03

1.2K 122 7
                                    

"Sarada, lo cantik. Lo mau kan jadi pacar gue???"

Luar binasa. Bukan, maksudnya.. Luar biasa!

Cuma gara-gara aku sapa balik dia beberapa saat yang lalu, senior ini langsung nembak aku.

Sarada tersenyum canggung masih dengan posisi berdiri menghadap senior itu yang tengah menyodorkan coklat dan boneka Teddy bear kearahnya. Dikira Valentine day kali ya?

Ini nih salah satu alasan mengapa Sarada gak suka membalas sapaan cowok-cowok genit yang ada di sekolahnya. Karena sekalinya dia nyapa balik, bakalan jatuh cintalah cowok-cowok itu ke dia.

"Anu, begini kak..."

"Boss! Ini nih si tukang Cepu udah berhasil kita tangkap" Tiba-tiba seorang pemuda lain datang memotong ucapan Sarada. Pemuda itu datang bersama sekelompok pemuda asing lainnya sambil mendorong pemuda berbadan kecil dan berkacamata itu.

"AHAHAHAHA!! Serius?? Ini si Cepu???" Tanya senior itu.

Sarada menatap bingung, apa yang sebenarnya terjadi ?

Sebenarnya.... Aku sedang berada di situasi macam apa ini ?

***

"Waah.... Sarada-chan terlihat pucat sekali hari ini" Bisik Sumire.

"Dia nampak mengerikan hari ini, mirip sundel bolong." Ucap Chocho.

Sarada hanya terdiam sambil terus mengingat kejadian beberapa saat yang lalu sebelum ia kembali kedalam kelas.

"Sar, lu yakin gak mau kekantin dulu beli makanan kek sebelum jam istirahat selesai? Lu belum makan loh dari tadi. Mungkin gara-gara itu muka lu pucat banget."

Masih tidak ada respon dari Sarada.

"Anjir si Sarada ketularan penyakitnya Boruto, suka ngacangin orang." Gumam Chocho sembari mengunyah kripik kentang favoritnya.

"Aduh.... Tolong kalian berdua tenang duluuu!" Kata Sarada dengan gerak geriknya yang nampak tidak tenang itu. Yang gak tenang siapa, yang nyuruh tenang siapa. Chocho jadi heran.

"Ada apa sih Sar?? Lo gak apa-apa kan??"

"Sarada-chan kalau tidak enak badan lebih baik ke UKS saja dulu, ayo aku anterin" Tawar Sumire.

"Aduuhh bukan ituuu" Sela Sarada semakin tak tenang.

"Terus apaa????"

Sarada terdiam. Apa boleh ia melaporkan hal ini pada kedua sahabatnya?

Aku takut, takut sekali. Tapi... Apa boleh aku melibatkan mereka kedalam masalah ini?


Beberapa saat yang lalu.


"Heh lo! Sadar dikit dong. Badan kecil gini masih berani jadi tukang Cepu? Mau jadi apa? Jadi pahlawan sekolah ha?"

Sebenarnya... ada apa ini ?

Sarada yang masih belum mengerti apa yang sedang terjadi hanya bisa diam sambil menyaksikan semua itu.

Tapi lama kelamaan, Sarada mulai merasakan atmosfer nya semakin berubah.

"Lo pikir gue bakal diemin gitu aja sama anak-anak tukang ngadu kayak lo hah?! Berani lo ya ngaduin geng kebanggaan gue ini ke kepala sekolah hah?!!" Senior itu yang awalnya hanya menunjuk-nunjuk dahinya menggunakan ujung jari dengan pelan, lama kelamaan menunjuk-nunjuk dahinya dengan cukup kasar.

Blooming On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang