Happy reading
"Ada banyak hal yang harus kamu simpan sendiri, termasuk rahasiamu, perasaanmu, dan hubunganmu. Sebab, banyak orang yang mendekat berkedok sahabat namun nyatanya ia seorang penghianat."
Hari ini Sahna sudah membulatkan tekatnya untuk tidak sekolah, ia akan menjemput ibunya, dan membawanya pulang. Dan langkah pertama yang ia ambil adalah di sini, di atas jembatan. Kakinya mulai menapaki deretan anak tangga yang mengarah ke bawah jembatan.
Saat sampai di bawah, Sahna dibuat bingung. Gubuk didekat jembatan yang tempo hari lalu ia datangi bersama bu Rumi kini tak ada lagi. Kakinya melangkah dengan cepat, mengingat-ingat dimana letak gubuk itu.
"Gue nggak salah inget kan, gubuk nya waktu itu ada disini," monolog Sahna sembari menunjuk tanah yang sedang ia pijak.
Sahna melihat sekeliling. Di ujung sana, ada tumpukan karung, kayu, dan bambu yang sudah hancur. Fikiran Sahna seketika blank. Jantungnya berdebar diiringi dengan nafas yang mulai memburu. Saat melihat pemulung mengobrak-obrik tumpukan tadi, Sahna segera menghampiri pemulung itu.
Sahna menepuk pundak pemulung tersebut. "Maaf, Pak, gubuk di situ dikemanain, ya?"
Dari rautnya, pemulung tersebut nampak terkejut. "E--eh? Hah?"
"Bapak tau nggak gubuk yang kemarin berdiri tegak di situ, sekarang dikemanain?" ulang Sahna lebih jelas.
"Oooh, gubuk yang di situ ya.." Lelaki di hadapan Sahna kini terdiam membuka sedikit mulutnya. Lambat, batin Sahna.
"Iya, Pak, gubuk di situ," jawab Sahna gemas.
Pemulung tersebut menunjuk tumpukan sampah yang kini sedang ia pegang. "Ini."
Jawaban sesingkat itu mengapa terlihat seperti berfikir sangat keras? Menghela nafas kasar, Sahna semakin bingung.
"Kenapa gubuknya bisa dihancurin gini, Pak?"
"Ini gubuk dibangun di tanah milik orang lain Mbak, jadi digusur gubuknya. Awalnya sih ibu-ibu itu nggak mau, tapi yah mau gimana lagi. Digusur udah sekitar empat hari yang lalu, dan sekarang kabarnya ibu itu ditaruh di panti jompo kalau nggak salah," jelas sang pemulung panjang dengan sekali tarikan nafas.
Sahna terdiam mendengar penuturan pemulung itu, bahkan sampai pemulung tersebut melanjutkan langkahnya, Sahna tetap tak bergeming dari tempatnya.
*****
Dua hari sudah berlalu sejak Sahna menapakkan kakinya di jembatan itu. Selama dua hari pula Sahna tidak sekolah.
Hari ini hari jumat, Sahna bimbang antara ingin sekolah atau tidak. "Kalau hari ini gue nggak sekolah, tiga hari dong berarti gue Alfa."
"Tapi kalau gue sekolah.. tanggung. Besok udah libur." Monolognya sembari menatap jarum jam alarm yang terus berputar.
Ada satu hal yang membuat Sahna sangat tidak tahan di Sekolah. Izar dan Oca. Sahna tak mengerti dengan hubungannya. Sahna bingung, sebeneranya dirinya atau Oca yang menjadi kekasih Izar.
Walaupun Sahna terkesan cuek dengan kedekatan mereka, sejujurnya hati Sahna sakit setiap melihat mereka bersama. Hanya saja gengsi Sahna terlalu besar untuk menunjukkan bahwa ia cemburu. Terlebih lagi kecemburuannya tak dianggap oleh sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahna ✓
Teen Fiction[SELESAI] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Kamu tau bagaina rasanya memiliki pacar yang di rebut oleh sahabat sendiri? Alih-alih dendam, Sahna lebih memilih untuk mengikhlaskan. Tidak semudah itu untuk rela, hanya saja Sahna tidak ingin tenggelam dalam...