01

1.7K 146 17
                                    

Sarada mengayuh sepedanya perlahan menuju sekolah SMA nya. Rambut hitam panjangnya yang tergerai indah ikut bergerak mengikuti pergerakan angin sepoi-sepoi nan sejuk itu.

Akhirnya setelah libur panjang berakhir, sekolah kembali dibuka dan memulai kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.

Tiinn tiinnn!

Sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba datang menghampirinya. Perlahan pintu kaca mobil itu dibuka.

"Wah wah lihat siapa ini" Kawaki tersenyum sambil menggoda Sarada dari balik pintu mobilnya itu.

Mereka sudah kenal dekat sejak SMP. Dulu mereka bahkan satu kelas, sekarang juga mereka akan belajar disekolah yang sama namun sayangnya kini tidak belajar disatu kelas yang sama lagi.

"Tumben lewat jalan ini?" Tanya Sarada sambil tersenyum.

"Ya gitu deh, jalan yang biasanya gue pake lagi macet banget nih makanya lewat disini aja lebih sepi"

"Ohh begitu..." Sarada terdiam sejenak, ia berusaha untuk mempertahankan ekspresi nya, ia malu jika Kawaki akan tahu perasaannya yang ia sembunyikan selama ini.

Sarada kagum padanya.

Dimulai dari rasa kagum itu... Timbullah rasa..... tertarik.

"Mau naik dimobil gue aja gak?" Tawar Kawaki namun Sarada menolaknya. "Ah tidak usah, aku sudah bawa sepeda kok"

"Yakin nih?"

"Iya" Sarada mengangguk.

"Yaudah, sampai jumpa disekolah ya!" Kawaki tersenyum sesaat sebelum akhirnya pergi berpisah dengan Sarada.

Sarada membisu, ia terus menatap mobil Kawaki yang semakin menjauh darinya.

Kawaki, sebenarnya aku....


***

Beberapa tumpukkan buku tengah ia bawa saat ini. Sesaat sebelumnya wali kelasnya meminta bantuan pada Sarada untuk membawa beberapa buku untuk dibagikan ke teman-teman sekelasnya.

"Ya Tuhan.... Baru saja hari pertama bersekolah setelah sekian lama, langsung diberikan tanggung jawab yang menguji otot lengan seperti ini." Gerutu Sarada sambil terengah-engah karena kelelahan.

Belum cukup sampai disitu, nafasnya langsung tertahan saat diperhadapkan dengan anak-anak tangga menuju kelantai tiga, kelasnya sendiri. Mau mati aja rasanya.

"Kesialan macam apa ini Shanarooooo???!!!"

Sekaleng minuman dingin menyentuh ujung kepala gadis berkacamata merah tersebut.

"Kayaknya ada yang lagi butuh bantuan nih~" Ujar Kawaki membuat Sarada terkejut. Ternyata dia lagi.

"Ah, iya"

"Buku-bukunya kebanyakan. Sini, gue bantu bawain aja Sar"

"Beneran?"

"Iyaa"

Sarada terkekeh kecil lalu membagi jumlah bukunya dengan sama rata. Setengahnya ia yang bawa, sedangkan setengahnya lagi Kawaki yang membawanya.

"Ini mau ditaruh ke kelas lo?" Sarada mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang hal-hal kecil sembari menaiki anak tangga satu persatu.

Sarada terus tertawa saat bersama Kawaki. Sarada selalu merasa kagum padanya, Kawaki orang yang benar-benar sangat baik dan lucu padanya.

Sarada memperhatikan sisi samping wajah Kawaki sambil perlahan mengukir senyuman.


Meanwhile dilantai tiga.

"Cuy Boruto, kita disuruh ngapain sih kelantai satu?" Tanya Shikadai si murid yang terkenal karena kemalasannya tersebut.

"Wali kelas meminta kita untuk turun kelantai satu lalu mengambil buku pelajaran yang baru ke perpustakaan"

"Loh?? Bukannya tadi wali kelas udah nyuruh ke Sarada ya?"

Langkah kaki Boruto terhenti, ia membalikkan badannya menatap Shikadai. "Siapa Sarada?"

"......"

"Lah alamak! Bisa-bisanya gak tahu Sarada yang mana padahal kita kan sekelas Bor!"

Begitulah Boruto, terkenal sebagai murid paling aneh disekolah mereka karena hanya ia satu-satunya murid paling bodoh amat-an dan super cuek disekolah.

Saking bodoh amat dia sampai tidak mengenal siapapun disekolahnya selain kedua sahabatnya.

Jangankan nama, menghafal wajah  teman sekelasnya saja tidak.

"Terserahlah, yang jelas wali kelas minta kita berdua ambil buku lain di perpustakaan. Gak usah banyak rewel." Ucap Boruto kembali menatap layar ponselnya sembari menuruni anak-anak tangga.

"Tapi serius deh Bor, hidup lo cuma baca buku pelajaran, belajar, berdiam diri, Gak bosen napa cuy?"

"Apasih"

"Nah kan, sensitif pula. Oh iya, gue punya saran bagus nih buat lu biar gak gini-gini aja hidup lu, mau dengar gak?"

"Gak."

Shikadai melingkarkan lengannya ke leher Boruto lalu membisikkan sesuatu. "Gimana kalo lo nyari gebetan aja?"

"Ugh. Berisik." Tentu saja Boruto menolak.

Akhirnya terjadilah adu mulut diantara dua pemuda itu.

Disaat yang bersamaan terdengarlah keributan dibawah sana disertai dengan teriakan dan hentakan kaki yang cepat.

"Buset, kenapa dibawa sana ribut banget dah?" Tanya Shikadai.

Boruto yang menyadarinya ikut melihat ketangga yang ada dibawah sana. "Hmm, ayo kita lihat" Ucapnya lantas mengajak Shikadai untuk segera turun kesana.

"MINGGIIIRRRR!!!" Teriak pemuda asing itu sambil terus berlari menerobos semua yang ada didepannya.

"Kau dengar itu?" Tanya Sarada

"Dengar apaan?" Kawaki malah bertanya balik.

Sarada dan Kawaki yang masih membawa beberapa tumpukkan buku itu perlahan menoleh kebelakang.

"Eh! He-hei hati-hati!" Teriak Sarada. Namun terlambat, ia ditabrak oleh pemuda yang tak diketahui identitasnya itu. reflek buku-buku yang ia bawa terlempar semua. Mungkin buku-buku yang lain masih tidak apa-apa tapi gawatnya.... Buku yang ia letakkan paling atas ikut terlempar jauh keatas.

"Gawat!! Itu buku khusus untuk wali kelas!!!"

Tanpa berpikir panjang Sarada yang panik langsung berlari berusaha menangkap buku itu yang akan segera jatuh.

"Dapat!!"

Ia berhasil menangkap bukunya dengan posisi tangan kirinya diangkat. Tapi... Bukan hanya ada satu tangan saja yang berhasil menangkap buku itu, melainkan ada dua tangan.

Satu tangan itu memang milik Sarada.

Tapi.... yang satunya lagi tangannya siapa??

[Deg!]

Sarada terkejut, ia tak bisa mengatakan apapun, dan hanya bisa diam membatu sambil menatap kedua bola mata biru itu. Bola mata biru milik Uzumaki Boruto.

"Ah--"







—Bersambung





Blooming On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang