Happy reading
°°°
Tidak membutuhkan waktu banyak untuk mereka sampai di apartemen Arya, Rere turun dengan segera setelah Raka berhenti di basement apartemen.
"Makasi banyak Abang," ucap Rere lalu memberikan helm yang baru saja ia lepas dari kepalanya.
Raka mengerutkan keningnya.
"Abang?"
"Iya, tadi kan Lo bilang, gue bisa anggap Lo Abang gue yang bisa gue andelin, jadi gue panggil Lo Abang,"
Raka tersenyum menanggapi hal itu, namun mata kembali tidak bisa berbohong, mata itu kembali sendu menatap rere, harapannya sudah tidak akan pernah bisa di harapkan lagi, Abang? Raka rasa itu cukup menyadarkan dirinya, dan jika memang rere bisa senang dengan panggilan itu, tidak apa.
"Iya terserah Lo adek." Jawab Raka setelah nya.
"Kalo gitu hati-hati ya, gue duluan, kalo ada apa-apa kabarin Abang ya dek." Lanjut nya.
"Siap bang, hati-hati juga," Rere mengangkat satu tangan kanan nya seperti hormat.
Setelah Raka pergi dari hadapannya. Rere masuk, dan langsung menuju ke unit apartemen milik arya, Rere yakin cowok itu akan marah setelah ini karena rere sudah sangat terlambat.
Dalam hati Rere sudah menyiapkan banyak kata-kata sanggahan untuk cowok itu, jadi tidak ada Rere menunduk saja ketika di marahi.
"Niat gak si Lo ngajarin gue?" Baru dua langkah Rere masuk, suara berat dan dingin itu langsung menyapa dirinya.
"Niat ga niat si, mau gimana lagi? kalo bukan karena Tante rianti, gue juga males,"
Arya sempat terperangah dengan jawaban rere, sejak kapan perempuan itu dengan lancang nya berkata seperti itu kepadanya, dan apa tadi? Gue?
Arya bangkit dari sofa tempatnya duduk, cowok itu berjalan menghampiri rere yang masih berdiri di dekat pintu dengan Tote bag di tangannya.
"Gue? Sejak kapan?"
Rere membalas tatapan Arya, dengan matanya. "Sejak sekarang!"
"Berani banget Lo?"
"Kenapa gue harus takut?"
Arya terkekeh pelan, mendengar jawaban menantang dari gadis itu membuat Arya tersenyum miring, cowok itu maju selangkah demi langkah yang membuat Rere reflek juga ikut mundur.
"Karena Lo. Ga boleh berubah apapun keadaannya,"
Duk!
Tepat saat Arya selesai dengan kalimat nya, tubuh Rere membentur pintu apartemen, kepalanya hampir juga terbentur kalau saja tangan Arya tidak mencegahnya. Arya semakin memperkikis jarak di antara mereka.
Rere menatap tangan Arya yang mengunci pergerakan nya.
"Egois." Desis Rere.
"Lo gak tau gue gimana Nuala,"
"Salah, justru gue tau Lo gimana," Rere menghela nafas, jujur ia gugup sekaligus, takut.
"Lo—"
"Cowok egois, yang gak pernah pikirin perasaan orang lain!" Rere menelan Saliva nya kasar, napasnya memburu dalam sekejap, matanya berair karena membentak.
"Lo. Cowok ga punya hati yang pernah gue kenal,"
"Lo. Cowok paling kasar, keras kepala, dan gue berharap gak akan pernah ketemu sama cowok kaya Lo untuk kedua kalinya, Arya." Air mata Rere jatuh tanpa di suruh, dengan cepat Rere menghapusnya, untuk saat ini ia tidak akan terlihat lemah.
"Nangis Nuala, gue gak suka Lo sok berani kaya gini." Arya menatap rere, rahang nya menegas, bahkan otot-otot di tangannya menonjol, Rere yakin cowok itu menahan mati-matian emosi nya.
"Gue mau pulang." Rere memalingkan wajahnya, rasanya sudah cukup, rasanya sudah jelas, ia sudah muak.
"Gitu aja?"
"Gak akan gue biarin," jawab Arya.
"Mau Lo apa si? Tadi pagi Lo seakan gak mau ketemu sama gue, Lo seakan jijik sama gue dan sekarang? Lo gak mau gue pulang?—" Rere terkekeh pelan sebelum melanjutkan kembali ucapannya.
"–Kalo ini lelucon, berhenti Ar. Karena gak lucu sama sekali."
"Lo tau? Hampir dua tahun gue ngejar-ngejar Lo, hampir dua tahun gue buang-buang waktu gue buat Lo,—"
"Dan apa Lo peduli? Ngga Ar, bahkan ngelirik sama gue pun, Lo ngga."
"Salah kalo gue capek? Salah kalo gue mau berhenti sama Lo? Salah kalo—"
"GUE SUKA SAMA LO NUALA."
Grep.
Arya menarik Rere ke dalam pelukan nya, cowok itu memeluk diri nya erat, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Rere, bahkan napas cowok itu yang tidak teratur bisa Rere rasakan.
Rere mematung di tempatnya, kenapa di saat dia sudah lelah? kenapa di saat dia sudah tidak ingin bersangkutan dengan cowok ini? Kenapa baru sekarang? Air matanya sudah tidak bisa di bendung. Rere menangis.
Ini terlalu mengejutkan.
"Gue juga capek harus pura-pura re, gue juga nahan sakit ketika gue ngebentak Lo," Rere diam mendengarkan cowok itu, bahu Arya bergetar, rasa nya bahu Rere juga sedikit basah.
"Tapi kenapa Ar?"
Arya mengurai pelukan mereka, wajah laki-laki itu memerah.
Terimakasih sudah membaca.
Vote nya di banyakin biar cantik.
See you babay
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA (On Going)
Teen Fiction{FOLLOW AKUN AUTHOR DULU SEBELUM BACA-!!} Tidak perlu di deskripsikan, kisah ini singkat dengan kenangan yang cukup melekat. -dari gadis keras kepala untuk laki-laki bernama Arya Adiatma marendra. ___________________________ Start; 17 September 20...