Denki bilang... Kalau senior itu benar-benar adalah seorang ketua geng yang paling ditakuti disekolah ini, dia menghukum siapapun yang melawannya termasuk siapapun yang melaporkan kenakalannya pada kepala sekolah.
Sudah seringkali murid-murid lain melaporkan nya pada kepala sekolah, tapi karena tidak ada bukti yang kuat ditambah lagi tidak ada yang berani melakukannya karena takut nanti akan dihajar habis-habisan.
Bagian ter-sialnya.... Aku sudah berani melawannya! Mati akuu!!
Sarada langsung memukul-mukul kepalanya diatas meja sehingga semua mata murid-murid yang ada dikelas tertuju padanya.
"Nih anak kenapa sihh????" Tanya Chocho terheran-heran, Sumire hanya mengangkat kedua bahunya.
Tapi, sampai sekarang aku masih agak penasaran dengan ucapan Denki tadi.
"Kau sungguh gadis yang sangat pemberani, kau menyelamatkan ku. Kau sama seperti seorang penyelamat ku saat aku masih SMP!" Kata-kata dari Denki itu terus terpikirkan oleh Sarada.
Kira-kira siapa orang yang dimaksud Denki ?
***
Bel jam pulang sekolah telah berbunyi.
"Denkii!" Sapa Kawaki sambil melambaikan tangannya langsung dijawab senyuman oleh Denki.
"Halo Kawaki, loh... hari ini aku kira kau piket?"
"Iya emang, tapi udah digantiin sama yang lain kok! Tenang aja bro" Kawaki langsung melingkarkan lengannya ke leher Denki seakan bercanda ingin mencekiknya.
"A-aduh! Hati-hati!" Ucap Denki merasa tidak nyaman.
"Meh kaku amat, padahal kan kita udah kenal sejak SMP!" Protes Kawaki, Denki akhirnya mengalah dan membiarkan Kawaki.
"Ya baiklah, terserah saja.."
"Loh loh? Kemana kacamata lo?" Tanya Kawaki peka, saking seringnya melihat Denki memakai kacamata nya.
"Aku lagi gak pake kacamata hari ini kok hehehe" Bohong Denki. Kawaki yang memang sejak tadi pagi belum sempat melihat penampilan Denki akhirnya mempercayai nya begitu saja.
"Ya okelah, tapi... Kalo ada sesuatu, kasih tahu aja ke gue. Kita kan teman, teman harus saling membantu! Oke?" Ucap Kawaki langsung membuat Denki tersenyum sambil mengangguk.
Tak lama setelah itu Denki mulai melirik kearah tiga pemuda lainnya yang tengah asik mengobrol dipojok sana.
Ya sebenarnya cuma dua orang itu aja yang lagi asik mengobrol, sedangkan yang satunya lagi?
Jangankan ikut mengobrol, natap muka kedua temannya aja ogah banget kayaknya, lebih senang lihat layar ponselnya dia.
"Oh restoran baru ?" Tanya Boruto datar, matanya masih menatap kelayar ponsel.
"Iya deket dari sini kok, kesana aja yuk? Gue yang traktir!" Shikadai antusias.
"Boleh tuhh" Jawab Mitsuki ikut antusias.
"Besok aja, hari ini aku sibuk" Boruto justru merespon sebaliknya.
"Cuk. Disana ada burger kok-"
"Oke, ayo kesana." Boruto langsung menyela. Gak perlu ditanya lagi, kalau soal Burger dia yang paling cepat jawabnya.
Disaat yang bersamaan Denki dan Boruto, mata mereka bertemu.
Denki nampak menatapnya dengan penuh arti, berbeda halnya dengan Boruto yang justru menatapnya dengan sinis.
Mengetahui bahwa ia telah membuat Boruto tidak nyaman, dengan cepat Denki memalingkan pandangannya.
Kawaki yang melihat hal itu langsung bertanya pada Denki. "Lo kenal dia?"
"Enggak" Denki memang harus terus-terusan berbohong kalau ia tidak mengenal Boruto seperti ini pada teman-temannya.
"Yaudah yuk, ayo pulang aja" Ajak Denki. Kawaki mengangguk sebagai jawaban.
Kawaki ikut melirik Boruto sekilas sebelum akhirnya ikut pergi menyusul Denki.
"Cuy, Boruto! Ngapa bengong dah?"
"Oh, iya ayo" baru melangkah 3 kali Boruto kembali terdiam.
"Ada apa, kenapa berhenti?" Tanya Mitsuki.
Ah gawat, buku Matematika ku tertinggal.
"Kalian duluan saja, buku ku tertinggal dikelas. Aku akan pergi mengambilnya kembali"
"Santai saja, kami akan menunggu disini" Kata Mitsuki.
Terpaksa Boruto harus naik kembali kelantai tiga menuju kelasnya, bagaimana pun buku Matematika adalah yang paling penting. Tanpa buku itu, Boruto akan kesulitan mengajari adiknya.
Saat mendekati pintu kelasnya, Boruto mempercepat langkah kakinya.
Akhirnya sampai.
Ia menarik ganggang pintu itu dan membuka pintu itu perlahan.
[Deg]
Masih ada orang rupanya ?
Boruto menemukan seorang gadis berambut hitam panjang menyendiri didalam sana. Gadis itu memeluk lututnya sambil menenggelamkan wajahnya disana. Dia sedang menangis?
Boruto yang tidak ingin ikut campur memilih untuk mencuekinya dan berjalan menuju kearah mejanya.
Boruto mulai memasukkan tangannya kedalam kolom meja hingga menemukan buku Matematika nya itu.
Ketemu.
Boruto langsung memasukkan bukunya kedalam tas lalu berjalan menuju pintu keluar kelas.
Tapi.... Apa ini ?
Kaki Boruto terasa berat. Apakah terlalu kejam jika ia membiarkan seorang gadis menangis sendirian didalam sana?
"......"
Ugh.
Boruto melangkah pelan mendekati gadis itu. Awalnya sih dia gak peduli, tapi dia merasa tidak enak kalau pergi begitu saja.
"Hei" panggil Boruto dengan datar. Perlahan namun pasti, gadis bersurai hitam itu mulai mengangkat kepalanya dan menatap kearah Boruto.
[Deg]
Ohh..... Dia.
Boruto terdiam sejenak setelah mengetahui gadis itu yang tiada lain dan tiada bukan adalah Uchiha Sarada.
"Kau.... kenapa menangis ?" Lanjut pemuda bersurai kuning tersebut.
—Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming On You
RomanceKetika perasaan tumbuh dan bermekaran pada orang yang tidak pernah diduga sebelumnya. Pemuda tertutup, cuek, dan jarang berkomunikasi dengan orang lain sama sekali bukan tipe idealnya Sarada Uchiha. Jelas dia lebih memilih seorang pemuda yang asik d...