Dua puluh

15 4 0
                                    

Happy reading

°°°

Setelah keadaan kedua nya benar-benar tenang, Arya membiarkan Rere untuk duduk, cowok dengan wajah sembab dan mata memerah itu berjongkok di hadapan rere yang duduk di atas sofa.

"Mau dengerin gue Nuala?" Rere mengangguk, sejak Arya mengurai pelukan mereka perempuan itu hanya diam tanpa bersuara sejak tadi.

"Gue sengaja ngga ngerespon Lo selama ini, karena gue gak mau Lo berharap terlalu jauh sama gue," ucap Arya sebagai awal penjelasan.

"Gue ngebentak Lo, gue kasarin Lo, gue maki Lo, itu supaya Lo benci sama gue Nuala,"

Laki-laki itu menghela napas, sebelum melanjutkan ucapannya.

"Papa nuntut gue untuk bisa jadi perfect kaya anak rekan kerjanya yang lain tapi gue gak bisa, mama juga sama, itu kenapa mama nyuruh Lo buat jadi orang yang bisa buat nilai gue berubah,"

"Mama gak mau pisah sama gue Nuala, Lo inget waktu gue ajak ke rumah? Dan papa malah bentak gue, hm?" Lagi, Rere mengangguk, gadis itu mengulum bibir bawah nya.

"Papa bentak gue karena gue nolak buat pindah ke canada setelah ujian kelas sebelas nanti selesai, jelas gue gak mau tapi papa maksa dan Lo tau anceman nya apa? Gue gak akan di anggap sebagai anak dari laki-laki itu, sedangkan mama gak bisa jauh dari gue bahkan untuk mutusin buat pindah ke apartemen pun, izin sama mama paling susah Nuala,"

"Gue gak mau ketika nanti gue udah bener-bener jatuhin hati gue sama Lo, dan Lo juga sama, gue harus pergi ke Kanada sesuai keinginan papa."

"Tapi kita bisa LDR Arya," ucap Rere memotong penjelasan.

Arya menggenggam kedua tangan Rere yang ada di pangkuan perempuan itu.

"Dulu gue selalu overthinking re, kalo gue gak yakin gue bisa , itu terlalu susah. Indonesia sama Canada itu ngga Deket,"

Arya mengangkat kepalanya menatap Rere, tangan kanan nya dengan bebas menghapus jejak air mata di pipi gadis itu, entahlah bahkan untuk membuat penjelasan pun Arya harus membuang air mata perempuan di depannya lagi.

"Gue masih punya waktu satu Minggu lebih, dan Sekarang Lo udah tau alasan kenapa gue selalu bersikap dingin sama Lo,"

"Nuala..." Arya menatap Rere dalam, genggamannya pada tangan Rere semakin mengerat.

"Kalo masih ada kesempatan—" Arya menunduk untuk menetralkan detak jantung nya, kinerja jantungnya berkerja berkali-kali lipat, ia tahu ini terlalu tidak tahu diri, namun perasaan sudah tidak bisa di cegah lagi, mati-matian dirinya menahan selama ini, dan cukup luka yang selama ini Rere rasakan akan berakhir hari ini.

Waktunya bahagia.

"Do you want to be happy with me?"

Tatapan mata yang biasa dingin kini berubah sendu, Rere menatap netra milik arya, ada rasa penyesalan, dan harapan di sana.

Rere bingung, sekarang dirinya harus apa? Mungkin jika dulu Arya seperti ini kepadanya, Rere tidak akan berpikir keras untuk menjawab, tidak perlu di pikir kan matang-matang sudah pasti jawaban nya adalah 'iya'.

RHEA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang