Marry My Own Teacher-27

8.2K 1.2K 310
                                    

Minimal vote 560, minimal komen 255 (17:30-19:30 WIB) ➡️ UP!

👩🏻‍🏫

Gwen melihat Morgan makan berdua dengan Aiko di kafe dan Morgan sendiri tidak tahu jika Gwen melihatnya. Rasanya percuma Gwen meminta Morgan untuk cukup bermain di belakangnya karena tanpa laki-laki itu ketahui, Gwen sering melihat Morgan bersama Aiko walaupun Gwen sadar jika Morgan berusaha untuk sembunyi-sembunyi darinya.

Gwen sedang duduk di atas karpet sambil melipat baju-baju miliknya dan juga milik Morgan dengan bayangan bagaimana Morgan berduaan bersama Aiko di kafe, terus berputar di kepala Gwen.

Mendengar pintu kamar terbuka, Gwen menatap ke arah pintu walk-in closet menunggu Morgan masuk. Walaupun suasana hati Gwen sedang tidak baik-baik saja, Gwen langsung menyambut kedatangan Morgan dengan senyumannya.

"Kamu udah makan?" tanya Gwen.

Morgan mengangguk sambil melepas kancing seragam, "lo pulang naik apa?"

"Aku naik ojek online, kayak biasa."

"Kenapa lo nggak naik taksi sih? Paling cuma berapa."

Gwen tertawa, "lebih murah naik ojek online."

Morgan memperhatikan Gwen yang sedang melipat bajunya, "gue bakal beliin lo mobil."

Gwen terkejut, "mobil? Untuk aku? Nggak usah."

"Gue ngerasa jahat biarin lo naik ojol, panas-panasan."

"Nggak papa kok, aku udah biasa naik ojek online. Lagian, aku nggak bisa nyetir mobil."

Morgan sedikit menaikkan alis. "Jadi, lo nggak mau karena nggak bisa nyetir atau ngerasa nggak enak sama gue?"

"Walaupun aku bisa nyetir, ya, aku ngerasa nggak enak sama kamu."

"Tetep bakal gue beliin, tapi gue cuma bisa beliin yang harga lima ratus jutaan. Kalo lo mau yang harga miliaran, tunggu gue jadi bos."

Gwen membulatkan mata, "cuma lima ratus jutaan? Serius, nggak usah beliin aku mobil deh."

"Lo pengen yang harganya miliaran?"

Gwen menggeleng dengan cepat. "Mau harganya berapapun, nggak usah beliin aku mobil."

Morgan menghela napas lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

👩🏻‍🏫

"Morgan!" seru Gwen saat melihat Morgan memegang selembar kertas yang berisi soal ujian matematika untuk seluruh anak kelas dua belas.

Morgan mengangkat tangannya, "jadi ini soal ujian yang dibuat sama tim guru? Wah."

"Morgan, jangan diliat dong." Gwen berusaha mengambil kertas soal yang Morgan pegang.

"Gue punya mata ya gue liat lah, lo diem."

Gwen pun diam dengan raut kesal.

Morgan sedikit melebarkan mata sambil menunjuk wajah Gwen, "lo kesel? Udah berani kesel sama gue?"

"Oke, kamu boleh liat soalnya tapi jangan sampe kamu bocorin ke temen-temen kamu."

"Enggak lah." Morgan duduk di kursi yang biasa Gwen duduki ketika memeriksa tugas murid-murid. "Gue mau ngerjain sekarang, harus lo periksa sekarang juga."

"Nggak, nggak akan aku periksa."

Morgan mengarahkan jari telunjuk dan tengah pada matanya lalu beralih ke mata Gwen. "Lo mau gue bikin nggak bisa jalan?"

Gwen menghela napas lalu naik ke tempat tidur dan membiarkan Morgan mengerjakan soal ujian untuk besok hari. Gwen berbaring di tempat tidur dan sesekali menatap Morgan yang benar-benar mengerjakan soal ujian tanpa laki-laki itu membuka buku. Gwen akui Morgan memang pintar tetapi sayangnya laki-laki itu termasuk ke dalam golongan murid yang nakal walaupun tidak terlalu.

Gwen beralih duduk lalu mengambil ponselnya yang ada di nakas untuk menghubungi Edgar. "Halo, Pak? Untuk soal yang saya buat, kira-kira masih ada waktu nggak ya untuk saya ubah?"

Morgan langsung menoleh ke belakang saat mendengar ucapan Gwen sekaligus penasaran dengan siapa perempuan itu berbicara. Morgan menghampiri Gwen dan merebut ponsel yang Gwen pegang.

Morgan menatap sejenak layar ponsel Gwen lalu menatap Gwen, jempol Morgan bergerak menghidupkan loudspeaker.

"Kamu mau ubah soalnya?"

Morgan kembali menatap Gwen ketika mendengar Edgar memakai kata kamu.

"Em... Iya, tapi kayaknya udah nggak bisa, ya, Pak?"

"Nggak bisa, kalo kamu mau ubah soal seharusnya dari dua atau tiga hari yang lalu."

"Iya sih, besok udah ujian." balas Gwen.

"Kamu lagi sibuk, Gwen? Aku pengen ajak kamu makan malem, ya, walaupun agak telat sih."

Gwen tertawa seraya menatap Morgan. "Saya udah makan, Pak."

"Oh, udah? Kalo gitu, besok malem, gimana?"

"Pak, saya udah punya suami. Nggak enak rasanya kalo saya makan berdua sama laki-laki lain, mungkin kita bisa ajak rekan-rekan yang lain? Kalo rame-rame, saya mau."

Morgan mengangguk kecil mendengar ucapan Gwen barusan lantaran Gwen sadar akan status perempuan itu.

"Oh, oke. Mungkin kita bisa dinner sama yang lainnya. Kalo kayak gitu, selamat malam."

Belum sempat Gwen membalas, Morgan langsung mengakhiri sambungan telepon.

"Awas aja kalo lo makan berdua sama dia."

"Kamu boleh makan sama perempuan lain, makan sama perempuan yang kamu sayang sedangkan aku nggak boleh makan sama rekan aku sendiri?"

"Dia suka sama lo, Gwen."

"Tapi aku sendiri sadar kalo aku udah punya suami, Morgan. Aku sadar, nggak mungkin aku macem-macem apalagi sampe bales rasa suka Pak Edgar."

Morgan mengarahkan telunjuknya pada Gwen. "Lo nggak mau dengerin apa kata gue? Bukannya lo harus dengerin apa yang gue bilang? Gue suami lo."

Gwen menghela napas seraya memalingkan wajah. "Iya, aku nggak akan makan berdua sama Pak Edgar."

Morgan menatap Gwen yang enggan menatapnya dan Morgan tidak merasa kesal, justru Morgan merasa lega lantaran Gwen mau mendengarkan ucapannya.

"Gue bakal blokir nomor dia." ujar Morgan membuat Gwen membulatkan mata. Entah mengapa, Morgan lebih suka memakai kata dia daripada menyebut nama Edgar langsung.

"Kamu kenapa sih?" Gwen yang duduk langsung berdiri.

"Gue nggak yakin lo bakal dengerin omongan gue." Morgan sedikit mengangkat tangannya saat ponsel yang ia pegang ingin dirampas oleh Gwen.

"Aku dengerin kok, aku nggak akan makan berdua sama Pak Edgar. Jangan main blokir kayak gitu dong."

"Sekarang lo bakal ngomong kayak gini, ntar kalo gue nggak ada, lo pasti bakal berduaan sama dia."

Gwen menggeleng dengan cepat, "kenapa kamu jadi egois, posesif gini?"

"Oke, gue jujur. Mata gue sakit ngeliat lo berduaan sama dia."

"Iya-iya, aku tau. Tapi jangan diblokir nomor Pak Edgar, aku janji nggak akan berduaan apalagi sampe makan bareng sama Pak Edgar, aku janji."

"Demi?" tanya Morgan.

"Demi kamu." balas Gwen membuat Morgan tidak berbicara apa-apa lagi.

Morgan meletak ponsel Gwen di nakas lalu menyentuh kedua pipi Gwen dan ia cium perempuan itu di mana Gwen hanya bisa pasrah.

👩🏻‍🏫👩🏻‍🏫👩🏻‍🏫

Qotd: apa kalian suka Morgan yang posesif ke Gwen?

Marry My Own Teacher [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang