Happy reading
.
.
.
.
***Tahun berganti tapi persahabatan mereka masih sama. Mereka memutuskan untuk kuliah di tempat yang sama pula, tentunya dengan jurusan yang berbeda. Gerald masih sama selalu bangun siang hari, bahkan kini ia masih bergulung di bawah selimut padahal waktu menunjukan pukul sembilan pagi.
"Ger bangun! Katanya mau ngajak aku fiknik sama Nana!" Gerutu Nara sambil menarik selimut Gerald.
Gerald mengerjapkan matanya. "Nana udah bangun?" Tanyanya serak.
"Udah dari tadi! Gak malu kamu sama orok!" Ketus Ratu.
"Ngapain malu sama bocah yang jalannya aja masih susah." Gerutu Gerald.
"Nanya juga bayi, kamu juga dulu gitu." Omel Ratu.
"Mama udah berangkat?" Tanya Gerald lagi.
"Iya. Mama Anna sama papah Hendra udah berangkat setengah jam yang lalu."
Gerald ber oh ria saja, lantas ia memejamkan kembali matanya.
"Aku tunggu di bawah sana Nana! Kalo dalam setengah jam gak turun, aku tinggal!" Final Ratu kesal.
Gerald memicingkan matanya, lantas ia bergegas ke kamar mandi. Seusai mandi ia langsung menuju walk in closed untuk mengambil pakaian, ia juga membuka laci berukuran lebar yang dimana disana terdapat jejeran jam tangan miliknya. Pilihannya jatuh pada jam tangan berwarna grey pemberian ayahnya saat ulang tahun ke 18.
Fikiran Gerald menerawang, saat ayahnya mengantar pulang ia fikir hanya sebatas itu saja, tapi ternyata sampai detik ini ia belum bertemu kembali dengan ayahnya. Ayahnya kembali lagi bertugas yang ia sendiri tidak tahu dimana. Ia juga sudah bertanya pada ayahnya Ratu, tapi jawabannya sama. Ia hanya berharap suatu saat bisa bertemu kembali dengan Ayahnya.
Ia tersenyum saat melihat di etalase nya tersimpan sebuah gantungan kunci yang ia kemas kembali menjadi pajangan di dinding. Benda itu merupak sebuah gantungan yang pernah di berikan Ayahnya saat mereka berdua belum mengetahui status nya.
Setelah memastikan penampilan nya rapi dan tampan tentunya barulah ia turun menemui Ratu dan Nana di ruang tamu.
Disana ia di sambut oleh Ratu dan Nana yang nampak sangat cantik.
"Pap pa pa papp," celoteh bayi itu sambil tersenyum.
Gerald yang begitu gemas langsung saja menggigit pipi bayi itu. Bukannya menangis bayi itu semakin tertawa dan berceloteh.
"Pap pap pa pa pa paaa," celotehnya lagi lebih panjang.
"Hey bocah! Aku bukan papamu tapi kakakmu." Ucap Gerald sambil terus menghujani ciuman di pipi Nana.
Inilah kuasa Tuhan, mamanya sudah berkepala empat akan tetapi Tuhan memberikan nya keturunan di usia sekian. Awalnya Anna tampak Ragu karena usianya yang tak lagi muda, akan tetapi ia menampik itu semua saat mendapat respon yang baik dari orang-orang terdekatnya. Termasuk Suami dan anaknya. Apalagi Hendra, ia sangat bersyukur karena bisa memiliki keturunan dengan Anna.
"Yaudah ayo berangkat." Ajak Ratu pada gerald yang terus saja menciumi wajah Nana.
"Barang sama kebutuhan Nana udah di masukin mobil yang?"
"Udah sama pak sopir. Nunggu sama kamu mah keburu lebaran monyet." Ketus Ratu.
"Mana ada lebaran monyet sayang,"
"Bodo."
"Jangan marah dong. Nana liat deh, kakak ipar kamu masa marah sama Abang?" Rajuknya pada Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY QUEEN || END✓
Teen FictionBELUM REVISI, MOHON MAAF ATAS TYPO DAN LAIN SEBAGAINYA. DILARANG KERAS PLAGIAT!!!!!!! Gerald adalah salah satu siswa berprestasi di SMA Garuda, namun sayangnya karena tidak terbiasa bangun pagi, setiap harinya dia selalu mendapatkan hukuman di sekol...