Happy reading
"What?!" Dhea terpekik kaget. Bagai mana bisa?
"Gila kalian. Sahna mau ulang tahun, kenapa malah dibuat pingsan, sih?!" Omel Dhea sembari menempelkan punggung tangannya pada kening Sahna.
Hei, Dhea! Sahna pingsan, bukan demam. Ya tuhan, berikanlah Sahna kekuatan agar tidak terbahak melihat tingkah konyol Dhea.
Raffa mendatangi mereka berempat. "Lo pasti nggak hati-hati, kan?" hardiknya kepada Izar.
"Sini gue aja yang gendong," lanjutnya kemudian.
Izar tentu menolak. "Nggak! Enak aja. Lo pasti mau modus, kan?" Tolaknya mentah-mentah sembari menjauhkan tubuhnya.
Sahna hampir saja terpekik saat Raffa menyelipkan kedua tangannya pada ketiaknya, apa-apaan ini? Lalu tubuhnya ditarik paksa agar berpindah ke pelukan Raffa.
Namun, saat tubuhnya hampir berpindah pelukan, Izar dengan sigap menarik kaki Sahna, hingga kini dirinya bagai benda yang diperebutkan.
Raffa menarap Izar tajam. "Lepasin, Zar. Nanti Sahna jatoh!"
"Lo aja yang lepasin!" balas Izar tak santai.
Dhea menghela nafas kasar. Muak melihat perdebatan para mantannya Sahna.
"Belah aja badannya jadi dua," cetus Dhea geram.
"Lo gendong bagian tubuh sama kepala Sahna." Tunjuk Dhea kepada Raffa.
Lalu telunjuknya berpindah ke Izar. "Lo gendong setengah tubuh sama kaki Sahna. Adil, kan?"
Izar ternganga mendengar ide Dhea. Belum sempat ia melayangkan protesannya, Oca dan Usi datang.
"Gue aja yang ngegendong Sahna. Lo berdua mau terus-terusan adu mulut, kan? Yaudah minggir!" desis Oca.
Sahna geram sekali mendengar perdebatan antara mereka dan tak menghiraukan tubuhnya yang entah akan diapakan.
Mana cekalan Izar pada kakinya kuat sekali, dan tangan Raffa pada ketiaknya terasa menggelitik. Mentang-mentang ia pingsan mereka jadi semena-mena.
Sudah cukup. Sahna sudah tidak tahan.
"Turunin gue," perintahnya pada Raffa dan Izar.
Semua atensi kini mengarah pada dirinya. Mereka semua menatap Sahna takjub, seolah Sahna baru saja mengucapkan rahasia besar.
"Turunin gue! Gue mau jalan sendiri aja." Sahna menendang-nendangkan kakinya.
Setelah diturunkan, Sahna benar-benar berjalan sendiri, tangan kanannya menyambar pergelangan tangan Usi.
Mereka semua akhirnya memasuki ruangan yang sudah mereka dekor.
"Wah lilinnya banyak banget," ucap Sahna antusias.
"NA?!" Gelagap Zahra melihat sosok Sahna berdiri tegak di hadapannya.
Sahna mengengir lebar bagai kuda. "Ayo tiup lilinnya. Nanti meleleh," ucap Sahna antusias melihat kue berwarna ungu pastel, lilin huruf HAPPY BIRTHDAY melingkari kue tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahna ✓
Teen Fiction[SELESAI] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Kamu tau bagaina rasanya memiliki pacar yang di rebut oleh sahabat sendiri? Alih-alih dendam, Sahna lebih memilih untuk mengikhlaskan. Tidak semudah itu untuk rela, hanya saja Sahna tidak ingin tenggelam dalam...