Tiga

38 9 1
                                    

Selamat membaca><

Kita adalah dua insan yang sama-sama terluka di sini, mungkin bedanya ketika terluka aku sembunyikan dengan senyuman, sedangkan kamu? Diam, lalu melampiaskan dengan cara yang salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita adalah dua insan yang sama-sama terluka di sini, mungkin bedanya ketika terluka aku sembunyikan dengan senyuman, sedangkan kamu? Diam, lalu melampiaskan dengan cara yang salah.

~RHEA~

Suara dentuman musik semakin mengeras beriringan dengan waktu yang semakin malam, lampu kelap kelip di ruangan itu menyoroti setiap manusia yang sedang berlenggak lenggok disana, menari nari bebas mengeluarkan beban dan menghibur diri.

Bau minuman beralkohol menyengat di setiap penjuru ruangan, wanita-wanita dengan pakaian kurang bahan sibuk menggoda lelaki mata keranjang yang berdatangan silih berganti.

Arya meneguk satu gelas Vodka untuk yang kelima kalinya, hari ini ia kembali ke tempat haram itu, untuk menenangkan pikirannya, bersama Raka dan Alfhan, sebenarnya Raka malas jika harus ke tempat  seperti ini, walau terkenal sedikit nakal, namun ia tidak pernah minat untuk datang ke tempat di mana para betina merendahkan harga dirinya. Kalau bukan karna kedua sahabatnya yang memaksa.

Raka benci melihat wanita di rendahkan seperti yang ia lihat, karna Raka mempunyai ibu yang sangat menyayangi dirinya.

Setelah pulang sekolah tadi Arya pulang ke rumahnya, berharap di suguhkan dengan apa yang ada di pikirannya, di sambut oleh sang mama, di peluk, bahkan di cium. Namun angan akan tetap menjadi angan.

Flashback on

Arya memasuki rumah megah milik keluarganya, menuju kamar di lantai dua, setelah beberapa bulan pergi dari rumah dan tinggal di apartemen miliknya, akhirnya ia menginjakkan kakinya kembali kesini.

Bukan tanpa alasan ia pergi selain karena ingin mandiri, problem antara kedua orangtuanya yang setiap hari ia dengar membuatnya bosan dan tidak betah tinggal di rumah. Oh ayolah siapa yang siap mendengarkan selisih paham antara kedua orangtua setiap hari?

Baru di gundukan tangga ketiga, suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Ingat rumah kamu?"

Arya berbalik badan menghadap pria paruh baya dengan segelas kopi di sebelah kanan dan koran yang di pegang di sebelah kiri.

"Rumah atau neraka pah?" Tanya Arya balik, menyampirkan jaket ke bahu miliknya menatap pria tua yang ia sebut dengan panggilan papa.

Pria itu tersenyum remeh, "Neraka mana yang menyediakan fasilitas semewah ini Arya, jaga mulut kamu, papa menyekolahkan kamu supaya kamu di didik dengan baik," ucapnya penuh penekanan.

RHEA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang