Dua puluh satu

16 4 0
                                    

Happy reading

°°°

"Bunda, Rara, Rere, lompat,"

Citttt...

Brukk...

Suara hujan lebat, serta mobil yang jatuh ke jurang terdengar begitu memilukan, kecelakaan tidak bisa terhindarkan pada sore pukul 17:36 wib.

Mobil kontainer melaju dengan begitu cepat dan menabrak mobil sedan berwarna abu hingga terdorong ke dalam jurang.

Sekitar sepuluh menit berlalu suara sirine ambulance dan polisi terdengar memekakkan telinga, siapa pun yang mendengarnya pasti sudah tahu bahwa kecelakaan yang terjadi adalah kecelakaan besar.

Dengan tubuh yang penuh dengan bercak darah Sisil menatap suami nya, kaki suami nya patah karna sempat terhimpit oleh pintu mobil, Sisil menangis tak kuasa dengan darah yang mengalir dari kepala nya.

Kedua anak kembarnya terkapar jauh dari posisi nya, dengan susah payah Sisil menggapai tangan suami nya.

"Mas..." Lirih nya di tengah guyuran hujan yang lebat.

"Si-sil to-long jaga Rhea un-tuk saya, ka-karna rhaya akan i-kut bersa-ma sa-ya," lirih Davin dengan suara yang terbata-bata, setelah mengatakan itu matanya terpejam erat, tidak ada suara yang di keluarkan nya, lagi.

"Mas daviiiiiiiinn,"

Napas Sisil memburu, pasokan oksigen berkurang dalam sekejap, pelipisnya di penuhi oleh keringat dingin, mimpi itu muncul dengan tiba-tiba mengingat kan dirinya pada kejadian yang tidak akan pernah dirinya lupakan, kecelakaan masalalu yang merenggut suami dan satu anaknya.

Sisil meremat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, mata nya memanas dalam sesaat mengingat mimpi itu, andai dulu dia tidak memaksa untuk pulang dari restoran saat hujan turun dengan lebat nya, pasti kejadian menyeramkan itu tidak akan terjadi.

"Rhea."

Seakan ingat dengan sesuatu Sisil menyingkap selimut yang menutupi kakinya, ia berlari keluar dari kamar nya dan menuju kamar Rere.

Setelah sampai dengan segera Sisil membuka pintu.

"Bunda kenapa belum tid-"

Rere menghentikan ucapannya ketika sang bunda memeluknya secara tiba-tiba, tangisan Sisil pecah seketika, bayangan suami nya yang meminta dirinya untuk menjaga Rhea terngiang di dalam pikirannya.

Jadi selama ini, yang ia anggap rhaya adalah Rhea anaknya?

"Maafkan bunda sayang," ucap Sisil di sela-sela tangisnya.

"Bunda kenapa minta maaf?"

"Rhea, maafkan bunda."

Deg.

Rere mematung, bunda nya memanggil dengan sebutan Rhea? Apa ia salah dengar?

"Bunda, udah inget sama Rere?" Rere mengangkat kepalanya menatap sisil, setelah mendapat anggukan dari bundanya, Rere ikut menangis, doanya terkabul, bunda nya kembali mengingat keberadaannya.

RHEA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang