part 46

3.1K 219 0
                                    

Sedangkan di sisi lain terlihat Mark yang sedang melawan anggota Leopard lainnya, yang membuat para manusia ini merepotkan, adalah mereka menyerang beramai-ramai. Mengepung dirinya sendirian dengan banyak orang. Diserang dari segala sisi. Dari jarak jauh, maupun jarak dekat.

Kembali Mark menembaki mereka satu persatu. Membunuh mereka secara brutal.

Setelah berhasil menembaki semuanya, dengan cepat, ia meninggalkan tubuh tak berbentuk itu dan berlari menuju anggotanya.

Namun satu teriakan nyaring menghentikan langkahnya. Tidak. Tidak. Jangan.

Ia melihat bagaimana Renjun, dan Haechan tengah menangisi adik mereka. Jenonya. Tidak.

Ia berdiri di samping tubuh itu. Melihat kulit putihnya yang telah terlumur darah. Tiga luka tembak. Satu di kaki kanan, satu di tangan kiri, dan terakhir dibagian perut. Sisi tubuhnya juga terluka akibat seretan kuat. Dia sempat terseret. Tentu saja kulitnya akan terkelupas.

Mark memeluk tubuh Jeno, mengecupi seluruh wajah anak itu dengan lembut. Isakan pelan keluar. Seorang ketua mafia sepertinya tidak seharusnya menunjukkan sisi lemah di hadapan anggotanya. Tapi, ini Jenonya.

Tidak bergerak dan denyut jantungnya sangat lemah.

Wajah itu ia tangkup. Melihat bagaimana manik coklat yang tertutup, tak lagi bercahaya.

Seharusnya ia tidak meninggalkan Jeno sendirian disana.

Renjun dan Haechan, memberi ruang. Menjaga di sekitar keduanya. Membiarkan Mark berduka.

Renjun dan Haechan tau.

Pasti sakit, rasanya.

Pasti.

Renjun yang hanya seorang kakak saja bisa merasakan sesakit ini. Apalagi Mark. Itu Jenonya. Belahan jiwanya.

Kedekatannya dan Jeno bahkan belum lama. Mark belum puas menikmatinya. Ia butuh Jeno. Ia hanya bersumpah pada Jeno. Seharusnya, ia duluan yang mati.

Renjun dan Haechan kembali melihat, bagaimana Mark memejamkan kedua matanya. Membenamkan hidung di leher Jeno. Isakan lirih masih bisa terdengar.

Mark yang paling bersemangat ketika bersama Jeno. Ia sudah memikirkan semua hal yang ingin ia lakukan bersama istri kecilnya. Ia sudah berjanji kepada diri sendiri, akan menjaga anak enam belas tahun itu dengan baik.

Pasti rasanya sakit kan, Jeno. Di tembak. Diseret. Entah apa lagi yang telah orang-orang itu lakukan. Kalau saja mereka lebih cepat. Kalau saja, ia tidak meninggalkan Jenonya.

Mark tak mengalihkan tatapannya. Rasa sakit di jantung. Sesak di dada. Merekam semua hal, agar terus berada di otak. Ia sangat menyayangi anak kecil ini.

Ia berniat memberitahu bahwa mereka sudah bisa hidup bahagia tanpa harus memikirkan orang lain seperti Yerina. Karena Jeno yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

Memang hanya Jeno yang pantas.

Tubuh besarnya bergerak. Menciumi Jenonya sekali lagi. Lalu, mendudukkan diri. Menatap bulan diatas sana, dan berteriak.

Teriakan panjang, begitu pedih, sangat berduka.





































VannoWilliams

MAFIA (MarkNo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang