Chapter 37

233 24 12
                                    

Hendra terus mengejar Gerald. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

"Dimana Gerald? Kenapa cepat sekali dia menghilang." Gumam Hendra.

Ia kemudian menyusuri jalan, kemudian ia menangkap sebuah siluet hitam sedang termenung di sebuah kursi di depan danau. Hendra mendekat ke arah sana.

"Gerald!!" Panggil Hendra.

"Nak?" Panggilnya lagi.

Namun sosok itu tak menjawab. Akhirnya Hendra berjalan ke depan putranya itu.

"Gerlad, maafkan papa." Ucap Hendra penuh penyesalan.

"Udahlah pah, mending papah pergi dari sini. Gerald bukan anak papah, jangan pedulikan Gerald." Ucap Gerald dingin.

Hendra langsung memegang dadanya, terasa sangat sakit sekali. Bahkan ia merasa ada begitu ribuan pisau menghantam dirinya.

"Nak," lirih Hendra.

"Pergilah pah! Gerald butuh waktu." Ucap Gerlad lagi.

Namun, bukannya pergi. Hendra malah memeluk Gerald dengan erat.

"Jangan seperti ini nak, hati papah sakit." Ujar Hendra dengan air mata yang mengalir. Pun dengan Gerald, sedari tadi ia menahan tangisnya. Akan tetapi pertahanannya runtuh seketika saat papahnya memeluk dirinya.

"Kenapa? Kenapa Gerlad bukan anak papa? kenapa? KENAPA??" Teriak Gerald dalam pelukan Hendra.

"Kamu tetap anak papa, selamanya." Ucap Hendra meyakinkan Gerald.

"Pah!" Panggil Gerald sambil melepaskan pelukan papah nya.

Hendra memandang lekat ke arah putranya.

"Jangan paksa Gerald buat terima dia pah, Gerald belum siap." Ucap Gerlad lirih.

"Semua keputusan ada pada dirimu nak. Tapi saran papa... Apa papa boleh memberi saran?" Tanya Hendra.

Ck. Gerlad berdecak sebal, "sejak kapan papa meminta pendapat ku kalau memberi saran." Ucap Gerlad sebal.

Hendra hanya terkekeh melihat wajah anaknya memberenggut kesal.

"Jangan pernah membencinya, dia tetap ayah mu. Dia orang baik, bukan orang jahat. Cobalah belajar menerima semuanya dengan ikhlas, ini untuk dirimu sendiri nak. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kamu sudah cukup dewasa untuk memahami ini." Ucap Hendra pada anaknya.

Hening.

Baik Hendra maupun Gerlad kini tenggelam dalam pemikirannya masing-masing.

"Akan Gerald usahakan pah, tapi jangan paksa Gerald." Ucap gerald lirih.

Hendra tersenyum pada putra semata wayangnya.

"Ini baru anak papah," ucap Hendra.

Mood Gerlad kini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, mereka kini sudah bercanda tawa. Tanpa mereka sadari dua orang lainnya kini tenaga panik dan kelimpungan mencari mencari mereka berdua.

"Huh, ternyata kalian disini, Mamah cariin juga. Seneng banget yah kalian bikin orang kesusahan, mamah udah muter-muter nyariin, yang di cariin malah enak-enak ketawa ketiwi di sini," Ucap Anna mengomel tak jelas.

"Uuuu, mama kalo lagi ngomel jelek deh," ujar Gerald.

"Apaa?" Pekik Anna emosi.

"Maksud kamu mama jelek?" Ucap lagi Anna.

"Iya, kalo lagi marah. Makanya mamah jangan marah biar kelihatan cantik." Ucap Gerlad lagi dengan mengedipkan sebelah matanya.

Anna hanya memutar bola matanya malas, kemudian ikut duduk di tengah-tengah kedua laki-laki itu.

MY QUEEN || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang