11

1K 105 11
                                    

"Boruto..." Entah ini sudah ke berapa kalinya Sarada memanggil Boruto sambil mengetuk pintu kamarnya yang dikunci dari dalam itu.

Sarada tidak mengerti, kenapa satu pertanyaannya itu dapat membuat keluarga Uzumaki kehilangan selera makannya.

Yang jelas, apapun pun itu alasannya, Sarada merasa bersalah. Andai dia tidak menanyakan hal itu sebelumnya.

"Boruto, ayo keluarlah... Tidak sopan kalau tiba-tiba pergi dan masuk kedalam kamarmu disaat masih makan malam."

Namun tidak ada jawaban darinya.

Boruto masih berdiri dibalik pintu kamarnya, ia mendengar semua ucapan Sarada berusaha untuk membujuknya agar membukakan pintu.

"Boruto, sebenarnya ada apa ini? Aku benar-benar minta maaf jika pertanyaanku sangat sensitif, kalau begitu... Ayo keluarlah, dan bicara denganku ya?"

Boruto masih bergeming, didalam gelapnya ruang kamarnya itu, ia hanya tenggelam dalam pikirannya sambil menyandarkan kepalanya di balik pintu.

"Kak Sarada..." Panggil Himawari berhasil membuatnya menoleh.

"Ah! Adik Himawari, bagaimana ini? Kakakmu masih belum mau keluar dari dalam kamarnya juga sampai sekarang." Sarada menjadi canggung, namun dilain sisi ia benar-benar menyesal, ia merasa kedatangannya dirumah itu malah untuk memperburuk suasana.

Anak perempuan manis itu tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, biarkan saja kakak terlebih dahulu. Kakak memang seperti itu, tapi tak lama kemudian dia akan kembali membaik dan keluar dari dalam kamar seolah-olah tidak terjadi apapun kok."

Sarada membisu.

Yang benar?

Mata Sarada kembali melirik pintu kamar Boruto yang masih tertutup rapat, ia penasaran....

Sebenarnya kenapa pertanyaan nya langsung membuat Boruto menjadi seperti itu?

"Ehmmm adik Himawari, ngomong-ngomong.... Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Himawari mengangguk pelan.

"Maaf jika terdengar lancang, tapi....  Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa pertanyaanku langsung membuat kakakmu menjadi seperti ini?"

Himawari terdiam, matanya melihat kebawah.

"Ah, gomenne... Lupakan saja soal pertanyaanku-"

"Kami sudah tidak punya seorang Ayah, kak."

[Deg!]

Apa....?

"Ayah mengalami kecelakaan lalu lintas saat aku masih SD dan kakakku masih SMP"

Sarada diam. Ia seperti berada diujung tanduk, mengetahui kebenaran baru tentang keluarga Boruto membuatnya sangat menyesal karena kembali membawa-bawa masa lalu mereka.

"Gomen..... A-aku keterlaluan sekali. Seharusnya aku tidak merusak suasana seperti ini."

Sarada tertunduk sedih. entah kenapa dia ikut merasakan kesedihan yang keluarga ini rasakan.

Boruto dan Himawari yang harus kehilangan Ayah mereka diusia yang masih muda, sedangkan Sarada? Terkadang dia bertengkar dengan Ayahnya hanya karena Ayahnya jarang pulang rumah.

"Aku, harus bagaimana? Aku benar-benar sudah keterlaluan."

Gadis Uchiha itu benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kak Sarada... Jangan sedih, ini bukan salah kakak kok!" Himawari memeluk Sarada dengan erat, ia berusaha menghilangkan rasa penyesalannya.

"Kak Sarada, karena kakak sudah tahu soal ini. Aku harap kakak tidak akan memberitahu pada siapapun disekolah kak Boruto nanti, kata kakak... Kalian teman sekelas kan?"

Blooming On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang