Minimal 340 votes, minimal 155 komen. (17:30-19:30 WIB) ➡️ UP!
👩🏻🏫
Morgan, Ben, dan Natta berdiri di balik dinding, lebih tepatnya mengintip Vincent yang kini sedang duduk berhadapan dengan Gwen di ruang guru yang sunyi karena penghuni sekolah sudah pulang, hanya mereka yang tersisa.
"Ayo kita taruhan, gue yakin Vincent ditolak." kata Morgan dengan pelan.
"Gue tim Vincent ditolak." balas Natta dan Ben secara bersamaan.
"Lah, anjing. Masa kita bertiga samaan. Lu, Nat, lu tim Vincent diterima." kata Morgan di mana Ben mengangguk setuju.
"Nggak! Gue nggak ikut kalo kayak gitu." Natta menggelengkan kepala.
"Lo jangan-jangan kalo malem jadi Nattalie, ya?" Morgan membulatkan mata.
Natta tersenyum manis lalu mencolek dagu Morgan dengan gerakan lemah gemulai membuat Morgan langsung mendorong temannya itu membuat Natta keluar dari persembunyian mereka dan Gwen menyadarinya.
"Kamu ngapain, Nat?" tanya Gwen.
"Ini, Bu. Habis didorong setan." Natta tertawa lalu berpura-pura pergi dan setelah yakin jika Gwen tidak melihatnya lagi, Natta berdiri di barisan paling belakang setelah sebelumnya berada di depan. Morgan lah kini yang berada di depan.
Morgan berserta dua temannya memasang kuping dengan baik-baik untuk mendengarkan percakapan Vincent dan Gwen dengan jarak mereka yang tidak terlalu jauh.
"Bu, umur saya sembilan belas tahun. Kalo nggak salah, ibu dua puluh satu, bener?"
Gwen mengangguk sambil tersenyum. "Bener, kenapa tiba-tiba aja kamu bahas soal umur, ya? Kamu telat masuk sekolah, ya, makanya di umur sembilan belas tahun masih duduk di bangku SMA?"
"Iya, Bu. Untung aja saya telat masuk sekolah karena saya bisa ketemu Bu Gwen." Vincent mengulum senyum.
Gwen tertawa. "Oke, jadi kamu mau ngomong apa nih?"
"Menurut ibu, di dalam hubungan itu umur penting nggak sih? Maksud saya, yang tua itu harus laki-laki."
Gwen langsung teringat tentang jarak umurnya dengan Morgan. Gwen menggeleng, "menurut ibu nggak penting. Mau yang lebih tua si perempuan dari si laki-laki, itu nggak masalah sih."
Vincent mengangguk. "Kalo boleh jujur, saya tertarik sama ibu. Maaf kalo saya lancang, Bu. Tapi saya udah nggak bisa tutupi perasaan saya lagi."
Gwen terdiam dengan raut syok. Gwen memang dengar ketika Morgan mengatakan Vincent menyukainya dan Gwen pikir Morgan hanya bercanda.
"Vincent?" panggil Gwen masih dengan raut syoknya.
"Saya pikir cukup banyak murid yang jalin hubungan sama gurunya sendiri, bukan di sekolah kita yang pastinya. Bahkan sampe ada yang nikah sama guru sendiri."
Gwen memainkan jemarinya seraya melirik ke kanan dan kiri. "Vincent, ibu nggak bisa jalin hubungan sama kamu."
"Karena saya murid ibu?"
Ingin sekali Gwen berterus terang jika ia sudah memiliki calon, tetapi Gwen tidak ingin Vincent menjadi penasaran lalu mencari tahu siapa calon suaminya.
"Iya, ibu lebih nyaman kalo hubungan kita itu cuma sebatas guru dan murid." Gwen tersenyum.
Vincent mengangguk-anggukan kepala dan seketika bingung harus bagaimana, mengatakan apa. Daripada hatinya terasa semakin sakit, Vincent memutuskan untuk pergi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry My Own Teacher [COMPLETED]
Genç Kurgu"Morgan, tolong nikahi saya." Morgan tertawa keras setelah mendengar permintaan gurunya yang masih muda itu. Walaupun cantik, masih muda, dan sudah pasti pintar. Morgan tidak bisa memenuhi permintaan sang guru karena menikah dengan guru sendiri adal...