Sembilan

33 9 3
                                    


Tidak ada indah pada waktunya, karna hujan tak menjamin setiap dia turun setelahnya akan ada pelangi, waktu kita setiap saat itu indah, tapi problem nya, bagaimana kita bisa membuat setiap waktu itu bisa indah.

~RHEA~

Perjalanan di dalam mobil tidak terlalu canggung, bahkan sangat tidak Canggung menurut Rere, wanita tadi banyak menanyakan hal apa saja kepadanya, mulai dari sekolah dimana, anak keberapa, dan tinggal dimana,  setelah perkenalan Rere tau siapa nama wanita itu.

Namanya rianti, Rere senang bertemu dengan rianti padahal pertemuan nya baru 1 jam lebih, namun rasanya seperti sudah mengenal beberapa tahun, sikap Rere yang ceria dan rianti yang begitu ramah membuat Rere tidak Canggung untuk berinteraksi.

Banyak hal yang mereka obrolkan selama di perjalanan, Rianti juga bercerita tentang keluarganya, ia mempunyai anak laki-laki yang juga bersekolah di SMA Mahatma. Rere juga bercerita tentang sekolahnya, di mulai dari SD smpai SMP dan sekarang SMA ia cukup pintar di dalam bidang akademik.

Binar mata bahagia Rere tercetak jelas, berinteraksi seperti ini dengan wanita seumuran bundanya, membuat Rere jadi berandai-andai. Andai bundanya yang sekarang bersamanya, andai ia dan bundanya yang tertawa seperti ini, andai bundanya bisa seperti dulu.

"Sayang, karena rumah Tante jauh dari sini, jadi kita ke apartemen anak Tante aja ya? Kamu tidak keberatan kan?"

Rere tersadar dari lamunannya, ia mengangguk menyetujui rianti.

Sepuluh menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai, Rere berjalan di belakang rianti mengikuti langkah wanita itu, ia memegangi tangan-nya yang sedikit ngilu.

"Ayo masuk sayang," Ucap rianti setelah sampai pada pintu apartemen.

Rere masuk ke dalam apartemen, tidak terlalu buruk meski kata rianti yang mengisi apartemen adalah anak laki-laki, mata Rere menyusuri setiap sudut apartemen, ada gitar yang di taruh di sofa dan beberapa pernak pernik yang tersusun rapi di meja.

"Sebentar, Tante ambilkan P3K dulu, kamu duduk di sofa ya," Rere mengangguk menurut, tanpa pikir panjang ia segera duduk menunggu rianti.

Rianti mengedarkan pandangannya, apartment anaknya sangat sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Ia menghembuskkan nafas pelan, mencoba berpikir positif mungkin anaknya baru pulang sekolah dan tertidur di kamar.

"ARYA"

Panggilan dari rianti membuat mata Rere membulat sempurna, otaknya langsung tertuju pada seseorang, namun dengan cepat ia menghapus pikiran itu, nama Arya terlalu familiar jadi tidak mungkin yang di panggil adalah Arya adiatma marendra.

Rere mencoba tenang, ia mengambil satu buah kubik yang berada di atas meja, ia memutar kubik itu di tangannya. Meneliti setiap inci kubik tersebut, Rere tersenyum tipis kubik itu sudah tersusun rapih dengan setiap warna di setiap sisi.

"Unik"

Tanpa sadar rianti sudah kembali, dengan kotak P3K di tangannya, wanita itu duduk di sebelah Rere.

"Kamu suka kubik juga sayang?" Rere sedikit terperonjat dengan cepat ia menggeleng, Rere tidak terlalu menyukai benda itu, karena menurut nya kubik itu terlalu rumit untuk di susun.

"Rere gak terlalu suka Tante, tapi kalo ngeliat kubiknya udah tersusun rapih kaya gini Rere seneng liatnya, keliatan rapih dan teratur."

Rianti tersenyum menanggapi dengan tangan yang sibuk dengan obat merah dan kapas.

"Sini sikutnya sayang, biar Tante obati." Ucapnya pada Rere.

Rere mendekat kan tubuhnya agar lebih mudah untuk mengobati luka.

RHEA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang