Dua puluh dua

14 3 0
                                    

Bismillah dulu sebelum baca
Semoga suka sama part ini, aamiin.

Vote nya ygy, terimakasih ❤️

Happy reading

"Jika Tuhan mempunyai seribu satu cara untuk hati ini jatuh kepada mu maka akan aku pastikan tidak akan ada seribu satu cara pun untuk aku kembali membenci mu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika Tuhan mempunyai seribu satu cara untuk hati ini jatuh kepada mu maka akan aku pastikan tidak akan ada seribu satu cara pun untuk aku kembali membenci mu"

~RHEA~

Empat hari berlalu, setelah kejadian dimana Arya mengajak Rere untuk makan sate di pinggir jalan, kini sikap Arya benar-benar berubah, tatapan mata tajam dan dingin yang biasa dirinya perlihatkan kini selalu menjadi bulan sabit jika cowok itu tersenyum di depan rere, manis sekali.

Hari-hari nya selalu di isi oleh cowok itu, seakan Arya tidak membiarkan rere sehari saja tanpa sosok arya.

Pun dengan Les yang di perintahkan oleh rianti, Rere tetap menjalankan sesuai perintah wanita itu dan sejauh ini perkembangan Arya cukup pesat, sebenarnya cowok itu pintar dan cepat memahami mteri namun rasa malas kadang selalu menjadi penghalang untuk seseorang menjadi bisa. 

Setelah empat hari belajar dengan maksimal, akhirnya waktu PAS tiba, waktu dimana seluruh murid akan melakukan ujian untuk menentukan  tetap tinggal kelas sebelas atau naik kelas dua belas.

Dengan angkuh Arya berjalan di koridor kelas ips, satu tangannya memegang tali tas yang ia sampirkan di sebelah kanan, sedangkan tangan kirinya ia masukan ke dalam saku celana, jika biasanya baju yang ia kenakan keluar dari batasnya maka kini dengan sangat rapi cowok itu memasukan baju nya ke dalam celana serta dasi yang sudah terpasang rapih di kerah seragamnya.

Sedangkan perempuan yang ada di sampingnya berjalan dengan menunduk bukan karena takut atau malu melainkan karena dia sedang membaca buku novel di tangannya.

"Kalau jalan liat depan nuala, nanti kejedot tiang tau rasa Lo," Rere menoleh ke samping ketika mendengar suara arya, sejak tadi ia terlalu fokus membaca sampai laki-laki di samping nya mungkin merasa di abaikan.

"Iya-iya."

"Nuala, bentar," Arya menghentikan langkah nya, lalu menoleh kepada gadis yang ada di samping nya, wajah polos dengan dahi mengerut itu seakan bertanya kepadanya 'kenapa berhenti?'

"Tangan Lo gak pa-pa?" Tanya arya.

Rere melirik tangannya sendiri, rasanya tidak ada apa-apa.

"Gak kenapa arya, tangan Rere baik-baik aja,"

Arya memijat keningnya, lalu menghela napas.

"Boleh gue liat?"

Meskipun bingung dan merasa aneh dengan cowok di depannya Rere mengangguk lalu mengangkat tangannya seperti meminta, Arya menyunggingkan senyum di bibirnya tanpa berlama-lama ia menumpuk-kan tangan besar miliknya di atas tangan rere.

"Iya tangan Lo gak pa-pa, tapi nganggur. Mending gue gandeng biar ada kerjaan." Kata nya, setelah itu melanjutkan langkah lebarnya untuk mengantarkan gadis nya sampai ke kelas.

Jantung Rere berdegup cepat, mungkin pipinya sudah memerah sampai telinga, walaupun bukan sekali dua kali Arya melakukan itu namun efek nya selalu tidak pernah berubah untuk tubuh Rere.

Seseorang yang sendari tadi berdiri di balik Baner mengepalkan tangannya kuat-kuat, rasa marah dan cemburu menguasai dadanya, demi apapun dirinya tidak akan pernah membiarkan seseorang yang dirinya cintai bersama dengan yang lain.

"I hate you damn,"

"Akan gue pastiin Lo nyesel Karena udah berani gatel sama seseorang yang gue sayang."

~~~~

Matematika wajib di jam pertama, Rere sedikit kesulitan karena soal-soal yang di berikan banyak yang berbeda dengan materi Minggu kemarin, sisa waktu yang ia punya tinggal sepuluh menit sedangkan ia baru selesai mengerjakan pilihan ganda, dengan terburu-buru Rere berpikir, ada lima esai yang harus ia kerjakan di waktu sepuluh menit, esai satu dan dua mungkin sedikit mudah baginya namun esai ketiga sampai lima, Rere harus berpikir keras dengan otaknya.

Tring...

Tepat setelah ia menuliskan kalimat terakhir di kertas HVS, bel istirahat berbunyi Rere menghela napas syukur dengan segera ia berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar kelas setelah mengumpulkan kertas ujian.

dari kejauhan Rere melihat Arya berjalan ke arah kelasnya, dari jauh sini Rere tersenyum hangat setelah sampai di depan Rere Arya segera menaut satu tangan rere.

"Gimana soalnya? Susah?" Tanya Arya.

"Emm..lumayan hehe, Arya gimana?"

"Susah, gak semangat juga, soalnya belom di semangatin sama Lo tadi pagi,"

Rere tersenyum geli karena itu, "kok gitu sih, harus semangat dong, biar Arya gak perlu ke canada,"

Arya menghela napas ketika mendengar nama negara itu, overthinking Arya selalu kembali muncul, pikirannya selalu melebih-lebihkan hal yang padahal belum terjadi dalam hidupnya, setelah itu ia memegang bahu kiri Rere, " jangan bahas itu sekarang Nuala, karena gue juga gak siap dan gak akan pernah siap."

Rere merubah raut wajahnya menjadi merasa bersalah, tujuannya bicara seperti itu agar Arya menjadi semangat namun sepertinya tidak.

"Maaf Arya." Ucap Rere.

Arya menggangguk lalu mengusap puncak kepala gadis itu, "gak kenapa, lain kali jangan di bahas, gue gak suka," ucap Arya lalu tersenyum.

"Iya, Rere janji gak bahas itu lagi,"

Setelah itu Arya menarik tangan rere menjauh dari sana, menuju kantin.

Terimakasih sudah membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih sudah membaca

Vote nya reres tunggu ya

See you next chapter

 





RHEA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang