Sahna•ᴗ•
Bel berbunyi, membuat seluruh murid di sekolah bersorak gembira. Sahna dan teman-teman nya berjalan beriringan menyusuri koridor, hari ini mereka akan pulang dengan naik angkut, melaksanakan rencana mereka yang tertunda tempo hari lalu.
Dari kejauhan Izar melihat Sahna sedang tertawa asyik mendengarkan Dhea yang bercerita tak kenal tempat, Zahra yang memberi bumbu agar cerita yang dibawakan Dhea lebih menggebu, Usi yang hanya tertawa, sesekali mengangguk saja, dan Oca yang berjalan beriringan dengan keempatnya namun dengan raut datar.
Izar mempercepat langkahnya, ingin segera mencapai pergelangan tangan Sahna. Namun tiba-tiba, tangan seseorang lebih dulu menggapai pergelangan tangan tersebut.
"Shit!" Izar mengumpat pelan.
"Pulang bareng gue?" tanya Raffa tiba-tiba muncul dari arah samping.
"Hah?" Reflek Sahna ber de'hah' sembari menunduk untuk melihat pergelangan tangan nya yang digenggam oleh Raffa.
Tak kunjung dilepas, Sahna tersenyum kikuk. Pipinya tiba-tiba terasa panas, "Eh, enggak. Gue naik angkut bareng mereka," ucap Sahna melirik teman-teman nya.
"Oke, berarti besok." Ini menawarkan atau menentukan? Seperti ketentuan yang bersembunyi di balik tawaran.
Sahna hanya mengangguk, "gue ke mereka dulu, bye."
"Manis banget." Raffa tersenyum lebar, sembari menatap Sahna yang berjalan cepat di depan nya.
Izar menggeram marah. "Pokoknya gue harus putusin Oca. Jangan sampe gue terlambat, Sahna harusnya nggak bisa move on dari gue kan?" Dumel Izar lalu berjalan dengan cepat, dengan sengaja ia tabrakkan tubuhnya pada bahu Raffa.
"Nggak sopan banget," gumam Raffa sembari mengibaskan baju nya seolah ada kotoran yang menempel.
Izar berhenti berjalan, membalikkan badan dan menatap sosok yang kini ada di depan nya. "Ngapa? Nggak suka?"
Raffa menaikkan sebelah alisnya. Siapa manusia aneh di depan nya itu? Dengan malas Raffa meninggalkan Izar.
"Sahna itu pacar gue. Jadi jangan deket-deket," celetuk Izar dengan nada pamer.
Kini giliran Raffa yang membalikkan badan nya. "Pacar nya Sahna?" terlihat gurat kaget di wajah nya, namun tak begitu nampak.
"Iya lah," jawab Izar sombong sekali.
"Oh." Raffa kembali melanjutkan langkahnya.
"Inget ya, jangan deketin Sahna. Gue sama dia udah pacaran dari SMP. Lo tau? Gue selalu masuk tiga besar setiap semester, jadi kalau ada pejaran yang Sahna nggak faham dia pasti nanya ke gue." Izar memperingati. Raffa memicingkan mata, pamer sekali, jadi begini ya kriteria Sahna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahna ✓
Teen Fiction[SELESAI] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Kamu tau bagaina rasanya memiliki pacar yang di rebut oleh sahabat sendiri? Alih-alih dendam, Sahna lebih memilih untuk mengikhlaskan. Tidak semudah itu untuk rela, hanya saja Sahna tidak ingin tenggelam dalam...