part 10

12.3K 1.1K 0
                                    

Kamar baru Jeno terlihat sangat indah dengan dekorasi mewah yang ada di sekitarnya. Membuat Jeno merasa nyaman berada di dalam kamar itu. Namun kenyamanan itu hanya menghinggapi Jeno sebentar saja. Karena ia kembali mengingat sang kakak yang entah bagaimana keadannya disana. Apakah ia sudah makan atau apa ia tidak apa-apa setelah bertemu dengan anggota mafia milik Mark. Lalu bagaimana dengan Haechan? Hal itu berhasil membuat Jeno merasa sangat khawatir.

Hingga pintu kamar itu terbuka dan menampilkan wajah Mark.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Suara husky Mark berhasil membuat Jeno kembali pada kesadarannya.

"Tuan.."
Ucapnya sambil menunduk. Mark berjalan kearahnya lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Jeno yng terus memperhatikannya sedari tadi.

Ia menarik tubuh Jeno agar tertidur di dada bidangnya.

"Mengapa melamun?"
Tanya Mark yang kini mencium ujung rambut Jeno. Jeno menggeleng pelan, meski Mark ada bersamanya namun perasaannya masih sangat sedih. Dan Mark sangat menyadari hal itu.

"Kau ingin bertemu dengan kakak mu?"
Tanyanya yang berhasil membuat Jeno mendongak.

"Apa boleh?"
Tanya Jeno dengan tatapan berbinarnya.

"Asalkan kau berjanji tidak akan pergi"
Ucap Mark. Jeno mengangguk pelan dengan senyuman lucunya. Mark tersenyum tipis. Lalu mencium pipi gembil Jeno yang mulai berisi.

Jeno tersenyum malu lantaran terlalu senang dan hal itu berhasil membangunkan gairah yang ada di dalam diri Mark.

Ciuman lembut kembali ia berikan kepada pipi Jeno membuat Jeno merengek lucu dan berusaha menyembunyikan pipinya. Mark semakin mengerjai pipi lembut itu dengan ciuman-ciuman kecilnya. Hingga kedua mata itu kembali bertemu. Tatapan Mark beralih pada bibir semerah cherry milik Jeno. Sangat menggoda untuk di cium.

Deruh nafas Mark semakin terasa di atas bibir Jeno yang masih tertutup. Dan dengan perlahan tanpa mengatakan apapun kedua bibir berbeda ukuran itu mulai bertemu, ciuman lembut Mark berikan pada bibir manis yang baru pertama kali ia rasakan.

Hanya ciuman lembut namun hal itu berhasil membuat Jeno mengerang lembut. Rasa hangat di hatinya tiba-tiba saja muncul ingin lebih dari sang tuan.

Mark melepas ciumannya dan langsung menatap ekspresi lucu dari Jeno.

Ciuman lembut kembali ia berikan pada bibir manis itu namun hanya sebentar, dan hal itu membuat Jeno merengek lucu.

"Magu cium.."
Rengeknya sambil menampilkan mata berairnya. Jeno tau nama panggilan itu dari Yangyang. Nama panggilan Mark dulu saat ia masih kecil. Mark menggigit bibirnya dengan gemas. Ingin memakan Jeno bulat-bulat rasanya.

Pipi gembil kembali di cium dan berhasil membuat Jeno merengek pelan.

"Magu cium.."
Pintanya lagi sambil menggeliat risih di pelukan Mark.

"Tidak bisa sayang.."
Ucapnya dengan suara yang terdengar sangat lembut.

"Aku akan kelewatan nanti"
Lanjutnya mencoba memberi Jeno pengertian. Bibir mengerucut lucu, menggeliat resah di dalam pelukan Mark. Mark hanya diam memperhatikan ekspresi menggemaskan dari Jeno.

"Euhmm..Magu mau.."
Jeno kembali merengut. Ia menduselkan wajahnya di ceruk leher Mark.

"Diam hm..?"
Bisik Mark menenangkan Jeno yang mulai terangsang akibat ciuman pertamanya. Jeno menggeleng pelan. Menggapai pipi Mark lalu merengek pelan. Bokongnya ia gesekan di bawah sana. Merasa risih dengan rasa gatal yang tiba-tiba muncul disana.

"Eungh~"
Lenguhan pelan keluar dari bibir Jeno, yang berhasil membuat Mark memejamkan kedua matanya, mencoba menahan hasrat di dalam dirinya.

Jari di kulum terlihat air liur yang mulai mengalir dari sana. Mencoba menggoda Mark yang tengah menahan hasratnya.

"Hentikan, aku tidak bisa menyentuh mu sekarang"
Ucapnya yang kini mengelus pipi Jeno. Jeno merengek pelan lalu mengeluarkan jarinya dari dalam bibir manis itu. Menjilat bibirnya sendiri agar Mark mau menciumnya lagi.

Dengan mencoba menahan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. Mark kembali mencium Jeno dengan ciuman lembutnya. Namun Jeno sangat rakus, ia bahkan tidak melepaskan bibir Mark begitu saja. Ia malah menggigit, dan berusaha mendominasi Mark. Dan hal itu tidak diijinkan oleh Mark tentunya. Pria tampan itu melepaskan ciuman mereka lalu menatap Jeno dengan tegas.

Membuat Jeno merasa rakut dan langsung merubah raut wajahnya.

"Hentikan!"
Ucapnya dengan tegas.

"Aku tidak bisa menyentuh mu sekarang"
Ucap Mark yang kini memilih melembutkan tatapannya karena merasa jika Jeno sedang ketakutan. Mark menghela nafas pelan, lalu memilih mengelus pipi itu dengan lembut.

"Tidurlah, besok kita akan bertemu dengan kakak mu"
Ucapnya. Jeno mengangguk patuh. Mark mencium kening Jeno lalu setelahnya ia memutuskan untuk pergi dari sana dan membiarkan Jeno untuk beristirahat dulu.








































VannoWilliams

MAFIA (MarkNo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang