Tubuh ramping dengan kulit yang sangat mulus itu mulai bergerak pelan, saat kesadaran mulai menghampirinya. Membuat Mark yang sedari tadi menunggunya bangun, hanya menatap datar kearah Jeno yang mulai membuka kedua matanya dengan perlahan.
Kedua mata Jeno hanya bisa menampilkan tatapan takutnya saat melihat jika mata tajam itu yang ia lihat pertama kalinya.
Rengekan pelan keluar dari mulut Jeno saat ia merasa tubuhnya sangat sakit akibat Mark yang tadi menghempaskan tubuhnya dengan cukup kuat.
Mark yang mendengar rengekan itu hanya diam saja dan masih terus menunjukan raut wajah datarnya. Tidak merasa khawatir atau apapun itu.
Membuat Jeno harus terus menahan rasa sakitnya sendirian.
Mata berwarna coklat milik Jeno mulai menatap sendu Mark yang telihat sangat marah kepadanya. Mark diam saja sudah sangat menyeramkan apalagi jika sedang marah.
"Tuan.."
Cicitnya lirih saat tau jika Mark mulai menyentuh tubuhnya. Membuat tubuh Jeno memanas dengan tiba-tiba. Tubuh yang masih telanjang itu menggeliat pelan di dalam selimutnya saat merasa jika Mark kembali mendominasinya.Mark tidak mengatakan apapun, ia melepas pakaian atasnya dan hanya meninggalkan celana panjang berwarna hitamnya saja.
Berjalan mendekati Jeno yang tengah menatap sayu kearahnya.
Anak itu terlalu bocah untuk di tiduri sekarang. Mark tau itu, dan ia tidak ingin merusak Jenonya. Namun ia ingin bermain-main sebentar saja dengan Jeno. Atau mungkin memberikan pelajaran pada anak kecil itu.
Jari di masukan ke dalam mulut, menghisap jari mungil yang ada di tangan kecilnya. Mengeluarkan liur berlebihan untuk memancing Mark menyentuhnya.
Mark menunjukkan smirk dibibirnya. Melihat betapa menggodanya Jenonya saat ini.
Pipi di cium dengan lembut, membuat Jeno merengek kecil sambil melilitkan kedua kakinya di bawah sana mencoba mengurangi rasa gatal yang tiba-tiba saja menghampirinya.
"Eungh..tuan.."
Lenguhan pelan keluar dari bibir Jeno saat pria tampan itu mulai bermain di lehernya. Mencium main leher bersih itu."Jangan..!"
Pinta Jeno saat Mark mulai menggigit lehernya pelan membuat tubuhnya semakin terangsang."Mengapa pergi?"
Ucap Mark dengan lirih di sebelah telinga Jeno. Mengeluarkan deruh nafas hangatnya. Jeno menggeleng pelan dengan mulut yang masih tersumpal jari-jari kecil itu."Jawab aku..!"
Ucap Mark yang seakan tidak suka sang kekasih menahan suaranya."Ingin pulang.."
Rengek Jeno. Dan hal itu berhasil membuat Mark bertambah marah."Kau ingin meninggalkan ku? Meninggalkan kekasih mu"
Jeno menggeleng pelan. Mata indahnya mulai berair, ingin menangis karena tidak ingin meninggalkan Mark.
"Lalu kenapa pergi?"
Tanya Mark yang kembali mencium tengkuk Jeno."Tidak tau..hiks.."
Tangisan Jeno pecah membuat Mark semakin khawatir dengan Jeno. Mark menatap kedua mata yang sudah berair itu dengan lembut.Mengecup kening Jeno lalu mengelus pipinya.
"Jangan pergi..kalau Jeno pergi..aku akan sendiri.."
Ucapnya dengan sendu, yang berhasil membuat Jeno terdiam mendengarnya. Jeno mulai menangis dengan sangat kencang. Meminta Mark memeluknya. Dan dengan senang hati Mark memenuhi keinginan kekasih kecilnya itu. Memeluk Jeno dengan sangat erat dan mencium seluruh wajahnya."Jangan menangis.."
Ucapnya yang mulai menghapus air mata yang membasahi pipi Jeno."Maaf..tuan.."
Cicit Jeno dengan tangisan yang masih belum reda. Mark tersenyum tipis. Lalu kembali melihat kearah wajah sang kekasih yang tengah sesegukan. Terlihat memerah dengan ujung hidung yang juga ikut memerah lucu.Bibir di kecup pelan, mencoba menenangkan sang kekasih. Membuat Jeno dengan perlahan meredahkan tangisannya.
"Jeno ingin pulang?"
Tanya Mark dengan raut wajahnya yang di buat sedih. Jeno langsung menggeleng pelan."Tidak! Mau dengan Magu.."
Ucap sang kekasih dengan sarat memohon. Senyuman puas kembali di tunjukan oleh Mark yang berhasil membuat Jeno kembali bertekuk lutut di bawah kekuasaannya."Magu..cium.."
Rengeknya yang merasa jika tubuhnya masih panas, dan ia akan merasa tidak nyaman jika Mark belum memberikannya ciuman atau menyentuhnya lagi. Dengan senang hati pria itu mulai mencium bibir mungil itu. Sangat lembut dan candu untuknya.Melepas panggutannya sebentar, lalu kembali merenggut bibir manis itu. Melumatnya dengan lembut, menggigit bibir bawahnya agar Jeno mau membuka mulutnya dan mengijinkan lidah Mark masuk ke dalam rongga mulutnya yang hangat itu. Lidah bertemu lidah dan mulai melilit satu sama lain. Membuat Jeno melenguh pelan.
Mark merasa tidak puas. Ia ingin lebih dari Jeno. Sampai ketika ia merasa Jeno membutuhkan oksigen. Barulah ia melepas panggutannya dan menatap mata sayu itu dengan nafsu yang menggebu-gebu.
Bibir Jeno terlihat membengkak, membuat Mark semakin bersemangat namun saat mendengar lenguhan sakit dari Jeno karena pinggangnya dan kakinya yang terkilir tadi. Membuat Mark menghentikan gerakannya.
Mengelus pinggang ramping itu lembut. Sambil mengecupi pipi Jeno yang tengah merintih.
"Sakit?"
Tanyanya yang berhasil membuat Jeno mengangguk pelan sambil melengkungkan bibirnya ke bawah."Maaf, ya.."
Ucapnya dengan suara rendah yang terdengar seperti merasa bersalah.
Jeno mengangguk dan memilih membenamkan wajahnya dipelukan Mark terlalu mengantuk dan ingin istirahat. Ia ingin terus bersama kekasihnya dan tidak ingin membiarkan Mark meninggalkannya lagi.VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA (MarkNo)
Teen FictionJeno, seorang anak yang memiliki kepribadian ganda itu, seharusnya hanya menjadi korban pemuas nafsu seorang ketua mafia bernama Mark. Namun kenyataan lain mengubah semuanya. Saat sang ketua mafia itu tau jika anak manis itu adalah seseorang yang du...