolse? Mami! Dliz mau endolse!" Driz langsung menghampiri ibunya.
"Dih, bilang huruf R belom bisa malah sok-sokan mau endorse." cibir Morgan.
"Endorse itu nggak enak, Driz. Bikin capek, harus profesional juga." kata Louie.
"Jadi maksud abang, Dliz ini nggak plo... Plofisi..."
"Apa? Apa? Lu mau ngomong apa?" tanya Morgan sambil meledek Driz.
"Pokoknya Dliz mau endolse!" Driz mengambil ponsel ibunya, "ini mami lagi chattingan sama olang yang mau endolse Dliz?"
"Driz mau ngapain?" tanya Gwen saat melihat Driz mengarahkan layar ponsel pada wajahnya.
"Hai, ini Dliz. Tante mau endolse Dliz, ya?"
Gwen terkejut melihat Driz dapat melalukan video call sedangkan yang lainnya biasa saja.
"Ya ampun, ini beneran Drizella, ya?"
Driz tersenyum sambil menatap orang-orang yang ada di dekatnya. "Selebglam." ucap Driz sambil menunjuk dirinya sendiri. "Iya, Dliz mau endolse."
Winnie langsung mengambil ponselnya. "Maaf, Mbak. Sebenernya saya keberatan, anak kecil kayak gini takutnya gampang bosen karena mbak sendiri bilang ntar anak saya harus lakuin pemotretan ini itu."
"Mami..." Driz terdiam saat mulutnya ditutup oleh tangan Winnie. Driz segera menjauhkan tangan sang ibu dan berdiri di hadapan Winnie di mana Winnie sedang duduk di sofa. "Dliz mau endolse!"
"Anak saya susah banget diatur, Mbak."
"Mami bohong! Intinya mau endolse!" Driz menarik tangan Dexter. "Daddy, Dliz mau endolse."
"Ntar kalo Driz kecapekan gimana?" tanya Dexter.
"Saya pikir-pikir dulu, ya, Mbak. Selamat malam." Winnie meletak ponselnya di meja lalu menatap Driz yang merengek.
"Mami! Kalo Dliz endolse, Dliz bisa punya banyak uang telus nanti Dliz jadi olang kaya!"
"Biar mami sama daddy kasih Driz uang, abis itu Driz masukin ke celengan." ujar Winnie.
"Lagian kalo endorse, Driz ngerti nggak harus pose kayak gimana?" tanya Dexter.
"Ngelti!" Driz mengambil ponsel milik Morgan lalu memegang ponsel itu dengan posisi tegak dengan tangan kanan dan ia taruh tangan kirinya di bagian bawah ponsel seraya tersenyum lebar.
Driz beralih terlungkup di lantai dengan bagian dada dan kepala yang tegak, tangan kanan Driz tetap memegang ponsel dan tangan kiri menopang dagu, satu kaki Driz ditekuk dan tidak lupa senyum mengembang lebar. Tingkah Driz itu berhasil membuat mereka tertawa.
Raut bahagia Driz berubah sedih. "Dliz mau endolse." kata Driz seraya memperhatikan layar ponsel Morgan yang baru saja menampilkan sesuatu.
"Aiko telus ada emoticon love walna melah, telfon abang." ujar Driz membuat Winnie membulatkan mata dan langsung menatap Morgan yang tampak panik.
"Bial Dliz angkat telus dispeakel."
"Diem, Morgan." kata Winnie membuat Morgan yang hendak merampas ponsel dari Driz, terdiam di tempat.
Driz sudah menjawab telepon dari Aiko dan mengurungkan niat untuk menyapa karena Aiko lebih dulu bersuara.
"Morgan, aku kangen, ketemu yuk?"
Morgan mengumpat di dalam hati seraya melirik Winnie yang menatapnya dengan semakin tajam lagi lalu melirik Gwen yang hanya diam dengan kepala yang sedikit tertunduk.
"Matiin, Driz." ujar Winnie.
"Abang mau dimalahin? Oke!" Driz segera mengakhiri panggilan telepon Aiko lalu mengambil toples berisi keripik kentang goreng dan duduk di lantai. "Mulai!" seru Driz pada Winnie sambil memasukkan kentang goreng ke dalam mulut.
👩🏻🏫
Morgan duduk sendirian di balkon kamar di mana hari sudah larut dan Gwen sudah tidur. Morgan duduk dengan kepala yang bersandar pada dinding sambil menatap langit. Bukan hanya Winnie yang menegurnya mengenai Aiko tadi, Dexter juga.
Winnie sampai mengancam ingin menyebarkan informasi kalau Morgan sudah menikah dengan Gwen jika Morgan masih saja berhubungan dengan Aiko. Jika informasi memang tersebar nantinya, dan sampai ke sekolah, Morgan juga Gwen tidak khawatir mengenai apakah mereka akan dikeluarkan atau tidak. Pemilik sekolah adalah bagian dari keluarga Morgan, beliau sudah mengetahuinya sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal kelanjutan mereka di sekolah nanti. Namun, Morgan tidak ingin informasi itu tersebar. Morgan tidak ingin dijauhi oleh Aiko dan tidak ingin dibenci oleh Vincent. Morgan menghela napas panjang.
Morgan akui Gwen adalah perempuan baik, sangat baik, anehnya Morgan masih menginginkan Aiko walaupun tidak seperti dulu yang sampai membutuhkan kata sangat. Walaupun begitu, tetap saja Morgan tidak bisa menjauh dari Aiko.
Morgan masuk ke kamar karena ia sudah merasa cukup di luar, Morgan duduk di tempat tidur sambil menatap Gwen yang terlelap. Saat Winnie dan Dexter menegur Morgan, Gwen lebih banyak diam bahkan menutupi keburukan Morgan di depan orang tua laki-laki itu saat Winnie atau Dexter mengajukan pertanyaan tentang bagaimana Morgan di belakang mereka.
👩🏻🏫
"Kemaren aku telfon kamu, mami kamu kayak lagi marah gitu."
"Marah sama gue. Ya, gue ada buat salah gitu." Morgan tersenyum menatap sejenak Aiko.
"Beneran? Kenapa aku ngerasa mami kamu nggak suka, ya, kalo kamu deket-deket sama aku? Aku jadi keinget waktu kamu tanding basket sama anak IPS satu, mami kamu marah abis kamu ngomong lewat mic itu."
"Enggak, ya kali nggak suka sama lo. Lo pernah main ke rumah gue, nyokap gue welcome banget sama lo, 'kan?"
Aiko mengangguk, "iya sih."
"Udah deh jangan bahas nyokap gue, buruan makan." Morgan menunjuk makanan Aiko. Morgan pulang bersama Aiko dan kini mereka sedang berada di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari sekolah.
"Aku bentar lagi ulang tahun." kata Aiko dan tertawa melihat Morgan membulatkan mata. "Kamu lupa lagi, ya?"
"Jujur, iya. Jangankan ulang tahun lo, ultah bonyok gue aja gue nggak inget, Ai. Terus, lo mau hadiah apa dari gue?" tanya Morgan seraya mengaduk minumannya.
"Aku mau kita dinner di hari ulang tahun aku, bisa?"
Morgan diam sejenak dan tak lama mengangguk, "bisa."
Aiko langsung tersenyum lebar, "aku jadi nggak sabar."
Morgan tertawa. "Lo cuma pengen dinner sama gue? Maksudnya, lo nggak pengen minta yang lain lagi? Dalam bentuk barang?"
"Em..." Aiko menggeleng, "dinner sama kamu aja udah cukup."
Morgan mengangguk, "oke."
👩🏻🏫👩🏻🏫👩🏻🏫
Qotd: menurut kalian karakter Aiko ini protagonis atau antagonis?
![](https://img.wattpad.com/cover/286139141-288-k955761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Own Teacher [COMPLETED]
Teen Fiction"Morgan, tolong nikahi saya." Morgan tertawa keras setelah mendengar permintaan gurunya yang masih muda itu. Walaupun cantik, masih muda, dan sudah pasti pintar. Morgan tidak bisa memenuhi permintaan sang guru karena menikah dengan guru sendiri adal...