Minimal vote 515, minimal komen 250 (17:30-19:30 WIB ➡️ UP!
IG : audryaprillia04
👩🏻🏫
Gwen masuk ke kelas Morgan di jam pelajaran terakhir dan bel pulang sudah berbunyi, penghuni kelas juga sudah meninggalkan bangku mereka masing-masing dan Morgan sendiri masih duduk di bangkunya.
Gwen menoleh sejenak untuk melihat siapa yang masuk dan kepalanya kembali menoleh, menatap Aiko yang kini sedang berjalan mendekati Morgan. Gwen memilih untuk menyibukkan diri dengan barang-barang yang sedang ia rapikan tetapi kuping Gwen siap mendengar apa yang akan Morgan dan Aiko bicarakan.
"Kita jadi pergi karaoke, 'kan?" tanya Aiko dan Gwen dapat mendengarnya.
Gwen memperlambat gerakan tangannya yang sedang memasukkan barang-barang seperti pulpen dan ponsel ke dalam tas karena ia ingin terus mendengarkan obrolan dua orang yang di depannya.
"Karaoke?" beo Morgan seraya melirik Gwen.
"Iya, kemaren kamu bilang besok kita karaoke. Ya udah, berarti hari ini."
Gwen mengangkat ponselnya sejenak karena ponsel itu bergetar dan dari layar dapat Gwen lihat Morgan baru saja mengirimkan pesan kepadanya untuk masuk ke mobil lebih dulu. Itu artinya mereka pulang bersama? Dan Morgan tidak pergi dengan Aiko?
"Selamat siang, Morgan, Aiko." kata Gwen sambil memakai tasnya.
Aiko tersenyum. "Siang juga, Bu. Hati-hati, Bu Gwen."
Gwen tersenyum sambil mengangguk dan tujuannya bukan parkiran melainkan pos satpam karena Morgan mengatakan jika laki-laki itu menitipkan kunci mobil pada sang satpam.
"Sorry banget, Ai. Gue harus ke kantor lagi, gue akhir-akhir ini bakal sibuk banget, ya, lo tau lah gue yang bakal gantiin bokap. Jadi, gue harus lebih sering-sering di kantor."
"Yah, kok gitu sih? Ya udah, aku ikut kamu ke kantor."
"Ntar lo bosen, gue bisa sampe malem."
"Yang bener?"
Morgan mengangguk dengan cepat.
"Terus kapan kita bisa keluar bareng?"
Morgan tampak berpikir. "Gue bakal atur jadwal gue, jangankan keluar sama lo, nongkrong aja gue udah jarang banget, banget. Tanya aja temen-temen gue kalo nggak percaya."
"Ya udah deh." Aiko tampak sedih.
Morgan tidak tega melihat Aiko saat ini, ada rasa bersalah yang ia rasakan tetapi di satu sisi, Morgan ingin bisa membagi waktunya untuk Gwen.
👩🏻🏫
Morgan dan Gwen tidak langsung pulang ke apartemen melainkan pergi ke kantor karena katanya ada sesuatu yang ingin Dexter berikan pada Morgan.
"Kamu buat kesimpulan dari materi meeting, maksimal dua hari, ya." kata Dexter.
"Hah? Sebanyak ini dua hari? Yang bener aja dong, Dad." Morgan langsung mengeluh.
"Ya ampun, Morgan. Nggak malu ngeluh di depan istri?" tanya Dexter sambil menunjuk Gwen yang sedang duduk di sofa.
"Dad, tapi ini beneran banyak banget. Ibaratnya Morgan ini masih newbie tapi udah dikasih kerjaan yang segini banyak. Oke lah, Morgan bisa, tapi waktunya seminggu dong."
"Dua hari. Daddy yakin kamu bisa, sekalian daddy mau liat gimana kinerja kamu." Dexter menepuk-nepuk bahu Morgan.
Morgan menghela napas panjang. "Si Driz main taruhan tuh di sekolah, uang seratus ribunya abis." kata Morgan sambil memperhatikan layar laptop.
"Hah? Driz? Taruhan soal apa?" tanya Dexter dengan ekspresi terkejut.
"Kita nggak tau taruhan soal apa, tapi Driz sempet minta uang ke Morgan, Dad. Gwen udah kasih pengertian juga saran ke Driz kalo uangnya itu ditabung aja, untungnya Driz mau dengerin saran Gwen." balas Gwen.
"Kenapa tau-tauan soal taruhan? Gwen nggak kasih tau guru Driz?" tanya Dexter lagi.
Gwen mengangguk. "Udah kok, waktu Gwen anter Driz balik ke kelasnya."
Dexter mengerutkan dahi, "ke kelas Driz?"
"Driz dateng ke kelas, marahin temen-temen sama guru killer karena liatin dia, ya untuk minta seratus ribu sama Morgan." jawab Morgan.
"Astaga." Dexter bingung harus mengeluarkan kalimat apa untuk anak bungsunya.
👩🏻🏫
Gwen masuk ke kamar dengan membawa segelas teh untuk Morgan yang sedang duduk di kursi dengan mata yang tertuju pada layar laptop.
Morgan menatap teh hijau yang baru saja Gwen taruh di meja dan Morgan tidak ada meminta untuk dibawakan teh itu. "Lebih bagus kopi."
"Lebih bagus teh." Gwen duduk di sebelah Morgan dan memperhatikan apa yang sedang Morgan lakukan melalui laptop.
Melihat layar ponsel Morgan menyala, mata Morgan dan Gwen sama-sama tertuju pada ponsel itu dengan notifikasi pesan muncul di layar yang berasal dari Aiko.
Aiko❤️
Aku kangen kamu, bisa ketemu nggak?Gwen menatap Morgan, ternyata Morgan masih memberikan emoticon hati untuk kontak nama Aiko. Gwen tidak merasa sakit hati setelah membaca pesan Aiko barusan, mengenai Gwen akan sakit hati atau tidak, tergantung dengan bagaimana respon Morgan dalam menyikapi Aiko.
Morgan menatap sejenak Gwen dan mencoba untuk fokus pada kegiatannya tetapi gagal lantaran Aiko menghubunginya lagi via video call.
Gwen tertegun melihat Morgan menjawab panggilan video call Aiko, seketika Gwen merasa takut dan sangat tidak siap karena Gwen tidak ingin menyaksikan Morgan yang asyik bersama Aiko dan melupakan dirinya. Gwen ingin pergi tetapi Morgan sudah menjawab panggilan video call Aiko, Gwen pun hanya bisa duduk diam di tempat.
"Lo pengen ketemu? Gue nggak bisa, Ai. Nih liat, gue di suruh review ini sama bokap gue abis itu gue bikin kesimpulan, maksimal dua hari." Morgan memutar kamera menjadi kamera belakang untuk memperlihatkan layar laptopnya.
"Kenapa jadi susah banget, ya, kita berduaan?"
"Ya, mau gimana? Resiko sih. Udah dulu, ya? Gue masih harus lanjut nih."
"Kamu beneran sibuk atau sengaja cari kesibukan? Aku ngerasa kamu kayak jauhin aku."
"Nggak kok, gue beneran sibuk, Ai."
"Kamu masih pegang janji sama sumpah kamu, 'kan? Kamu bakal tunggu aku sampe aku siap."
Morgan diam tanpa melirik Gwen yang berada di sebelahnya, tentu saja Morgan menjaga kamera ponsel agar tidak memperlihatkan Gwen ataupun bagian tubuh Gwen.
"Morgan? Kamu lagi deket sama cewek lain? Untuk apa kamu pake ucapin janji sama sumpah? Kamu bakal tetep tunggu aku atau enggak?"
Morgan mengangguk. "Gue masih mau nunggu lo."
👩🏻🏫👩🏻🏫👩🏻🏫
Qotd: Morgan bego, yes or yes?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Own Teacher [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Morgan, tolong nikahi saya." Morgan tertawa keras setelah mendengar permintaan gurunya yang masih muda itu. Walaupun cantik, masih muda, dan sudah pasti pintar. Morgan tidak bisa memenuhi permintaan sang guru karena menikah dengan guru sendiri adal...