Happy reading.
Jumi memasuki rumah besar milik Andri, majikan nya. Hari ini ia memang datang terlambat karena sebelum sampai ia sekalian kepasar dulu. Membeli banyak sekali sayuran untuk acara pernikahan Andri dan Rima. Saat sampai, suasana lumayan ramai, ada beberapa wanita dan pria yang berlalu lalang menjalankan tugas mereka masing-masing.
"Jumi." Andri memanggil.
"Iya pak?"
"Untuk acara saya nanti, kita pakai jasa catering aja ya? Kamu dan beberapa orang yang udah saya sewa handle aja masalah kebersihan."
Jumi menghela nafas lega. Akhirnya ada kebijakan dari majikan nya. Jadi ia tidak terlalu repot mengurus ini dan itu.
"Mas, aku gak mau ya pernikahan kita pakai jasa catering, kan kita punya pembantu." Ungkap Rima dengan nada merengek. Jumi menghirup nafas dalam, semoga mandul. Doa Jumi dalam hati. Jumi ingin segera melayangkan protes. Namun,
"Oke kita gak pakai catering. Jumi, berarti tugas kamu sama yang lain nanti nggak cuman ngurus kebersihan ya, tapi ngurus keperluan makan." Mutlak Andri.
Melihat Jumi memasang raut pasrah, Andri jadi merasa kasihan. Jumi sudah mengurus Sahna dengan baik. "Nanti gaji kamu saya naikin," lanjut nya.
Raut pasrah Jumi berubah menjadi raut cerah berbinar. "Siap tuan!" jawab Jumi semangat. Semangat demi cuan.
*****
Jam istirahat kali ini, Usi tidak pergi kekantin bersama teman-temannya karena perutnya terasa sakit. Ini semua salah Dino. Ia yang datang semalam tanpa diundang dan membawakan empat porsi bakso. Jadi sakit kan perut Usi karena pakai sambel nya kebanyakan!
Sedangkan Dino segera menuju kelas Usi saat ia tidak melihat kekasihnya ada di antara Sahna, Dhea, Zahra, dan Oca.
"Kok nggak kekantin?"
"Eh?" Usi tersentak kaget, Usi memang menelungkup kan kepalanya di atas lipatan kedua tangan. Jadi ia tidak tahu siapa yang ada di dekatnya.
"Perut aku sakit." Usi mengembungkan pipinya.
"Ke UKS mau?"
"Enggak."
"Yaudah kalo gitu aku ke UKS sebentar." Setelah mengatakan itu, Dino benar-benar pergi ke UKS. Sedangkan Usi tidak mencegah, biarkan saja Dino bertanggung jawab atas perbuatan nya semalam.
"Aw! Aw! Awwh!" Dino membuka ruang UKS, lalu berlagak memegangi perutnya. Dokter cantik penunggu ruang UKS mengerenyitkan dahinya.
"Dok, saya mau minta obat sakit perut, awh!" Dino masih dengan acting nya. Sang Dokter tersenyum simpul, ketara sekali bahwa murid di depan nya sedang berbohong.
"Sakit perut karena apa?"
"Makan bakso Dok, sambelnya kebanyakan." Dino menjawab secepat mungkin. Malu juga ya ternyata berlagak seperti ini. Apa lagi ditatap oleh Dokter cantik.
"Dari awal kamu makan bakso, sampe sekarang jarak waktu nya udah berapa jam?" Dokter cantik itu rupanya ingin membuat Dino mengakui kebohongan nya.
"Hm, sekitar lima belas menit," jawab Dino asal. Terserah lah, yang penting cepet dikasih obatnya.
"Oh, oke.. baru lima belias menit. Berarti dikasih dosis ringan saja." Dokter tersebut mulai mencari obat di dalam kotak.
Dino mengusap tengkuknya, "emang jarak waktu juga membeda-bedain dosisnya ya, Dok?"
"Ya iya lah. Kalau ngasih dosisnya asal-asalan, nanti malah kejang-kejang." Dokter tersebut memasang raut serius.
Dino membelalakkan matanya. "Dok, nggak jadi deh, perut saya kayaknya udah mau sembuh." Dengan langkah cepat, Dino meninggalkan ruang UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahna ✓
Teen Fiction[SELESAI] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Kamu tau bagaina rasanya memiliki pacar yang di rebut oleh sahabat sendiri? Alih-alih dendam, Sahna lebih memilih untuk mengikhlaskan. Tidak semudah itu untuk rela, hanya saja Sahna tidak ingin tenggelam dalam...