Satu hal yang Krist benci adalah dia lupa tanggal tiket penerbangan kepulangannya ke Bangkok. Andai saja dia lebih teliti, dia takkan mungkin ketinggalan acara makan malam sebelum resepsi pernikahan ibunya. Parahnya lagi, dia melewatkan prosesi sumpah pernikahan ibunya di gereja. Kakak-kakaknya mengomel begitu dia menyalakan ponselnya begitu tiba di Bangkok. Katanya dia tidak perhatian dengan ibunya. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Dia memang lupa. Sepupunya, Gun, ikut lupa.
Krist datang mengenakan satu setel suit yang diberikan ibunya beberapa minggu lalu. Akibat datang pas-pas-an saat pesta resepsi, dia sampai tidak sempat mengubah model rambutnya menjadi lebih tampan. Meskipun saat tiba 25 menit lalu ada make up artist yang siap merias dirinya, tapi dia tidak mau telat lagi. Kakak-kakaknya bisa menceramahinya. Seperti sudah ditakdirkan diomeli ketiga kakaknya, Krist dihadang kakak-kakaknya begitu masuk ke dalam ballroom hotel. Keempat kakak kembarnya yang terdiri dari para lelaki cerewet itu memasang wajah siap mengomel.
"Duh, Kit. Lo kebiasaan deh. Mama sedih tau lo melewatkan semua acaranya," mulai Kay Sangpotirat, kakak ketiga.
"Gue aja balik dari Berlin udah dari dua minggu sebelum pesta hari ini," sambung Ken Sangpotirat, kakak keempat.
"Parah banget sih lo. It's our mom's big day tau ngga!" sela King Sangpotirat, kakak kedua.
"Lebih baik lo temuin Mama dulu. Belum lihat bokap tiri kita secara langsung, kan?" celetuk Kang Sangpotirat, kakak pertama.
Belum apa-apa Krist sudah pusing mendengar Kang, King, Kay dan Ken. Dia memanggil keempat kakak kembarnya seperti itu supaya tidak pusing karena mereka kembar identik. Satu-satunya yang membedakan keempatnya hanya tato dan tahi lalat. Kalau tidak, dia pusing juga membedakan kakak-kakaknya.
"First of all, I'm sorry. Gue salah lihat tanggal makanya telat. Kedua, gue mau nyamper nyokap. Ketiga, lo berempat jangan berjejeran kayak gini. Gue pusing lihatnya. Berasa lihat Naruto nunjukkin ilmu Kage Bunshin tau," balas Krist dengan cara bicaranya yang cepat. Biar saja kakak-kakaknya pusing.
"Ya udah sana samper Mama," suruh King.
"Eh, mana Gun? Pulang bareng lo, kan?" tanya Kang.
"Iya. Gue nggak tau dia di mana soalnya gue bilang mau nyamper nyokap." Krist merapikan rambutnya yang belum rapi.
"Ya udah, gue samper nyokap dulu. Ada di mana sih Mama? Gue nggak lihat dia ada di sekitar sini."
"Gue lihat Mama di ruang VIP. Lagi nyapa temen-temen arisannya di sana. Ruangannya ada di pojok sebelah kanan." Kay memberitahu.
"Oke deh. Gue cabut dulu." Krist beranjak menuju ruang VIP.
Ibunya menikah lagi setelah sepuluh tahun menjanda dengan seorang laki-laki berumur 28 tahun, Toy Pathompong Ruangroj. Krist seumuran dengan ayah tirinya. Perbedaan umur ibunya dengan ayah tirinya sejauh 21 tahun. Krist tidak mau peduli soal umur, yang terpenting ibunya bahagia. Sebab, semua anak ibunya menetap di luar negeri termasuk dirinya. Setidaknya ibunya ada yang menjaga dan menemani.
"Mama!" Krist menyapa setelah melihat ibunya, Mook, melihat ke arahnya.
"Oh, My God! My Babyyyy!" Mook berhambur memeluk putranya sebentar, lalu menarik diri dan mengusap wajah putranya.
"Akhirnya kamu datang juga. Parah deh kamu datangnya telat."
"Mom, I told you. Aku tuh lupa lihat tanggal tiket pesawat." Krist mendesah kasar.
"Yang penting aku datang saat resepsi. Mana nih Papa Toy? Apa udah kabur ke pelukan perempuan yang lebih muda?" Mook memukul lengan putranya.
"Kamu nih ya senang banget ngeledekin. Toy lagi nyapa teman-teman arisan Mama. Itu di sana." Dia menunjuk suaminya yang tengah bersalaman dengan teman-temannya.
"Hati-hati ada yang makan temen, Ma. Papa Toy ganteng, lho!"
Krist tidak berbohong waktu mengatakan ayah tirinya tampan. Ya, memang setampan itu. Apalagi tubuhnya berbentuk sempurna dengan otot-otot kekar yang luar biasa. Tipikal laki-laki hobi nge-gym.
"Mudah-mudahan sih nggak ya." Mook tertawa pelan.
"Kalo ada yang eh, bentar. Papa!" panggilnya setelah melihat seorang pria melewatinya.
Pria itu berhenti dan bertanya, "Ya, Mook?"
"Pa, kenalin. Ini anak bungsuku. Kalau tadi udah lihat kakak-kakaknya, ini adiknya. Dia baru datang karena terlambat. Namanya Krist."
Mook memeluk lengan Krist. Sejurus kemudian, dia menunjuk pria di depannya.
"Kit, ini ayahnya Toy. Namanya Singto."
Detik itu pula mata Krist membulat sempurna. Tidak mungkin. Sial! Dia tidak mungkin tidur dengan mertua ibunya, bukan? Tolong, tolong, dia berharap ini hanya mimpi.
Yang benar saja!
.
.
.
-End-
Tgr, 10 Oktober 2021..
.
.
Hai semuanya, aku punya cerita baru nih buat kalian.
First thing first, aku mau minta maaf dulu... Bukannya lanjutin Ghost Beside You biar cepet rampung, aku malah bikin cerita baru lagi... Maaf bangettt, soalnya kalo lagi ada ide baru gini dan ga langsung tulis nanti keburu males atau ilang mood buat bikin :((
Cerita ini genrenya masih comedy romance dengan bumbu-bumbu percintaan beda usia dan konflik-konflik lainnya yang pastinya seru... So, See you di chapter selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Destiny [On Going]
RomanceKrist Sangpotirat adalah seorang pria metropolitan. Dengan gaya kehidupan malam yang bebas, Krist sudah sangat sering melakukan one night stand dengan pria-pria tampan incarannya. Krist pikir melakukan one night stand dengan Singto Prachaya Ruangroj...