part 24

7.7K 876 2
                                    

Malam sudah berlalu. Dan Mark sudah meniduri korbannya. Itu yang ada di dalam pikiran Jeno saat ini. Ia masih belum bisa tidur, dan masih memikirkan hal itu.

Pintu kamar Jeno kembali terbuka, menampilkan wajah tampan Mark yang baru saja mengganti pakaiannya.

Berjalan menghampiri sang kekasih yang tengah duduk termenung di pinggir kasur.

"Sayang.."
Panggilan lembut darinya berhasil membuat sang kekasih menoleh kearahya. Kedua mata itu memerah dan membengkak, membuat Mark merutuki dirinya sendiri.

Pria tampan itu mulai mendekati sang kekasih yang hanya terdiam menatap wajahnya.

Menarik sang kekasih agar mendekat kearahya.

"Marah?"
Tanyanya dengan suara yang terdengar sangat lembut. Jeno tidak menjawab. Memilih diam, Mark mulai mengelus punggungnya dengan lembut.

"Aku tidak menidurinya"
Ucap Mark yang berhasil membuat Jeno langsung menoleh kearahnya. Menatap Mark dengan tatapan tidak percayanya.

Mark tersenyum tipis, lalu mengecup bibir itu sekilas.

"Kenapa aku harus menidurinya?"
Tanya Mark.

"Tapi, mereka bilang tuan akan meniduri korban tuan sebelum tuan menjualnya"
Ucap Jeno yang akhirnya bersuara. Mark yang mendengar hal itu langsung tertawa pelan, membuat Jeno semakin takjub dengan wajah tampan itu.

"Itu hanya omong kosong belakang. Aku bahkan tidak pernah mencium mereka seperti yang mereka katakan pada mu"
Ucap Mark yang berhasil membuat Jeno terdiam.

"Tapi waktu itu tuan menjilat ku.."
Cicit Jeno. Mark kembali tersenyum lalu semakin merengkuh tubuh ramping itu.

"Karena kekasih ku terlalu manis. Dari awal melihat mu aku sangat ingin melakukan hal itu. Mungkin kita langsung terikat pada saat itu"
Ucapnya. Jeno terdiam sebentar. Lalu kembali menoleh kearah Mark.

"Jadi tuan tidak pernah meniduri mereka?"

Mark mengangguk,
"Aku bahkan tidak pernah meniduri siapapun"
Ucap Mark dengan santainya yang berhasil membuat anak manis itu terkejut.

"Kenapa? Apa itu mengagetkan mu?"
Tanyanya saat melihat ekspresi sang kekasih. Jeno mengangguk pelan. Mark kembali tertawa pelan.

"Aku tidak pernah menyentuh siapapun selama ini. Baik itu Yerina atau wanita yang lain"
Ucap Mark menjelaskan. Jeno menatap wajah tampan Mark dengan mata polosnya.

"Kenapa?"

"Karena aku belum ingin memiliki anak"
Jawab Mark dengan jujur.

"Tapi beruntungnya kau langsung hadir, sebelum aku berpikir untuk meniduri salah satu dari mereka"
Lanjutnya sambil mengecup pipi sang kekasih.

"Lalu para wanita itu? Untuk apa mereka ada disini?"
Tanya Jeno tertuju pada seluruh korban Mark bahkan dirinya pernah ada di posisi itu.

"Untuk di jual"
Ucap Mark dengan santainya.

"M-Memang benar untuk di jual?"
Ucap Jeno terbata. Mark mengangguk, namun tidak berusaha menjelaskan apapun.

Berita palsu itu menyebar keseluruh negara dengan sangat cepat. Entah siapa yang menyebarkan rumor itu, tapi itu berhasil membuat Mark menggelengkan kepalanya. Apa yang mereka pikirkan selama ini? Apa mereka pikir Mark seberengsek itu untuk meniduri korbannya dulu sebelum di jual ke kolega lain. Ketika menjual mereka saja sudah sangat membuatnya merasa bersalah. Apalagi sampai harus meniduri mereka. Tentu pria itu tidak mungkin berpikir seperti itu dan melakukan hal itu.

Mark melakukan hal ini juga karena sebuat keterpaksaan. Ada satu masalah yang ia perbuat hingga harus membuatnya melakukan hal seperti ini setiap bulannya. Namun rata-rata gadis yang Mark jual sudah menyetujui hal ini. Dan mereka akan di nikahkan, bukan menjadi seorang pelacur. Meskipun pada akhirnya mereka akan menjadi istri kedua ketiga atau keberapapun dari pria yang mereka nikahi.

Senyuman manis terukir di wajah cantik Jeno membuat Mark merasa gemas dan kembali mecium pipi gembil itu.

"Sekarang kekasih ku masih marah?"
Tanya Mark dengan suara lembutnya. Jeno menggeleng pelan dengan senyuman manisnya. Mark tersenyum tipis lalu mengecup bibir itu sekali lagi.

Mark membaringkan Jeno ke tempat tadi dan merengkuhnya dalam pelukannya. 

"Tuan.."
Ucap Jeno dengan rengekan lucu. Mark tersenyum gemas dan langsung menarik sang kekasih untuk semakin erat ia peluk.

"Sayang masih marah?"
Tanyanya sambil menciumi pipi sang kekasih. Jeno menggeleng pelan.

"Maaf tuan, Jeno sudah salah paham"
Ucapnya sambil memasang wajah bersalahnya. Senyuman tipis Mark munculkan di wajah tampannya.

"Tidak apa, sayang"
Elusan lembut ia berikan pada pipi gembil itu.

"Jangan seperti tadi lagi, aku tidak suka saat kau mengacuhkan ku"
Ucap Mark sarat seperti memohon pada sang kekasih. Jeno kembali mengangguk lucu. Membuat Mark semakin mengeratkan pelukannya pada sang kekasih.

"Kekasih ku sangat manis"
Pujinya sekali lagi. Jeno tertawa kecil saat Mark kembali menciumi seluruh wajahnya.

"Dua minggu lagi Jeno ulang tahun, ingin dirayakan, sayang?"
Tanya Mark.

"Boleh, tuan?"

"Tentu saja"

Jeno mengangguk pelan. Mark kembali tersenyum tipis dan kembali mencium bibir sang kekasih dengan sangat lembut.

Pria tampan itu sangat mencintai kekasihnya. Ia akan terlihat sangat lembut jika bersama kekasihnya.
























































VannoWilliams

MAFIA (MarkNo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang