Di sebuah negara besar atau lebih tepatnya di salah satu desa terpencil yang ada dipinggir ibu kota itu. Hidup dua orang adik kakak dengan kesederhanaan yang mereka miliki. Keduanya sudah kehilangan kedua orang tua mereka sejak sang adik masih sangat kecil. Sang kakak yang bernama Renjun dan sang adik yang bernama Jeno bukanlah saudara kandung. Mereka berdua merupakan sepupu yang sangat dekat.
Hidup susah di salah satu rumah kecil yang mereka miliki sudah menjadi hal yang biasa untuk Renjun menghidupi dan melindungi adik kesayangannya.
Jeno masih sangat kecil, anak yang sebentar lagi berusia 16 tahun itu masih terlihat sangat kecil dengan wajah polosnya.
Sifatnya yang sangat murni membuatnya terlihat sangat rapuh. Hingga sang kakak akan selalu melindungi sang adik sampai kapanpun.
Renjun sudah bersiap-siap akan pergi menangkap ikan di sungai. Ia akan pergi sendirian dan membiarkan sang adik tetap di rumah."Kakak janji akan pulang cepat seperti biasa"
Ucapnya sambil mengelus rambut sang adik. Jeno menatap kearahnya sambil tersenyum. Ia akan selalu tersenyum untuk menguatkan sang kakak."Hati-hati di rumah. Kakak pergi dulu"
Ucapnya yang langsung bergegas pergi menuju hilir sungai yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Jeno hanya menatap kepergian sang kakak dengan wajah sendunya. Ia ingin bisa berguna untuk Renjun. Namun ia masih terlalu kecil, ia bahkan tidak bisa menyisir rambutnya sendiri jika bukan Renjun yang melakukannya.Jeno tertunduk dalam, memikirkan kesusahan yang mereka alami selama ini. Betapa susahnya Renjun mencari makan untuk mereka setiap harinya. Belum lagi ia yang tidak bisa melakukan apapun untuk sang kakak yang selalu saja ia lihat kelelahan dalam melakukan aktifitasnya setiap hari.
Lama Jeno termenung. Samar-samar dari kejauhan Jeno mendengar suara derap langkah kaki yang berjalan kearahnya. Dan belum sempat Jeno mencari tau suara samar-samar itu. Sebuah kain tiba-tiba saja menutupi wajahnya. Jeno berusaha berteriak namun ia tidak bisa melakukan apapun saat ia di paksa pingsan pada saat itu juga.
Suara langkah kaki masuk ke gendang telinga Jeno yang sudah sadar dari tidurnya. Ia membuka kedua matanya dengan perlahan. Melihat sekeliling ruangan dengan perasaan takut dan khawatir dalam bersamaan.
"Dimana aku?"
Ucapnya sambil melirik dekorasi mewah yang ada di depan matanya. Ia tengah berada di salah satu kamar milik orang lain yang ia tidak tau siapa yang memilikinya.Suara pintu terbuka membuat Jeno mencoba melindungi dirinya dengan tangan mungilnya.
Terlihat seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu dengan raut wajah datarnya.
"Kau sudah bangun?"
Ucapnya yang berjalan kearah Jeno. Jeno mengangguk pelan masih dengan posisi siaganya."Perkenalkan namaku Yangyang, aku adalah kepala pelayan di sini"
Ucapnya yang masih menatap datar kearah Jeno."Pelayan?"
Jeno bergumam pelan."K-Kenapa aku bisa ada di sini?"
Tanyanya dengan takut. Yangyang tidak menjawab, ia mengambil salah satu kain putih untuk di berikan kepada Jeno."Buka baju mu"
Ucapnya yang kini menyodorkan kain itu pada Jeno."Untuk apa aku membuka baju ku?"
Tanya Jeno yang semakin ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (MarkNo)
Teen FictionJeno, seorang anak yang memiliki kepribadian ganda itu, seharusnya hanya menjadi korban pemuas nafsu seorang ketua mafia bernama Mark. Namun kenyataan lain mengubah semuanya. Saat sang ketua mafia itu tau jika anak manis itu adalah seseorang yang du...