Happy reading.
"Mas, kamu habis dari mana tadi siang?"
"Kerja. Emang kemana lagi?" Andri merebahkan tubuhnya di kasur.
"Yakin? Kok kemeja kamu wangi parfumnya beda?" tanya Rima memicingkan mata.
"Beda apanya sih? Aku capek. Pingin tidur," jawab Andri malas.
"Kamu selingkuh, ya?" tuduh Rima, membuat Andri menghembuskan nafas kasar. Kesal sekali, ternyata wanita sangat ribet ya.
"Baru satu bulan kita menikah, kalau sampe kamu selingkuh, aku potong burung kamu!" ancam Rima, lalu keluar dari kamar dan membanting pintu.
"Nye nye nye. Dasar lebay!"
*****
Malam ini Sahna, Oca, Dhea, Zahra, dan Usi berkeliling di sebuah pusat pembelanjaan. Sejujurnya Dhea, Zahra, daan Usi masih belum bisa menerima Oca sepenuhnya seperti dulu lagi. Hanya saja, karena Oca yang selalu nempel pada Sahna, terpaksa ketiga nya terpaksa menerima kehadiran Oca demi Sahna.
"Kapan-kapan, kita minep lagi yuk?" Usul Zahra. Keempatnya mengangguk menyetujui.
"Kalau gitu, ayo kita beli piyama." Ajak Dhea semangat.
"Bagus yang ini, atau yang ini?" tanya Sahna kepada keempat sahabatnya, menunjukkan dua pasang piyama, piyama berwarna biru di tangan kanannya, dan warna kuning di tangan kiri nya. Sedangkan keempat sahabatnya sudah mantap dengan pilihannya masing-masing.
"Biru, kuning," jawab Dhea dan Oca berbarengan.
"Duh, gimana ya?" Sahna tersenyum kikuk.
"Bagus kuning," ujar Oca penuh penekanan.
"Bagusan juga biru. Cerah," sahut Dhea tak mau kalah.
Zahra dan Usi sudah ketar-ketir, sepertinya Zahra dan Oca sedang mengibarkan bendera permusuhan.
Melihat tidak ada respon dari Sahna, Oca menjadi kesal. Ia merasa diabaikan. "Terserah!" Bentak Oca, entah kepada Sahna, atau kepada Dhea, yang jelas bentakan nya sukses membuat mereka tersentak kaget.
"Gue ambil kuning aja deh. Nggak apa-apa kan Dhe?"
Mendengar keputusan Sahna, Oca tersenyum menang.
"Ih, ribet amat njir. Ambil dua-dua nya aja kenapa sih?" Usul Zahra, melunturkan senyum kemenangan yang tercetak di wajah Oca.
Akhirnya, Sahna membeli dua piyama. Setelah nya, mereka pulang kerumah masing-masing.
"Mang, ke minimarket bentar ya," pinta Oca pada Mamang si jaket hijau yang mengantarkannya pulang.
Sejak bersama para sahabatnya tadi, Oca mati-matian menahan mual, pasti masuk angin, yakin Oca pada dirinya. Memasuki minimarket, Oca langsung saja bergegas ke bagian rak. Mengambil sekotak obat yang biasa ia minum saat ia masuk angin.
Saat ingin menyerahkan barang belanjaan nya ke kasir, matanya terpaku pada sebuah benda yang berjajar rapi di dalam rak.
Dengan ragu, ia mengambil tiga buah benda tersebut.
Saat sampai di rumah, jantung Oca berpacu lebih cepat dari biasanya. Menunggu tiga benda yang ada di genggaman nya menunjukkan hasil. Air mata sudah meluruh membanjiri pipi mulus nya.
Beberapa menit berlalu, tangis Oca pecah kala melihat ketiga benda tersebut menunjukkan hasil yang sama. Yaitu, garis dua.
Dengan keras ia membanting testpack yang ada di tangan nya, lalu menangis histeris. Tak menyangka bahwa ia akan hamil, padahal ia sudah meminum pil pencegah kehamilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahna ✓
Teen Fiction[SELESAI] [SEDANG DALAM TAHAP REVISI] Kamu tau bagaina rasanya memiliki pacar yang di rebut oleh sahabat sendiri? Alih-alih dendam, Sahna lebih memilih untuk mengikhlaskan. Tidak semudah itu untuk rela, hanya saja Sahna tidak ingin tenggelam dalam...